Hidung (nasal atau naso) merupakan
saluran udara yang pertama dan memiliki dua lubang yang di pisahkan oleh sekat
hidung. Hidung berbentuk piramida yang tersusun dari tulang, tulang rawan
hialin, dan jaringan fibroareolar. Kulit eksternal hidung mengandung folikel
rambut, kelenjar keringat, dan sebasea (lemak). Kulit bagian dalam rongga
hidung memiliki rambut-rambut halus (vibrissae) yang berguna untuk menyaring
udara, debu, atau kotoran yang masuk ke dalam rongga hidung. Bagian rongga
hidung yang lebih dalam sampai ke bronkus di lapisi oleh epitel bersilia yang
memiliki sel goblet.
Fungsi hidung adalah sebagai berikut:
a. Menyaring
partikel à
dilakukan oleh rambut-rambut halus dan lapisan mukosa bersilia untuk dihirup,
atau di keluarkan.
b. Melembapkan
dan menghangatkan udara yang masuk à melalui penguapan
cairan sekresi serosa dan mukosa serta radiasi panas dari pembuluh darah.
c. Mematikan
mikroorganisme à yang masuk bersama udara oleh leukosit
yang terdapat dalam selaput lendir mukosa.
d. Sebagai
indra penciuman à oleh sel-sel olfaktori yang terletak di
bagian atas rongga hidung.
Hidung (nasal) sebagai indra pembau
(penciuman) memiliki kemoreseptor olfaktori yang berfungsi menerima rangsangan
yang berupa bau atau zat kimia yang berbentuk gas. Kemoreseptor olfaktori
merupakan neuron khusus yang terletak pada epitelium olfaktori di langit-langit
rongga hidung. Epitelium olfaktori menandung sel penunjang, sel basal, dan sel
olfaktori. Sel olfaktori berupa neuron bipolar yang berakhir pada rambut-rambut
halus (silia) yang menonjol ke dalam mukus di dalam rongga hidung.
Mekanisme menghirup: gas masuk ke
hidung à
larut pada selaput mukosa à merangsang silia ke reseptor à
rangsangan di teruskan ke otak untuk di olah à jenis bau dapat
di ketahui.
Kemoreseptor olfaktori mengadaptasi
bau dengan cepat, tetapi terkadang tidak dapat menyadari bau yang menyengat
hingga sekitar 1 menit. Penyakit influenza menghasilkan lendir/sputum sehingga
menghalangi bau untuk mencapai ujung saraf pembau.
Gangguan indra pembau:
a. Hiposmia
(indra penciuman kurang mampu mencium bau) dan anosmia (indra penciuman sama
sekali tidak dapat mencium bau) dapat di sebabkan oleh tersumbat nya rongga
hidung, misalnya akibat polip, pilek, atau tumor. Hiposmia dan anosmia
berpotensi mengakibatkan gangguan pada indra pengecap lidah sehingga seseorang
menjadi kurang berselera makan.
b. Hipersomia
(lebih peka terhadap bau-bauan), contoh nya kemampuan untuk mengenali bau
parfum seseorang sebelum tampak orangnya. Hiperosmia dapat terjadi akibat sakit
kepala, migrain, penyakit Addison, dan pengaruh obat – obatan.
c. Sinusitis,
yaitu radang tulang –tulang tengkorak di sekitar hidung yang berongga dan
berisi udara. Gejala penyakit ini adalah sering batuk dan pilek.
d. Polip,
yaitu pembengkakan jaringan yang terjadi didalam hidung dan mengeluarkan banyak
cairan/lendir. Polip berkaitan dengan penyakit THT (telinga, hidung, dan
tenggorokan), seperti alergi, inflamasi mukosa, asma, infeksi, dan radang.
Polip dapat diatasi dengan cara operasi.
No comments:
Post a Comment