Judul buku : Bung Karno
The Unforgettable
Superhero
Penulis : Hendri Suseno, S.IP
Penerbit : Notebook
Tahun terbit : 2014
Jumlah halaman : 276 halaman
6 Juni 1901 tepatnya
pukul setengah enam di perkampungan yang terletak di Surabaya merupakan pagi
bersejarah bagi Indonesia. Pagi itulah, seorang bayi mungil menghirup udara
dunia dan tidak satupun menyangka bahwa bayi itulah yang nantinya membawa
Indonesia pada satu kata berharga “Merdeka”. Bayi tersebut merupakan buah hati
dari pasangan Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Kusno, nama itulah
yang diberikan Sukemi kepada sang bayi.
Kusno
kecil sering sakit-sakitan. Badannya kurus dan lemah. Sang ayah terus memberikan semangat agar Kusno
bisa bertahan melawan penyakitnya. Tapi Kusno tak kunjung sembuh. Akhirnya sang
ayah mendapatkan kesimpulan bahwa “Kusno” bukanlah nama yang cocok untuknya.
Saat itu, nama “Karna” ( dalam bahasa Jawa dibaca menjadi Karno ) muncul.
Kemudian, resmilah nama “Kusno” diganti menjadi “Karna” atau “Karno”. Lalu,
darimana datangnya “Su”? Pemberian kata Su diawal kata Karno mengisyaratkan
kebaikan. Sehingga Soekarno berarti pahlawan yang baik.
Soekarno
adalah sosok yang sederhana. Ia dilahirkan di tengah-tengah kemiskinan dan
dibesarkan dalam kemiskinan. Ia juga adalah anak yang tergolong gesit dan juga
bandel. Namun, meskipun agak bandel, ia juga teman yang baik dan sejati.
Dia memang sedikit
bandel, tapi ia adalah sosok yang brilian dan pintar. Di Europese Lagre School
Mojokerto, Soekarno tergolong murid yang pandai. Juni 1916, ia dengan gemilang
lulus ujian masuk HBS ( Hogere Burger School ). Masuk HBS membuat Soekarno
semakin rajin belajar. Tamat HBS, ia melanjutkan pendidikannya ke Technische
Hoge School ( sekarang ITB ).
Soekarno
memasuki sekolah HBS di Surabaya pada tahun 1916. Beberapa anak yang sekolah di
HBS tinggal di rumah keluarga Tjokroaminoto. Soekarno pun ikut mondok di rumah
Tjokroaminoto. Di sana ia tinggal dengan sekitar 15 siswa lainnya. Di rumah
inilah awal pertemuannya dengan gadis bernama Siti Oetari.
Siti
Oetari adalah perempuan cantik yang menjadi istri pertama Soekarno. Ia adalah
putri sulung dari HOS Tjokroaminoto. Banyak sumber mengatakan bahwa Soekarno
tidak mencintai Oetari. Akan tetapi, pernikahan tersebut dilakukan hanya untuk
menyenangkan Tjokroaminoto. Mereka menikah di Surabaya pada tahun 1921.
Soekarno
melanjutkan pendidikan di Bandung, tepatnya di THS. Di tempat kosnya, ia
dipertemukan dengan Inggit Garnasih. Istri dari Hj. Sanusi, pemilik kosnya.
Soekarno diam-diam menaruh perhatian pada Inggit. Mereka bertemu dan
berhubungan setiap hari. Jalinan hubungan itu semakin serius yang mendorong
mereka berterus terang kepada Hj. Sanusi dan Tjokroaminoto. Setelah Soekarno
bercerai dengan Oetari dan Inggit bercerai dengan Sanusi, maka Soekarno dan
Inggit menikah pada 24 Maret 1923. Inggit telah banyak berkorban dan banyak
andil dalam membantu perjuangan Soekarno.
Ketika
Soekarno diasingkan ke Bengkulu, di sana ia terpikat kepada salah satu gadis
bernama Fatmawati. Inggit yang melihat kedekatan Soekarno dan Fatmawati mulai
yakin suaminya menaruh perasaan pada Fatmawati. Soekarno ingin menikahi Fatma
tapi ia tidak ingin menceraikan Inggit. Inggit menerima perasaan Soekarno pada
Fatma meskipun ia sedikit sedih dan gundah. Ia berusaha tegar dan mengizinkan
Soekarno menikah lagi dengan syarat mereka harus bercerai terlebih dahulu.
Mereka bercerai pada 1943.
Kisah
kebersamaan antara Fatmawati dan Soekarno tergolong istimewa karena ialah yang
menemani Soekarno di masa-masa kemerdekaan Indonesia. Dialah yang berjasa
menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan.
Fatmawati
pertama kali bertemu Soekarno pada tahun 1938, saat ia ikut orangtuanya
berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Fatma mengikuti sekolah
Muhammadiyah dimana Soekarno menjadi gurunya. Di sinilah hubungan yang lebih
dalam antara Soekarno dan Fatma terjalin.
Saat
itu Fatmawati baru berusia 15 tahun. Alasan Soekarno tertarik kepada Fatmawati
untuk mendapatkan keturunan. Tanggal 1 Juni 1943, akhirnya mereka menikah.
Fatmawati telah berjasa menjahit bendera Merah Putih yang sekarang menjadi
“Bendera Pusaka Sangsaka Merah Putih”. Dalam pernikahannya, mereka dikaruniai
lima orang anak. Diantaranya adalah Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno
Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri dan Guruh Soekarno
Putra.
Namun pada suatu saat,
Fatmawati meninggalkan istana karena mengetahui Soekarno ingin menikah dengan
Hartini. Akhirnya Soekarno menikah lagi dengan Hartini tanggal 15 Januari 1953,
tetapi tidak menceraikan Fatmawati.
Tidak
hanya sampai di sini kisah cinta Soekarno. Suatu hari Soekarno melihat lukisan
karya Basuki Abdullah. Kartini adalah model dari lukisan tersebut. Sejak itu,
Soekarno jatuh hati padanya dan menikah pada tahun 1959. Lalu dikaruniai
seorang anak bernama Totok Suryawan Soekarno.
Saat
Soekarno ke Jepang, beliau bertemu dengan Naoko Nemoto yang akrab dengan
panggilan Ratna Sari Dewi. Pertama bertemu, Soekarno sudah terpikat kepada
Ratna Sari. Akhirnya mereka menikah pada 3 Maret 1962. Pernikahan ini
menghasilkan satu orang anak yaitu Karina Kartika Sari Soekarno.
Suatu
hari, Soekarno bertemu dengan Haryati, seorang penari dari Surabaya. Haryati
sering diminta menari oleh Soekarno. Soekarno tertaik kepada Haryati lalu
melamarnya pada 21 Mei 1963. Selang tiga tahun, mereka pun bercerai.
Setelah
itu Soekarno menikah dengan gadis Manado yang bernama Yurike Sanger atau yang
sering dipanggil dengan sebutan Yuri. Yuri adalah salah satu anggota barisan
Bhinneka Tunggal Ika yang diberikan perhatian khusus oleh Soekarno. Mereka pun
saling menyimpan perasaan. Akhirnya, mereka menikah pada 6 Agustus 1964.
Baginya, Soekarno adalah sosok seorang bapak yang penuh perhatian.
Heldy
Djafar adalah istri terakhir Soekarno. Dari kecil ia sudah terlihat mengagumi
sosok Soekarno. Heldy adalah salah satu anggota barisan Bhinneka Tunggal Ika
yang mendapat perhatian khusus dari Soekarno, sama seperti Yuri. Mereka menikah
pada tahun 1966. Namun, pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun.
Sedikit
cerita tentang hubungan Bung Karno dengan Bung Hatta. Bung Hatta adalah sahabat
paling akrab dari Soekarno. Mereka berdualah yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, sehingga diberi predikat Bapak Proklamator.
Selain itu beliau juga diakui sebagai Bapak Bangsa yang banyak berperan dalam
membangkitkan, memberikan jati diri bangsa, dan kemudian meletakkan dasar
negara RI, Pancasila, yang pertama kali dilontarkan pada 1 Juni 1945.
Hubungan
Soekarno dan Hatta seringkali disebut dwitunggal. Tekad mereka sama yaitu
melawan penindasan dan membebaskan Indonesia dari penjajahan. Hanya mereka
mempunyai cara yang berbeda dalam mewujudkannya. Karena adanya perbedaan
pendapat, pada tanggal 1 Desember 1956, Mohammad Hatta mengirimkan surat
pengunduran dirinya sebagai Wakil Presiden RI kepada DPR hasil Pemilihan Umum
1955. Pada tanggal 5 Februari 1957, Presiden Soekarno memberhentikan Mohammad
Hatta sebagai wakil presiden.
Berikut
ini kumpulan peristiwa dan kejadian penting. Tanggal 16 Agustus 1945, terjadi
penculikan yang bertujuan untuk mempercepat diadakannya pembacaan teks
proklamasi. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Penculikan
tersebut berhasil membuat kesepakatan antara golongan tua yang diwakili
Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo dengan golongan muda tentang kapan
proklamasi akan dilaksanakan. Pada waktu itu, Soekarno dan Hatta menginginkan
agar proklamasi dilakukan melalu PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan
agar proklamasi dilakukan secepat-cepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap
sebagai badan buatan Jepang.
Akhirnya
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus
1945. Proklamasi dibacakan oleh Soekarno dan didampingi Mohammad Hatta di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat yang sekarang disebut sebagai Jalan
Proklamasi No. 1, Jakarta Pusat.
Teks
naskah proklamasi tersebut ditulis di rumah Laksamana Tadashi Maeda selama
semalam suntuk. Para penyusunnya adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan
Mr. Ahmad Soebarjo. Naskah tersebut lalu diketik oleh Sayuti Melik. Keesokan
harinya tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi, Soekarno membacakan teks
proklamasi tersebut dengan penuh semangat dan suara yang keras. Setelah proklamasi
kemerdekaan dibacakan, acara pun dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah
Putih. S.Soehoed mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatkannya
pada tali dengan bantuan Coedanco Latief Hendraningrat. Bendera dinaikkan
pelan-pelan. Tanpa dikomando, para hadirin spontan menyanyikan lagu kebangsaan
“Indonesia Raya”. Suasana pagi itu diliputi haru dan banyak yang menitikkan air
mata karena setelah berjuang ratusan tahun untuk merdeka, akhirnya kemerdekaan
itu bisa dicapai.
Berbeda
dengan presiden-presiden lainnya yang menjabat setelah Soekarno.Soekarno
tercatat paling banyak menjadi sasaran pembunuhan oleh beberapa orang yang
tidak menyukainya. Putri Soekarno, Megawati pernah mengungkapkan bahwa Soekarno
telah dijadikan sasaran sebanyak 23 kali. Kisah rencana pembunuhan terhadap
Soekarno ini terjadi pada tanggal 30 November 1957, pukul 20.45 di halaman
depan gedung Yayasan Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Soekarno nyaris terenggut
maut karena ledakan granat kala itu. Untung saja ia bisa meloloskan diri dari
granat, namun sayangnya banyak korban lain berjatuhan. Enam buah granat
dilemparkan, lima diantaranya meledak dan hampir melukai Soekarno. Tapi untung
saja ajudan presiden, Letnan Kolonel Sugandhi segera mendorong Soekarno dan
menelungkupkannya di lantai kemudian menindihnya untuk melindungi dari pecahan
granat. Setelah diselidiki kejadian itu dilakukan oleh gerombongan Darul Islam
dan adanya keterlibatan Belanda.
Selain
kisah Cikini, kisah lain yang tak kalah menegangkan adalah rencana pembunuhan
yang dilakukan oleh Daniel Maukar. Peristiwa terjadi pada 9 Maret 1960 di
Istana Merdeka. Istana Merdeka telah diberondong kanon 23mm dari sebuah pesawat
tempur Mikoyan-Gurevich MiG- 17F Fresco nomor 1112 asal Skadron Udara 11. Namun
Tuhan masih melindungi Soekarno. Soekarno selamat dari peristiwa itu.
Pada
tanggal 14 Mei 1962 terjadi lagi usaha pembunuhan terhadap Soekarno. Peristiwa ini
dimulai saat orang-orang termasuk Soekarno berkumpul di lapangan rumput antara
Istana Merdeka dan Istana Negara untuk mengadakan sholat Idul Adha. Saat sujud,
tiba-tiba saja terdengar tembakan yang bertubi-tubi yang diarahkan kepada
Soekarno. Tetapi tembahan itu meleset dan tidak mengenai Soekarno, sebaliknya
menyerempet bahu Ketua DPR Zainul Arifin dari NU yang mengimami sholat.
Kisah
lain terjadi pada bulan Januari 1962, Presiden Soekarno dijadwalkan berpidato
di Makassar. Pada saat itu hari sudah malam ketika rombongan presiden menuju
gedung pertemuan. Ketika memasuki jalan Tjendrawasih yang sepi dan gelap,
tiba-tiba terdengar sebuah ledakan granat. Tetapi lagi-lagi Soekarno lolos dari
rencana pembunuhan itu.
Selain
keempat peristiwa rencana pembunuhan tersebut, sebenarnya masih ada beberapa
peristiwa lagi terkait dengan rencana pembunuhan Soekarno.
Pembebasan
irian Barat dilakukan karena Belanda terus mengulur-ngulur waktu untuk
menyerahkan Irian Barat ke tangan Indonesia. Sikap Belanda yang tidak tegas ini
membuat Soekarno marah. Tahun 1949 telah diadakan Konferensi Meja Bundar tetapi
hasilnya tidak memuaskan. Setahun kemudian, Belanda tetap tidak menyerahkan
Irian Barat kepada Indonesia. Maka diadakan perundingan-perundingan dengan
pihak Belanda. Diantaranya yaitu :
-
Indonesia
mengadakan Konferensi Uni Indonesia Belanda pada tanggal 4 Desember 1950.
-
Indonesia
mengadakan perundingan bilateral antara Indonesia Belanda pada bulan Desember
1951.
-
Pada
bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan
Indonesia Belanda.
-
Pada
sidang PBB tahun 1954, Indonesia juga menyampaikan permasalahan Irian Barat.
Semua perundingan itu
gagal,membuat kesabaran Indonesia pun habis dan terbentuklah Trikora. Trikora
merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua
bagian barat ke NKRI. Trikora dicetus oleh Soekarno pada tanggal 19 Desember
1961 di Alun-alun Utara Yogyakarta. Setelah Trikora resmi dicetus, maka
Soekarno memulai langkah awal dengan membentuk Komando Mandala. Tugasnya adalah
merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk
menggabungkan Papua bagian Barat dengan Indonesia. Melihat kekuatan militer
Indonesia yang sudah pada posisi mengepung Papua, Amerika selaku sekutu Belanda
mengusulkan diadakannya perundingan dan mendesak Belanda untuk segera
menyerahkan Papua Barat pada Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus
1962 diadakan perundingan “Markas PBB” yang dikenal dengan perjanjian New York.
Yang hasilnya Papua Barat tetap bergabung dengan Indonesia. Dengan demikian
Papua Barat menjadi provinsi ke 26 RI dan berganti nama menjadi Irian Jaya.
Pemberontakan
PKI di Madiun berhubungan erat dengan turunnya Amir Syarifudin dari kabinetnya
dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Jatuhnya Kabinet Amir Syaridufin karena
ditandatangani perundingan Renville. Amir Syarifudin merasa kecewa karena
kabinetnya jatuh, lalu ia membentuk Front Demokrasi Rakyat. FDR didukung oleh
Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia. Ditambah lagi Musso. Musso adalah tokoh PKI
yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda
tahun 1936. Merekalah yang melakukan pemberontakan di Madiun
Pada
tanggal 11 Maret dikeluarkan Supersemar yang ditujukan kepada Mayor Jenderal
Soeharto. Lewat Supersemar, Soeharto mengambil langkah-langkah dramatis yaitu
membubarkan PKI dan ormas-ormasnya di seluruh Indonesia. Pada titik inilah
kekuasaan mulai berubah. Soekarno semakin surut sementara Soeharto mulai
menancapkan kekuasaannya. Akhirnya pada 22 Februari 1967, masa kejayaan
Soekarno benar-benar melemah. Pada hari itu, terjadi penyerahan pemerintahan
kepada Soeharto. Melalui sidang MPRS pada awal Maret 1967, MPRS mencabut mandat
Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden.
21
Juni 1970 adalah hari yang penuh duka cita bagi rakyat Indonesia, karena hari
itu adalah hari wafatnya Soekarno. Beberapa hari sebelumnya, kesehatan Soekarno
terus menurun. Suhu tubuhnya tinggi dan badannya mulai melemah. Soekarno lalu
dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Kondisi Soekarno
semakin memburuk. Minggu pagi pada tanggal 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan
napas terakhir.
No comments:
Post a Comment