Monday, June 3, 2019

Rangkuman Indra Pembau (Hidung)


Hidung (nasal atau naso) merupakan saluran udara yang pertama dan memiliki dua lubang yang di pisahkan oleh sekat hidung. Hidung berbentuk piramida yang tersusun dari tulang, tulang rawan hialin, dan jaringan fibroareolar. Kulit eksternal hidung mengandung folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebasea (lemak). Kulit bagian dalam rongga hidung memiliki rambut-rambut halus (vibrissae) yang berguna untuk menyaring udara, debu, atau kotoran yang masuk ke dalam rongga hidung. Bagian rongga hidung yang lebih dalam sampai ke bronkus di lapisi oleh epitel bersilia yang memiliki sel goblet.

Fungsi hidung adalah sebagai berikut:
a.       Menyaring partikel à dilakukan oleh rambut-rambut halus dan lapisan mukosa bersilia untuk dihirup, atau di keluarkan.
b.      Melembapkan dan menghangatkan udara yang masuk à melalui penguapan cairan sekresi serosa dan mukosa serta radiasi panas dari pembuluh darah.
c.       Mematikan mikroorganisme à yang masuk bersama udara oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir mukosa.
d.      Sebagai indra penciuman à oleh sel-sel olfaktori yang terletak di bagian atas rongga hidung.
Hidung (nasal) sebagai indra pembau (penciuman) memiliki kemoreseptor olfaktori yang berfungsi menerima rangsangan yang berupa bau atau zat kimia yang berbentuk gas. Kemoreseptor olfaktori merupakan neuron khusus yang terletak pada epitelium olfaktori di langit-langit rongga hidung. Epitelium olfaktori menandung sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktori. Sel olfaktori berupa neuron bipolar yang berakhir pada rambut-rambut halus (silia) yang menonjol ke dalam mukus di dalam rongga hidung.

Mekanisme menghirup: gas masuk ke hidung à larut pada selaput mukosa à merangsang silia ke reseptor à rangsangan di teruskan ke otak untuk di olah à jenis bau dapat di ketahui.
Kemoreseptor olfaktori mengadaptasi bau dengan cepat, tetapi terkadang tidak dapat menyadari bau yang menyengat hingga sekitar 1 menit. Penyakit influenza menghasilkan lendir/sputum sehingga menghalangi bau untuk mencapai ujung saraf pembau.

Gangguan indra pembau:
a.       Hiposmia (indra penciuman kurang mampu mencium bau) dan anosmia (indra penciuman sama sekali tidak dapat mencium bau) dapat di sebabkan oleh tersumbat nya rongga hidung, misalnya akibat polip, pilek, atau tumor. Hiposmia dan anosmia berpotensi mengakibatkan gangguan pada indra pengecap lidah sehingga seseorang menjadi kurang berselera makan.
b.      Hipersomia (lebih peka terhadap bau-bauan), contoh nya kemampuan untuk mengenali bau parfum seseorang sebelum tampak orangnya. Hiperosmia dapat terjadi akibat sakit kepala, migrain, penyakit Addison, dan pengaruh obat – obatan.
c.       Sinusitis, yaitu radang tulang –tulang tengkorak di sekitar hidung yang berongga dan berisi udara. Gejala penyakit ini adalah sering batuk dan pilek.
d.      Polip, yaitu pembengkakan jaringan yang terjadi didalam hidung dan mengeluarkan banyak cairan/lendir. Polip berkaitan dengan penyakit THT (telinga, hidung, dan tenggorokan), seperti alergi, inflamasi mukosa, asma, infeksi, dan radang. Polip dapat diatasi dengan cara operasi.

No comments:

Post a Comment