Monday, June 3, 2019

Sinopsis Buku "Ahok untuk Indonesia"




Judul buku                  : Ahok untuk Indonesia
Penulis                         : Asep Dudinov, Stefanus Toni, Heidy Sengkey, Piter Randan, Zulfikar Akbar, Muhammad Samin, Michael Sendow, Herry B Sancoko, Anita Godjali, Deliana Setia, Katedrarajawen, De Baron Martha, Pak De Sakimun, Heri Purnomo, Rita Kunrat, Amalia Maulana, Maria G Soemitro, Hesma Eryani, Agus Oloam, Muhammad Syukri, Shendy Adam, Yodha Haryadi, Fajarbaru, Paulus Teguh, Alimuddin Baharuddin
Penerbit                       : PT. Elex Media Komputindo
                                      Kompas Gramedia
Tahun terbit                 : 2014
Jumlah halaman           : 244 halaman


            Basuki Tjahaja Purnama lahir di Manggar, Belitung Timur, pada tanggal 29 Juni 1966. Pria yang biasa dipanggil Ahok ini memiliki nama Tionghoa yaitu Zhong Wan Xie. Ia adalah putra pertama dari Alm. Indra Tjahaja Purnama  (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsing ( Boen Nen Tjauw ). Ahok memiliki tiga orang adik yaitu Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, dan Harry Basuki.
            Kehidupan masa kecil Ahok dihabiskan di Belitung, lebih tepatnya di Desa Gantung, suatu desa yang diangkat dalam novel Andrea Hirata yang kemudian diangkat ke film layar lebar yang berjudul Laskar Pelangi. Masa kecilnya yang dihabiskan di Desa Gantung sama seperti anak-anak seusianya yang suka berburu, memancing, bahkan Ahok juga seorang anak yang nakal. Sebab, semasa kecil Ahok pernah merokok dan mencuri rokok milik ayahnya. Walaupun nakal, Ahok merupakan anak yang cerdas dan pintar bahkan kerap menjadi juara kelas.
            Ahok yang merupakan anak dari etnik China dan beragama Kristen, dari awal sudah mendapat perlakuan diskriminatif dari teman-teman sebayanya. Bahkan, Ahok juga pernah diperlakukan tidak pantas oleh gurunya dan dilarang untuk menjadi penggerak bendera merah putih karena berkebangsaan Tionghoa. Namun, Ahok tidak pernah berkecil hati.
Motivasi dari ayahnya yang selalu mengajarkan kesabaran, tidak berkecil hati, dan selalu berusaha serta tidak boleh menyimpan dendam menjadikan Ahok tumbuh menjadi sosok anak yang berjiwa besar dan cerdas. Sejak kecil, ia telah diajarkan ayahnya sifat-sifat mendasar yang sangat humanistik dan berperan penting dalam membentuk jiwa dan kepribadian yang suka menolong. Ahok dididik dengan keras, namun hasil akhirnya berbuah manis di kemudian hari. Dia diajarkan untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesamanya, diajarkan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri. Mentalnya dibentuk menjadi mental pembela kebenaran, bukan sebaliknya, mental rapuh dan mudah goyah oleh kilauan uang sogokan.
Ahok tinggal di Desa Gantung hingga ia selesai menamatkan pendidikan SMP. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Setelah lulus SMA, Ahok melanjutkan pendidikannya di Universitas Trisakti dengan jurusan Teknik Geologi di Fakultas Teknik Mineral dan mendapatkan gelar insinyur pada tahun 1990. Ahok menyelesaikan pendidikan magisternya pada tahun 1994 dengan gelar Master Manajemen di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya.
            Bagi Ahok, perempuan adalah seorang penolong yang sepadan bagi kaum laki-laki. Di dalam debutnya di dunia politik, ia banyak ditolong oleh sang istri, Veronica Tan. Ia menikahi perempuan yang berumur lebih muda sembilan tahun darinya pada tahun 1997. Dalam pernikahannya, mereka telah dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas Sean Purnama, Nathania, dan Daud Albeenner.
            Awalnya, Ahok memutuskan untuk masuk ke dunia politik dan bergabung di partai kecil yaitu Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB), dia langsung dipercaya menjadi salah satu anggota DPRD Belitung Timur pada periode 2004-2009. Ahok langsung tampil dan menunjukkan integritas dengan menjadi satu-satunya wakil rakyat yang berani secara langsung bertemu dengan rakyat.
            Ahok dicintai dan disayangi rakyatnya sehingga rakyatnya meminta dirinya maju menjadi calon Bupati Belitung Timur pada tahun 2005 meskipun dirinya baru tujuh bulan menjabat di DPRD. Gaya kampanyenya yang selalu mengedepankan kepercayaan masyarakat dan tanpa politik uang membawanya menjadi Bupati Belitung Timur 2005-2010.
            Semasa memimpin Belitung Timur, Ahok mampu melaksanakan program kerakyatan, dari rakyat untuk rakyat dan kembali kepada rakyat, pelayanan kesehatan, dan sekolah gratis hingga tingkat SMA, pembenahan infrastruktur hingga ke pelosok desa serta pembenahan pelayanan publik bahkan transparansi dalam pengelolaan keuangan selalu ditonjolkan Ahok dalam memimpin Belitung Timur.
            Pada Pemilu 2009, Ahok maju dari Partai Golkar untuk berkiprah membawa aspirasi masyarakat Bangka Belitung di Senayan. Akhirnya, ia berhasil berkiprah di pusat sebagai anggota DPR RI dari Bangka Belitung. Dalam kiprahnya di DPR RI, gebrakan dan naluri ketegasan Ahok terus terasah. Ahok menjadi sosok yang vokal dan bicara apa adanya sesuai dengan fakta, sehingga ia mampu menjadi pionir penggerak antikorupsi, transparansi, dan profesional dalam bekerja menjadi wakil rakyat di pusat.
            Kemudian, dalam Pilkada Jakarta mencari pemimpin, sosok Ahok kembali tampil sebagai salah satu kandidat pemimpin Jakarta. Ahok mendapat tawaran dari beberapa kandidat yang akan maju seperti Fauzi Bowo, Nono Sampono, dan calon independen karena Ahok telah terbukti rekam jejaknya. Namun, Ahok menolak sampai sosok Wali Kota Solo, Jokowi mampu menaklukkan hati Ahok yang memang sama-sama satu visi menjadi Jakarta Baru untuk Indonesia. Akhirnya, Jokowi-Ahok maju dari PDIP dan Partai Gerindra sebagai salah satu kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012.
            Banyak yang meragukan pasangan ini akan mampu meraih simpati masyarakat Jakarta. Tetapi, kepercayaan penuh masyarakat terhadap dua sosok fenomenal dari Solo dan Bangka Belitung ini mampu meraih simpati masyarakat dengan perolehan suara yang mengungguli pasangan Foke-Nara. Jokowi-Ahok kemudian berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta dan terpilih sebagai pemimpin Jakarta.
            Ahok memosisikan dirinya sebagai sosok wagub yang bekerja secara profesional dan menciptakan birokrasi yang transparan. Jokowi terkenal dengan istilah blusukan dan dekat dengan masyarakat, sementara Ahok memosisikan diri untuk melakukan pembenahan di dalam dan mengambil sebuah kebijakan dengan tegas dan mengikuti aturan. Kombinasi dua sosok yang berbeda ini, perlahan mampu mengubah wajah Jakarta menjadi lebih baik dalam waktu yang singkat.
            Ahok seperti tidak kenal takut membabat habis pelanggaran yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah yang ada di Jakarta. Ahok tidak akan gentar berhadapan dengan apa dan siapa sepanjang berpegang teguh pada peraturan yang memang sudah digariskan.
            Gaya kepemimpinan lugas sebagaimana ditunjukkan oleh Ahok sebenarnya diperlukan dan penting sebagai ciri kepemimpinan dalam budaya politik modern. Masalah sosial, ekonomi, dan politik didiskusikan secara terbuka dan memakai logika politik sebagaimana dalam kehidupan demokrasi masyarakat modern.
            Gaya komunikasi Ahok tidak habis-habisnya menjadi sorotan. Berbagai istilah dilontarkan untuk menilai Ahok. Dari tidak sopan, tidak santun, arogan, dan istilah-istilah lainnya yang seolah menyudutkan. Gaya ceplas-ceplos orang nomor dua di DKI ini dapat membuat telinga panas. Namun, itulah karakter seorang Ahok.
            Gayanya yang lugas dan berani marah terkadang dinilai sebagai pemantik permusuhan dan tidak sopan. Padahal, berani marah  adalah kelebihan Ahok. Karena jika ia tidak marah, segala program untuk mengubah ibu kota menjadi “Jakarta Baru” bakal tersendat. Jika ia tidak marah, Jakarta akan tetap menjadi “Jakarta Lama”. Itulah yang membuatnya berani marah dan membuatnya berbeda dari sekian banyak wagub sebelumnya.
            Ahok dikategorikan sebagai tipe koleris. Orang bertipe koleris ini memang sangat tegas dalam memimpin. Dia bisa menjadi seorang pemimpin sejati yang senantiasa disegani oleh orang-orang di sekitarnya. Ia memiliki disiplin tinggi dan sangat bertanggung jawab pada pekerjaannya. Bahkan, ia tak tanggung-tanggung untuk menyingkirkan siapa saja yang akan menghambatnya. Hal ini menjadikannya terkesan galak dan selalu berbicara keras. Sikap ini juga dimilki Ahok, hingga akhirnya memberikan kesan arogan.
            Walaupun punya jiwa koleris yang kuat, Ahok tetap harus di bawah koordinasi gubernur yang merupakan pemimpin utama. Ahok harus ingat bahwa ia hanya menyandang gelar wakil gubernur, bukan gubernur.
            Ahok adalah orang yang taat pada konstitusi. Bahkan ia pernah mengatakan “Kalaupun saya harus mati, saya siap mati untuk konstitusi”. Bagi Ahok, penekanan kepada taat konstitusi adalah hal yang vital dan prinsipil. Dari sinilah sebenarnya awal dari permasalahan besar yang dihadapi masyarakat Indonesia, khususnya DKI Jakarta yang penuh dengan pelanggaran-pelanggaran konstitusi. Permasalahan macet, banjir, korupsi, kemiskinan, dan lain-lain, jika ditelusuri hingga hulu akan bertemu dengan yang namanya pelanggaran-pelanggaran konstitusi.
            Dalam beberapa sikapnya, Ahok telah memperlihatkan konsistensi akan pilihan mengutamakan amanat konstitusi daripada larut dalam polemik. Jika kepemimpinan semacam Ahok menular atau dicontoh oleh pemimpin lain di seluruh negeri dan setiap level pemerintahan, niscaya kehadiran negara akan semakin terasa di tengah kehidupan sosial masyarakat dan makna kemerdekaan juga akan dirasakan oleh rakyat. Praktik konstitusi jauh lebih bermakna dibandingkan  memperbanyak konsep dan wacana tentang Pancasila dan UUD 1945.
            Ahok merupakan sosok yang patut dicontoh. Dia berupaya menggunakan kekuasaannya sebagai orang nomor dua di DKI Jakarta untuk mengubah Jakarta ke arah yang lebih baik. Menurutnya, kekuasaan itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan, bukanlah tujuan itu sendiri. Maka, jika kekuasaan itu telah digenggam, harus dilaksanakan sebaik-baiknya karena merupakan amanat rakyat yang diberikan kepadanya.
            Berbagai langkah-langkah telah ditempuh Jokowi-Ahok dalam rangka memajukan DKI Jakarta  sebagaimana yang telah dijanjikan kepada rakyat Jakarta saat kampanye. Sedikit demi sedikit mulai tampak keberhasilan dari gebrakan Jokowi-Ahok. Berikut enam gebrakan Ahok selama hampir satu tahun menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang telah memberikan hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat dan juga mulai menunjukkan tanda-tanda positif yang akan menjadikan Jakarta sebagai kota yang tertib, maju dan sejahtera lebih dari sebelumnya.
1.      Pemangkasan dan transparasi anggaran Pemprov DKI Jakarta.
2.      Perbaikan pengelolaan Rusun Marunda.
3.      Perbaikan pelayanan birokrasi Pemprov DKI Jakarta.
4.      Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi.
5.      Menertibkan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang.
6.      Promosi pulau-pulau di wilayah Jakarta sebagai tempat wisata.
Bursa capres 2014 kian hangat dengan melejitnya popularitas Jokowi sebagai capres terkuat versi rakyat. Saat ini, masyarakat kian kuat mendesak agar Jokowi maju sebagai capres 2014. Jika Jokowi maju sebagai capres 2014, maka otomatis Jakarta akan dipimpin Ahok sebagai gubernur. Ahok menjadi gubernur? Itulah ketakutan terbesar dan batu sandungan yang harus dilewati oleh para pendukung pencapresan Jokowi pada 2014. Lalu, apakah Ahok mampu memimpin Jakarta jika menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2014 mendatang? Soal kapabilitas, Ahok sangat mampu memimpin Jakarta dan bisa membawa Jakarta menjadi kota yang lebih baik. Namun, belum tentu semua warga Jakarta bisa menerima Ahok dengan segala latar belakangnya. Inilah yang menjadi tantangan terberat pada pencapresan Jokowi pada 2014.
Ada juga kemungkinan Ahok menjadi cawapres alternatif yang layak diperhitungkan sebagai bakal pendamping Jokowi jika ingin menyempurnakan kekuatannya.

Sinopsis Buku "Bung Karno: The Unforgettable Superhero"




Judul buku                  : Bung Karno
                                      The Unforgettable Superhero
Penulis                         : Hendri Suseno, S.IP
Penerbit                       : Notebook
Tahun terbit                 : 2014
Jumlah halaman           : 276 halaman

6 Juni 1901 tepatnya pukul setengah enam di perkampungan yang terletak di Surabaya merupakan pagi bersejarah bagi Indonesia. Pagi itulah, seorang bayi mungil menghirup udara dunia dan tidak satupun menyangka bahwa bayi itulah yang nantinya membawa Indonesia pada satu kata berharga “Merdeka”. Bayi tersebut merupakan buah hati dari pasangan Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Kusno, nama itulah yang diberikan Sukemi kepada sang bayi.
            Kusno kecil sering sakit-sakitan. Badannya kurus dan lemah.  Sang ayah terus memberikan semangat agar Kusno bisa bertahan melawan penyakitnya. Tapi Kusno tak kunjung sembuh. Akhirnya sang ayah mendapatkan kesimpulan bahwa “Kusno” bukanlah nama yang cocok untuknya. Saat itu, nama “Karna” ( dalam bahasa Jawa dibaca menjadi Karno ) muncul. Kemudian, resmilah nama “Kusno” diganti menjadi “Karna” atau “Karno”. Lalu, darimana datangnya “Su”? Pemberian kata Su diawal kata Karno mengisyaratkan kebaikan. Sehingga Soekarno berarti pahlawan yang baik.
            Soekarno adalah sosok yang sederhana. Ia dilahirkan di tengah-tengah kemiskinan dan dibesarkan dalam kemiskinan. Ia juga adalah anak yang tergolong gesit dan juga bandel. Namun, meskipun agak bandel, ia juga teman yang baik dan sejati.
Dia memang sedikit bandel, tapi ia adalah sosok yang brilian dan pintar. Di Europese Lagre School Mojokerto, Soekarno tergolong murid yang pandai. Juni 1916, ia dengan gemilang lulus ujian masuk HBS ( Hogere Burger School ). Masuk HBS membuat Soekarno semakin rajin belajar. Tamat HBS, ia melanjutkan pendidikannya ke Technische Hoge School ( sekarang ITB ).
            Soekarno memasuki sekolah HBS di Surabaya pada tahun 1916. Beberapa anak yang sekolah di HBS tinggal di rumah keluarga Tjokroaminoto. Soekarno pun ikut mondok di rumah Tjokroaminoto. Di sana ia tinggal dengan sekitar 15 siswa lainnya. Di rumah inilah awal pertemuannya dengan gadis bernama Siti Oetari.
            Siti Oetari adalah perempuan cantik yang menjadi istri pertama Soekarno. Ia adalah putri sulung dari HOS Tjokroaminoto. Banyak sumber mengatakan bahwa Soekarno tidak mencintai Oetari. Akan tetapi, pernikahan tersebut dilakukan hanya untuk menyenangkan Tjokroaminoto. Mereka menikah di Surabaya pada tahun 1921.
            Soekarno melanjutkan pendidikan di Bandung, tepatnya di THS. Di tempat kosnya, ia dipertemukan dengan Inggit Garnasih. Istri dari Hj. Sanusi, pemilik kosnya. Soekarno diam-diam menaruh perhatian pada Inggit. Mereka bertemu dan berhubungan setiap hari. Jalinan hubungan itu semakin serius yang mendorong mereka berterus terang kepada Hj. Sanusi dan Tjokroaminoto. Setelah Soekarno bercerai dengan Oetari dan Inggit bercerai dengan Sanusi, maka Soekarno dan Inggit menikah pada 24 Maret 1923. Inggit telah banyak berkorban dan banyak andil dalam membantu perjuangan Soekarno.
            Ketika Soekarno diasingkan ke Bengkulu, di sana ia terpikat kepada salah satu gadis bernama Fatmawati. Inggit yang melihat kedekatan Soekarno dan Fatmawati mulai yakin suaminya menaruh perasaan pada Fatmawati. Soekarno ingin menikahi Fatma tapi ia tidak ingin menceraikan Inggit. Inggit menerima perasaan Soekarno pada Fatma meskipun ia sedikit sedih dan gundah. Ia berusaha tegar dan mengizinkan Soekarno menikah lagi dengan syarat mereka harus bercerai terlebih dahulu. Mereka bercerai pada 1943.
            Kisah kebersamaan antara Fatmawati dan Soekarno tergolong istimewa karena ialah yang menemani Soekarno di masa-masa kemerdekaan Indonesia. Dialah yang berjasa menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan.
            Fatmawati pertama kali bertemu Soekarno pada tahun 1938, saat ia ikut orangtuanya berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Fatma mengikuti sekolah Muhammadiyah dimana Soekarno menjadi gurunya. Di sinilah hubungan yang lebih dalam antara Soekarno dan Fatma terjalin.
            Saat itu Fatmawati baru berusia 15 tahun. Alasan Soekarno tertarik kepada Fatmawati untuk mendapatkan keturunan. Tanggal 1 Juni 1943, akhirnya mereka menikah. Fatmawati telah berjasa menjahit bendera Merah Putih yang sekarang menjadi “Bendera Pusaka Sangsaka Merah Putih”. Dalam pernikahannya, mereka dikaruniai lima orang anak. Diantaranya adalah Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri dan Guruh Soekarno Putra.
Namun pada suatu saat, Fatmawati meninggalkan istana karena mengetahui Soekarno ingin menikah dengan Hartini. Akhirnya Soekarno menikah lagi dengan Hartini tanggal 15 Januari 1953, tetapi tidak menceraikan Fatmawati.
            Tidak hanya sampai di sini kisah cinta Soekarno. Suatu hari Soekarno melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Kartini adalah model dari lukisan tersebut. Sejak itu, Soekarno jatuh hati padanya dan menikah pada tahun 1959. Lalu dikaruniai seorang anak bernama Totok Suryawan Soekarno.
            Saat Soekarno ke Jepang, beliau bertemu dengan Naoko Nemoto yang akrab dengan panggilan Ratna Sari Dewi. Pertama bertemu, Soekarno sudah terpikat kepada Ratna Sari. Akhirnya mereka menikah pada 3 Maret 1962. Pernikahan ini menghasilkan satu orang anak yaitu Karina Kartika Sari Soekarno.
            Suatu hari, Soekarno bertemu dengan Haryati, seorang penari dari Surabaya. Haryati sering diminta menari oleh Soekarno. Soekarno tertaik kepada Haryati lalu melamarnya pada 21 Mei 1963. Selang tiga tahun, mereka pun bercerai.
            Setelah itu Soekarno menikah dengan gadis Manado yang bernama Yurike Sanger atau yang sering dipanggil dengan sebutan Yuri. Yuri adalah salah satu anggota barisan Bhinneka Tunggal Ika yang diberikan perhatian khusus oleh Soekarno. Mereka pun saling menyimpan perasaan. Akhirnya, mereka menikah pada 6 Agustus 1964. Baginya, Soekarno adalah sosok seorang bapak yang penuh perhatian.
            Heldy Djafar adalah istri terakhir Soekarno. Dari kecil ia sudah terlihat mengagumi sosok Soekarno. Heldy adalah salah satu anggota barisan Bhinneka Tunggal Ika yang mendapat perhatian khusus dari Soekarno, sama seperti Yuri. Mereka menikah pada tahun 1966. Namun, pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun.
            Sedikit cerita tentang hubungan Bung Karno dengan Bung Hatta. Bung Hatta adalah sahabat paling akrab dari Soekarno. Mereka berdualah yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, sehingga diberi predikat Bapak Proklamator. Selain itu beliau juga diakui sebagai Bapak Bangsa yang banyak berperan dalam membangkitkan, memberikan jati diri bangsa, dan kemudian meletakkan dasar negara RI, Pancasila, yang pertama kali dilontarkan pada 1 Juni 1945.
            Hubungan Soekarno dan Hatta seringkali disebut dwitunggal. Tekad mereka sama yaitu melawan penindasan dan membebaskan Indonesia dari penjajahan. Hanya mereka mempunyai cara yang berbeda dalam mewujudkannya. Karena adanya perbedaan pendapat, pada tanggal 1 Desember 1956, Mohammad Hatta mengirimkan surat pengunduran dirinya sebagai Wakil Presiden RI kepada DPR hasil Pemilihan Umum 1955. Pada tanggal 5 Februari 1957, Presiden Soekarno memberhentikan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden.
            Berikut ini kumpulan peristiwa dan kejadian penting. Tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan yang bertujuan untuk mempercepat diadakannya pembacaan teks proklamasi. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Penculikan tersebut berhasil membuat kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Pada waktu itu, Soekarno dan Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalu PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepat-cepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.
            Akhirnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi dibacakan oleh Soekarno dan didampingi Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat yang sekarang disebut sebagai Jalan Proklamasi No. 1, Jakarta Pusat.
            Teks naskah proklamasi tersebut ditulis di rumah Laksamana Tadashi Maeda selama semalam suntuk. Para penyusunnya adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Naskah tersebut lalu diketik oleh Sayuti Melik. Keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi, Soekarno membacakan teks proklamasi tersebut dengan penuh semangat dan suara yang keras. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, acara pun dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S.Soehoed mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Coedanco Latief Hendraningrat. Bendera dinaikkan pelan-pelan. Tanpa dikomando, para hadirin spontan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Suasana pagi itu diliputi haru dan banyak yang menitikkan air mata karena setelah berjuang ratusan tahun untuk merdeka, akhirnya kemerdekaan itu bisa dicapai.
            Berbeda dengan presiden-presiden lainnya yang menjabat setelah Soekarno.Soekarno tercatat paling banyak menjadi sasaran pembunuhan oleh beberapa orang yang tidak menyukainya. Putri Soekarno, Megawati pernah mengungkapkan bahwa Soekarno telah dijadikan sasaran sebanyak 23 kali. Kisah rencana pembunuhan terhadap Soekarno ini terjadi pada tanggal 30 November 1957, pukul 20.45 di halaman depan gedung Yayasan Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Soekarno nyaris terenggut maut karena ledakan granat kala itu. Untung saja ia bisa meloloskan diri dari granat, namun sayangnya banyak korban lain berjatuhan. Enam buah granat dilemparkan, lima diantaranya meledak dan hampir melukai Soekarno. Tapi untung saja ajudan presiden, Letnan Kolonel Sugandhi segera mendorong Soekarno dan menelungkupkannya di lantai kemudian menindihnya untuk melindungi dari pecahan granat. Setelah diselidiki kejadian itu dilakukan oleh gerombongan Darul Islam dan adanya keterlibatan Belanda.
            Selain kisah Cikini, kisah lain yang tak kalah menegangkan adalah rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Daniel Maukar. Peristiwa terjadi pada 9 Maret 1960 di Istana Merdeka. Istana Merdeka telah diberondong kanon 23mm dari sebuah pesawat tempur Mikoyan-Gurevich MiG- 17F Fresco nomor 1112 asal Skadron Udara 11. Namun Tuhan masih melindungi Soekarno. Soekarno selamat dari peristiwa itu.
            Pada tanggal 14 Mei 1962 terjadi lagi usaha pembunuhan terhadap Soekarno. Peristiwa ini dimulai saat orang-orang termasuk Soekarno berkumpul di lapangan rumput antara Istana Merdeka dan Istana Negara untuk mengadakan sholat Idul Adha. Saat sujud, tiba-tiba saja terdengar tembakan yang bertubi-tubi yang diarahkan kepada Soekarno. Tetapi tembahan itu meleset dan tidak mengenai Soekarno, sebaliknya menyerempet bahu Ketua DPR Zainul Arifin dari NU yang mengimami sholat.
            Kisah lain terjadi pada bulan Januari 1962, Presiden Soekarno dijadwalkan berpidato di Makassar. Pada saat itu hari sudah malam ketika rombongan presiden menuju gedung pertemuan. Ketika memasuki jalan Tjendrawasih yang sepi dan gelap, tiba-tiba terdengar sebuah ledakan granat. Tetapi lagi-lagi Soekarno lolos dari rencana pembunuhan itu.
            Selain keempat peristiwa rencana pembunuhan tersebut, sebenarnya masih ada beberapa peristiwa lagi terkait dengan rencana pembunuhan Soekarno.
            Pembebasan irian Barat dilakukan karena Belanda terus mengulur-ngulur waktu untuk menyerahkan Irian Barat ke tangan Indonesia. Sikap Belanda yang tidak tegas ini membuat Soekarno marah. Tahun 1949 telah diadakan Konferensi Meja Bundar tetapi hasilnya tidak memuaskan. Setahun kemudian, Belanda tetap tidak menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Maka diadakan perundingan-perundingan dengan pihak Belanda. Diantaranya yaitu :
-          Indonesia mengadakan Konferensi Uni Indonesia Belanda pada tanggal 4 Desember 1950.
-          Indonesia mengadakan perundingan bilateral antara Indonesia Belanda pada bulan Desember 1951.
-          Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan Indonesia Belanda.
-          Pada sidang PBB tahun 1954, Indonesia juga menyampaikan permasalahan Irian Barat.
Semua perundingan itu gagal,membuat kesabaran Indonesia pun habis dan terbentuklah Trikora. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke NKRI. Trikora dicetus oleh Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 di Alun-alun Utara Yogyakarta. Setelah Trikora resmi dicetus, maka Soekarno memulai langkah awal dengan membentuk Komando Mandala. Tugasnya adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian Barat dengan Indonesia. Melihat kekuatan militer Indonesia yang sudah pada posisi mengepung Papua, Amerika selaku sekutu Belanda mengusulkan diadakannya perundingan dan mendesak Belanda untuk segera menyerahkan Papua Barat pada Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus 1962 diadakan perundingan “Markas PBB” yang dikenal dengan perjanjian New York. Yang hasilnya Papua Barat tetap bergabung dengan Indonesia. Dengan demikian Papua Barat menjadi provinsi ke 26 RI dan berganti nama menjadi Irian Jaya.
            Pemberontakan PKI di Madiun berhubungan erat dengan turunnya Amir Syarifudin dari kabinetnya dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Jatuhnya Kabinet Amir Syaridufin karena ditandatangani perundingan Renville. Amir Syarifudin merasa kecewa karena kabinetnya jatuh, lalu ia membentuk Front Demokrasi Rakyat. FDR didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia. Ditambah lagi Musso. Musso adalah tokoh PKI yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda tahun 1936. Merekalah yang melakukan pemberontakan di Madiun
            Pada tanggal 11 Maret dikeluarkan Supersemar yang ditujukan kepada Mayor Jenderal Soeharto. Lewat Supersemar, Soeharto mengambil langkah-langkah dramatis yaitu membubarkan PKI dan ormas-ormasnya di seluruh Indonesia. Pada titik inilah kekuasaan mulai berubah. Soekarno semakin surut sementara Soeharto mulai menancapkan kekuasaannya. Akhirnya pada 22 Februari 1967, masa kejayaan Soekarno benar-benar melemah. Pada hari itu, terjadi penyerahan pemerintahan kepada Soeharto. Melalui sidang MPRS pada awal Maret 1967, MPRS mencabut mandat Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden.
            21 Juni 1970 adalah hari yang penuh duka cita bagi rakyat Indonesia, karena hari itu adalah hari wafatnya Soekarno. Beberapa hari sebelumnya, kesehatan Soekarno terus menurun. Suhu tubuhnya tinggi dan badannya mulai melemah. Soekarno lalu dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Kondisi Soekarno semakin memburuk. Minggu pagi pada tanggal 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan napas terakhir.

Sinopsis Buku "Jokowi: Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi"



Judul buku                  : Jokowi
                                      Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi
Penulis                         : Zaenuddin HM
Penerbit                       : Ufuk Press
Tahun terbit                 : 2012
Jumlah halaman           : 152 halaman

Apalah arti sebuah nama, kata William Shakespeare, pujangga besar Inggris abad ke-16. Jika ditimbang rasa, Joko Widodo alias Jokowi bukanlah nama yang sangat keren, malah terkesan lokal. Tetapi apalah arti nama tersebut kalau dibandingkan dengan sejumlah prestasinya yang bagus.
Jokowi lahir di Surakarta pada tanggal 21 Juni 1961. Ia anak pertama dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Suhiatmi. Ia menempuh pendidikan di SMA Negeri 6 Solo. Gelar insinyur diraihnya dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada ( UGM ) Yogyakarta pada tahun 1985.
Semasa kuliah, Jokowi terbiasa berambut panjang. Rupanya penampilannya ini tidak lepas dari kecintaannya pada music rock. Waktu SMA, guru dan kepala sekolah bingung untuk menegur, karena Jokowi selalu juara umum. Jokowi akhirnya memangkas rambut gondrongnya sejak ia menikah dengan Iriana, dan kini telah dikaruniai tiga orang anak yakni Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.
Setamat kuliah, Jokowi bekerja di Aceh selama dua tahun. Kariernya bermula dari bekerja sebagai karyawan pengusaha mebel, lalu membuka usaha sendiri di bidang ini dan akhirnya sukses menjadi pengusaha mebel.
Jokowi aktif di organisasi bisnis diantaranya sebagai Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo ( 1990 ), Ketua Bidang Pertambangan dan Energi KADIN Surakarta ( 1992-1996 ) dan Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta ( 2002-2007 ). Bisnisnya juga merambah ke mancanegara.
Nama Jokowi bukan berasal dari pemberian keluarganya, tetapi dari pembeli yang berasal dari Prancis. Karena nama Joko sangat banyak. Maka untuk membedakan diberilah nama khusus, Jokowi.
Sebagai pengusaha mebel yang sukses, Jokowi sangat sibuk. Tetapi Jokowi prihatin melihat perkembangan dan pembangunan Kota Solo, maka tergerak hatinya untuk memimpin atau menjadi Walikota Solo.
Singkat cerita, Jokowi pun diusung oleh PDI Perjuangan ( PDIP ) sebagai calon Walikota Solo. Jokowi berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo ( Rudy ). Tidak disangka, Jokowi terpilih sebagai Walikota Solo dan Rudy sebagai wakilnya periode 2005-2010, dengan meraih 99.747 suara.
Duet Jokowi-Rudy sebagai Walikota dan Wakil Walikota terbukti membawa perubahan besar bagi Kota Solo. Contohnya soal pedagang kaki lima dan masalah layanan publik. Tegasnya: Jokowi adalah walikota yang prorakyat, merakyat, dan karena itu dia dicintai rakyatnya.
Dalam Pilkada 2010,  Jokowi dan Rudy kembali menjadi Walikota dan Wakil Walikota periode 2010-2015. Yang menarik, kemenangan mereka di Pilkada kali ini nyaris tanpa kampanye seperti pawai, arak-arakan, dan pengarahan massa. Pada tanggal 29 Juli 2010, pasangan ini dilantik di gedung Balaikota Solo. Sejak menjadi Walikota Solo tahun 2005 dan kembali terpilih di tahun 2010, Jokowi telah melakukan sedikitnya lima terobosan besar dan penting bagi Kota Solo, juga berdampak positif bagi pembangunan di Indonesia.
Terobosan pertama : Sukses Merelokasi PKL Tanpa Penggusuran dan Kerusuhan. Jokowi tidak mau upaya penataan para pedagang kaki lima berakhir dengan kericuhan, bentrok fisik. Jokowi melalukan secara pendekatan dengan cara mengundang para pedagang makan bersama di rumah dinasnya. Setelah acara makan bersama selesai, tidak ada dialog yang membahas tentang kepindahan mereka. Demikian juga undangan makan bersama untuk yang kedua, ketiga, dan selanjutnya. Barulah pada pertemuan ke-54, Jokowi mengutarakan niatnya untuk memindahkan tempat usaha para pedagang kaki lima tersebut. Reaksi para pedagang adalah tak ada seorang pun yang menolak. Hasilnya Warga Solo dapat menikmati jalan yang bersih, indah, dan teratur.
Terobosan kedua : Sukses Menata Pasar Tradisional. Jokowi juga berhasil mengubah pasar-pasar tradisional yang kumuh menjadi pasar tradisional dengan bangunan modern yang bersih dan rapi.
Terobosan ketiga : Sukses Membawa Solo “Go To Internasional.” Slogan Solo, The Spirit of Java dibawah kepemimpinan Jokowi benar-benar terwujud. Melalui berbagai program pariwisata dan pertukaran budaya, Solo berhasil “Go Internasional” alias masuk dalam pergaulan kota-kota besar di dunia, tanpa kehilangan karakter atau jati dirinya.
Terobosan keempat : Sukses Menjaga Solo Kota Bersih dari Korupsi. Jokowi mereformasikan kinerja lembaga birokrasi khususnya di Solo, agar berjalan baik dan bersih dari korupsi. Jokowi memegang teguh prinsip “Jika bisa dipermudah, kenapa mesti dipersulit, jika bisa dipercepat, kenapa mesti diperlambat.” Prinsip inilah yang diyakininya akan menutup serapat mungkin celah-celah terjadinya korupsi berupa suap, sogokan, atau pungutan liar dalam melayani masyarakat.
Terobosan kelima : Sukses Membangkitkan Industry Otomotif  Dalam Negeri. Terobosan paling fenomenal yang dilakukan Jokowi adalah mengganti mobil dinasnya, Toyota Camry, dengan mobil rakitan siswa SMK Negeri 2 Solo. Peristiwa ini menjadi berita besar di media-media online dan televisi. Pengamat politik, Kristiadi mengatakan, Jokowi ingin membuka mata pejabat lain agar sadar bahwa mereka masih bersandar pada kemewahan.
Jokowi bekerja sepenuh hati untuk mengabdi, khususnya kepada warga Solo. Ia tidak punya kepentingan apapun misalnya untuk meraih jabatan atau memperkaya diri. Buktinya, ia tidak pernah meminta kenaikan gaji sebagaimana banyak pejabat pemerintah yang mengeluh gajinya kecil. Bahkan Jokowi selama menjadi Walikota Solo tidak pernah mengambil gajinya yang sekitar Rp6,5 juta perbulan. Menurutnya, uang tersebut lebih baik untuk mereka yang lebih membutuhkan.
Keberhasilan Jokowi sebagai Walikota Solo ternyata sejalan dengan hasil riset panjang mengenai kesuksesan seseorang yang pernah dilakukan Richard St. John, yang kemudian dipublikasikannya lewat buku berjudul 8 sifat untuk sukses : To Be Great. Kedelapan sifat itu antara lain :
1.      Passion : orang-orang sukses mencintai pekerjaan mereka.
2.      Kerja : orang-orang sukses bekerja sangat keras.
3.      Fokus : orang-orang sukses fokus pada satu hal, bukan semua hal.
4.      Motivasi : orang-orang sukses selalu memacu diri mereka sendiri.
5.      Ide : orang-orang sukses menghasilkan ide-ide yang bagus.
6.      Pengembangan Diri : orang-orang sukses terus mengembangkan dirinya.
7.      Melayani : orang-orang sukses melayani orang lain dengan nilai.
8.      Tekun : orang-orang sukses tahan banting menghadapi waktu, kegagalan,dan kemalangan.
Sejak pamornya mencuat ketingkat nasional, nama Jokowi sempat disebut-sebut kandidat calon Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Jokowi sendiri merasa heran, sebab ia tidak pernah menyatakan ingin mencalonkan diri. PDI Perjuangan yang menjadi kendaraan politiknya di Pilkada Kota Solo pun belum pernah secara resmi mengusung Jokowi untuk memimpin Jakarta.
Bagi Jokowi, Jakarta adalah kota yang sangat menantang. Berbekal pengalaman mengunjungi serta mengamati kota-kota besar dan modern di mancanegara, ia optimis mampu menerapkan pengalamannya itu untuk membangun ibukota.
Gebrakan Jokowi dalam banyak hal, apalagi ketika ia sebagai pejabat pemerintah, dengan berani memilih mobil buatan lokal sebagai kendaraan dinasnya, begitu menarik atensi dan simpati publik. Lantas, banyak kalangan ingin Jokowi menjadi presiden. Maka muncullah wacana : Jokowi layak menjadi calon Presiden 2014. Lantas, apa jawaban Jokowi menanggapi semua wacana dan usulan agar dirinya diusung jadi Capres 2014? Seperti biasa, dengan rendah hati, Jokowi menjawab “Saya tidak ada potongan menjadi presiden.” Setiap pengabdian pasti ada ganjarannya, itu teori kepemimpinan. Sosok seperti Jokowi mengundang decak kagum sekaligus simpati serta dukungan masyarakat Solo. Secara perlahan-lahan kekaguman tersebut akan meluas ke tingkat Provinsi Jawa Tengah, lalu ke tingkat Nasional. Jika ia tetap mempertahankan integritas dan loyalitasnya kepada pekerjaan yang mulia itu, yakni mengabdi kepada masyarakat, Jokowi bisa menjadi salah satu figur yang mampu memimpin bangsa dan negara ini.

Sinopsis Buku "Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa"




Judul Buku                  : Mohammad Hatta
                                      Hati Nurani Bangsa
Penulis                         : Dr. Deliar Noer
Penerbit                       : PT. Kompas Media Nusantara
Tahun Terbit                : 2012
Jumlah Halaman         : 182 halaman

            Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 di Batu Hampar ( kampung di pinggir jalan antara Bukittinggi dan Payakumbuh ). Di masa kecil, Hatta bersekolah di Bukittinggi. Beberapa tahun di sekolah dasar yang mulanya ditempuhnya lebih secara privat, di Padang, di Europeesche Lagere School sampai 1913 ( dari kelas 5 sampai kelas 7 ). Kemudian di MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, SMP berbahasa Belanda ) sampai 1917. Di samping belajar biasa, ia juga rajin belajar agama. Kemudian, ia bersekolah di Jakarta di Prins Hendrik School, sekolah dagang menengah.
            Disiplin hidup memang sudah melekat pada Hatta dari masa ia kecil. Kedudukannya sebagai bendahara organisasi JSB ( Jong Sumatranen Bond ) memang menuntut ia berdisiplin tinggi. Hatta bagaikan sudah menetapkan garis hidup selanjutnya bahwa ia akan bergerak dalam pergerakan nasional.
            Kematangan Hatta tambah bertumbuh ketika ia belajar di Belanda dari 1921 – 1932. Ia belajar dengan tekun di Handels Hugeschool di Rotterdam. Ia juga aktif dalam organisasi Indische Vereniging ( Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908 ). Kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia ( PI ). PI di bawah pimpinan Hatta memperlihatkan perubahan. Perhimpunan ini lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia.
            Pada tahun 1927, Hatta bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Abdul Masjid Djojoadhiningrat di tangkap oleh penguasa Belanda. Mereka dituduh menjadi anggota partai terlarang. Hatta dituntut 3 tahun penjara. Setelah ditahan beberapa bulan, akhirnya mereka dibebaskan karena tuduhan tidak dapat dibuktikan.
            Setelah lepas dari tahanan, ia bersama rekannya di PI menghadiri Kongres Internasional Menentang Kolonialisme di Brusells, Belgia. Juga Semaun dari PKI turut hadir. Hatta berhasil memengaruhi kongres tentang keadaan rakyat yang menderita di bawah jajahan Belanda di Indonesia, lalu dibentuk komisi yang akan meninjau perkembangan di Jawa dan Sumatera. Dalam menulis dan berpidato di Belanda, Hatta juga sering mengemukakan soal koperasi. Hanya sayang, setelah Hatta mundur dari kedudukan ketua, PI jatuh pada pengaruh pihak komunis.
               Perjuangan Hatta di Belanda tampak sekali berkaitan dengan perjuangan di tanah air. Oleh sebab itu,PI dibawah pimpinan Hatta merupakan pos terdepan di luar negeri bagi perjuangan di tanah air.Hatta melihat kemungkinan orang Indonesia untuk duduk dalam parlemen Belanda.Tetapi Soekarno menolak pendapat itu. Sebelum ditangkap Belanda, Soekarno aktif menggalang PPPKI ( Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia ) tetapi tidak aktif setelah tertangkapnya Soekarno pada 1930 dan dibangun kembali sekembali dari penjara.
Hatta tidak menyetujuinya karena PPPKI tidak banyak artinya dalam perjuangan. Agaknya Soekarno berbeda sifat dengan Hatta. Soekarno lebih suka menghadapi massa, Hatta lebih suka mendidiknya. Hatta juga sangat menekankan persatuan nasional yang disertai kesadaran, bukan asal beramai-ramai mendengarkannya. Bisa dikatakan, Hatta lebih rasional pemikirannya, sedangkan Soekarno dan kawan-kawannya lebih emosional.
Agaknya tidak terpikir oleh Hatta sebelumnya bahwa ia akan dibuang ke Digul, kemudian dipindahkan ke Banda Niera. Segera setelah pecah Perang Pasifik ( Desember 1941 ), Hatta dipindahkan ke Sukabumi. Pemerintah Jepang merasa perlu didukung oleh tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Maka setelah pemerintah Hindia Belanda kalah ( Maret 1942 ), beberapa opsir Jepang mendekati Hatta untuk membicarakan situasi yang dihadapi. Ia dibawa ke Jakarta untuk keperluan itu. Ia dijadikan penasehat. Hatta juga mengepalai sebuah Panitia Penyelidik Adat Istiadat dan Tata Usaha lama. Anggota-anggota termasuk Empat Serangkai ( Hatta, Soekarno, Ki Hadjar Dewantara, dan KH Mas Mansur ).
Cita-cita kemerdekaan masih terus merupakan cita-cita yang diusahakan perwujudannya oleh para pemimpin Indonesia. Suatu pidato Hatta di lapangan Ikada (sekarang Monas) pada 8 Desember 1942, sangat menggemparkan. Hatta mengatakan, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali. Perjuangan untuk kemerdekaan itu kemudian dipusatkan pada Pusat Tenaga Rakyat ( Poetera ) yaitu suatu gerakan yang dipimpin oleh Empat Serangkai. Pemerintah militer Jepang mengharapkan tugas Poetera dapat meruntuhkan sekutu dan menambah hasil bumi. Tetapi sebaliknya Poetera sendiri berusaha menjaga cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Pada 1 Maret 1944, pemerintah Jepang di Jawa mendirikan Jawa Hokokai sebagai pengganti Poetera. Organisasi ini didirikan untuk mengerahkan rakyat membantu Jepang dalam perang. Dalam bulan April 1945, Hatta dipercayai untuk memimpin Sekolah Tinggi Islam. Tujuannya membentuk ulama yang berpengetahuan dalam dan berpendidikan luas serta mempunyai semangat yang dinamis.
Pada tanggal 28 Mei 1945, dibentuk BPUPKI, untuk menyusun rancangan UUD 1945. Dalam penyusunan rancangan ini, Hatta berperan dalam 4 hal yaitu soal pembukaan yang biasa dirujuk dengan Piagam Jakarta, soal bentuk negara, soal hak asasi, dan soal ekonomi. Perang Pasifik bertambah seru. Pada awal Agustus 1945, PPKI dibentuk. Hatta menjadi wakil ketua dan Soekarno sebagai ketua.Sebagai ketua dan wakil ketua, disertai Radjiman Wedyodiningrat diutus ke Dalat. Hasilnya pemerintah Jepang memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Kemudian Perang Pasifik berakhir dengan menyerahnya Jepang. Rakyat Indonesia mempersiapkan kemerdekaan. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta dibawa paksa oleh para pemuda keluar kota (dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok). Tujuannya untuk menghindari kedua tokoh nasional ini dari kemungkinan terlibat kerusuhan antara pemuda dan pihak Jepang.
Pada 16 Agustus malam, mereka dibawa lagi ke Jakarta. Lalu mengadakan rapat PPKI di rumah Admiral Maeda. Keesokkan harinya, jam sepuluh pagi dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan. Pengesahan UUD 1945 dilakukan tanggal 18 Agustus 1945. Hatta juga mengusulkan agar sila ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
Hatta dan Soekarno terutama di masa revolusi 1945-1949 benar-benar bagai dwitunggal. Mereka berdua erat sekali bekerja sama. Walau mereka mempunyai sifat yang berbeda, keduanya pun saling mengisi. Soekarno mungkin terdorong oleh emosi, sedangkan Hatta dikusai oleh pemikiran yang sudah direnungkan.
Sikap tanggung jawab pemerintahan yang juga terletak pada Presiden/Wakil Presiden diperlihatkan Hatta dalam sidang pleno KNIP di Malang. Dengan Keputusan Presiden ( Peraturan Presiden No. 6 ) anggota KNIP ditambah, terutama dari Sumatera. Sidang pleno KNIP menerima Peraturan Presiden No. 6 tadi. Naskah Persetujuan Linggarjati ditandatangani di Jakarta, 25 Maret 1947.
Perundingan dengan Pihak Belanda dilanjutkan, antara lain di Kaliurang pada November dan Desember 1948. Perundingan selesai dengan bantuan Komisi Tiga Negara ( wakil dari AS, Australia, dan Belgia ). Perundingan ini untuk melaksanakan hasil Persetujuan Renville yang diwariskan oleh Amir Sjarifuddin.
Namun, Belanda lagi-lagi menyerang Indonesia pada tanggal 18 Desember 1948. Kali ini Belanda menduduki Yogyakarta. Soekarno, Hatta, dan beberapa Mentri Indonesia ditangkap, lalu dibuang ke Bangka dan Parapat. Perundingan lanjutan antara Indonesia dan Belanda menghasilkan Persetujuan Roem-Royen ( 6 Mei 1949 ) yang umumnya menguntungkan Indonesia. Persetujuan ini berakibat pemerintahan RI dikembalikan ke Yogyakarta. Dan perundingan dilanjutkan dalam Konfrensi Meja Bundar. Delegasi RI diketuai oleh Hatta berlangsung di Den Haag.
Kemudian pada 16 Desember 1949, para wakil dari negara-negara di seluruh Indonesia memilih Soekarno sebagai Presiden RIS. Tiga hari kemudian, berdiri kabinet federal pertama yang dipimpin oleh Hatta.
Perlu dikemukakan janji Hatta baru akan menikah sesudah Indonesia merdeka dipenuhinya. Tanggal 18 November 1945, Hatta menikahi Ibu Rahmi, dan dikaruniai 3 orang anak.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali pada NKRI. Soekarno dikukuhkan lagi sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Hatta semenjak berjuang di zaman jajahan, apalagi setelah memegang jabatan tinggi sebagai Perdana Menteri ataupun sebagai Wakil Presiden, sangat memberi perhatian pada koperasi. Lalu, Hatta diangkat menjadi “Bapak Koperasi”. Disamping koperasi, Hatta juga turut mendorong perkembangan perusahaan pemerintah.
Bersamaan dengan hasil pemilu pada Juli 1956, Hatta mengirim surat kepada DPR bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Maka pada tanggal 1 Desember 1956, Hatta resmi menjadi warga negara biasa. Memang rakyat pada umumnya masih mengharapkan agar dwitunggal dapat dipulihkan. Tetapi pemikiran Soekarno dengan Hatta berbeda. Soekarno sendiri terus saja dengan gagasan-gagasan yang menjauhkannya dari Hatta.
Apalagi dengan tidak diberikannya kesempatan kepada konstituante untuk menyelesaikan kerjanya ( yang menurut ketuanya, Februari 1959, sudah tinggal 10 persen ) dan kemudian dikeluarkannya dekrit yang memberlakukan kembali UUD 1945. Pada Juni 1959 yang menjadikan Soekarno Presiden Eksekutif. Sejak itu perpisahan Soekarno dan Hatta tidak dapat diperbaiki lagi.
Kejatuhan Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai kepala negara di sambut Hatta mulanya dengan harapan besar untuk kembali membangun Indonesia dengan tertib dan damai. Tetapi harapannya terhadap Soeharto berganti dengan kekecewaan. Dan dalam masa reformasi sejak 1998, negeri kita masih saja terpuruk, dalam kehidupan ekonomi, hukum, politik, dan budaya, tanpa tanda-tanda berarti dalam kebangkitan.
Pada tanggal 14 Maret 1980, Hatta meninggal dunia karena sakit. Seharusnya sepak terjangnya secara pribadi,maupun dalam hubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dijadikan suri teladan bagi kita semua. Semoga arwahnya dilapangkan oleh Allah SWT. Amin.