Judul
buku :
Jokowi
Dari Jualan Kursi
Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi
Penulis : Zaenuddin HM
Penerbit : Ufuk Press
Tahun
terbit : 2012
Jumlah
halaman : 152 halaman
Apalah arti sebuah nama, kata William
Shakespeare, pujangga besar Inggris abad ke-16. Jika ditimbang rasa, Joko
Widodo alias Jokowi bukanlah nama yang sangat keren, malah terkesan lokal.
Tetapi apalah arti nama tersebut kalau dibandingkan dengan sejumlah prestasinya
yang bagus.
Jokowi lahir di Surakarta pada tanggal 21
Juni 1961. Ia anak pertama dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan Noto
Mihardjo dan Suhiatmi. Ia menempuh pendidikan di SMA Negeri 6 Solo. Gelar
insinyur diraihnya dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada ( UGM )
Yogyakarta pada tahun 1985.
Semasa kuliah, Jokowi terbiasa berambut
panjang. Rupanya penampilannya ini tidak lepas dari kecintaannya pada music
rock. Waktu SMA, guru dan kepala sekolah bingung untuk menegur, karena Jokowi
selalu juara umum. Jokowi akhirnya memangkas rambut gondrongnya sejak ia menikah
dengan Iriana, dan kini telah dikaruniai tiga orang anak yakni Gibran
Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.
Setamat kuliah, Jokowi bekerja di Aceh
selama dua tahun. Kariernya bermula dari bekerja sebagai karyawan pengusaha
mebel, lalu membuka usaha sendiri di bidang ini dan akhirnya sukses menjadi
pengusaha mebel.
Jokowi aktif di organisasi bisnis
diantaranya sebagai Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo ( 1990 ),
Ketua Bidang Pertambangan dan Energi KADIN Surakarta ( 1992-1996 ) dan Ketua
Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta ( 2002-2007 ).
Bisnisnya juga merambah ke mancanegara.
Nama Jokowi bukan berasal dari pemberian
keluarganya, tetapi dari pembeli yang berasal dari Prancis. Karena nama Joko
sangat banyak. Maka untuk membedakan diberilah nama khusus, Jokowi.
Sebagai pengusaha mebel yang sukses,
Jokowi sangat sibuk. Tetapi Jokowi prihatin melihat perkembangan dan
pembangunan Kota Solo, maka tergerak hatinya untuk memimpin atau menjadi
Walikota Solo.
Singkat cerita, Jokowi pun diusung oleh
PDI Perjuangan ( PDIP ) sebagai calon Walikota Solo. Jokowi berpasangan dengan
FX Hadi Rudyatmo ( Rudy ). Tidak disangka, Jokowi terpilih sebagai Walikota
Solo dan Rudy sebagai wakilnya periode 2005-2010, dengan meraih 99.747 suara.
Duet Jokowi-Rudy sebagai Walikota dan
Wakil Walikota terbukti membawa perubahan besar bagi Kota Solo. Contohnya soal
pedagang kaki lima dan masalah layanan publik. Tegasnya: Jokowi adalah walikota
yang prorakyat, merakyat, dan karena itu dia dicintai rakyatnya.
Dalam Pilkada 2010, Jokowi dan Rudy kembali menjadi Walikota dan
Wakil Walikota periode 2010-2015. Yang menarik, kemenangan mereka di Pilkada
kali ini nyaris tanpa kampanye seperti pawai, arak-arakan, dan pengarahan
massa. Pada tanggal 29 Juli 2010, pasangan ini dilantik di gedung Balaikota
Solo. Sejak menjadi Walikota Solo tahun 2005 dan kembali terpilih di tahun
2010, Jokowi telah melakukan sedikitnya lima terobosan besar dan penting bagi
Kota Solo, juga berdampak positif bagi pembangunan di Indonesia.
Terobosan pertama : Sukses Merelokasi PKL
Tanpa Penggusuran dan Kerusuhan. Jokowi tidak mau upaya penataan para pedagang
kaki lima berakhir dengan kericuhan, bentrok fisik. Jokowi melalukan secara
pendekatan dengan cara mengundang para pedagang makan bersama di rumah
dinasnya. Setelah acara makan bersama selesai, tidak ada dialog yang membahas
tentang kepindahan mereka. Demikian juga undangan makan bersama untuk yang
kedua, ketiga, dan selanjutnya. Barulah pada pertemuan ke-54, Jokowi mengutarakan
niatnya untuk memindahkan tempat usaha para pedagang kaki lima tersebut. Reaksi
para pedagang adalah tak ada seorang pun yang menolak. Hasilnya Warga Solo
dapat menikmati jalan yang bersih, indah, dan teratur.
Terobosan kedua : Sukses Menata Pasar Tradisional.
Jokowi juga berhasil mengubah pasar-pasar tradisional yang kumuh menjadi pasar
tradisional dengan bangunan modern yang bersih dan rapi.
Terobosan ketiga : Sukses Membawa Solo “Go
To Internasional.” Slogan Solo, The Spirit of Java dibawah kepemimpinan Jokowi
benar-benar terwujud. Melalui berbagai program pariwisata dan pertukaran
budaya, Solo berhasil “Go Internasional” alias masuk dalam pergaulan kota-kota
besar di dunia, tanpa kehilangan karakter atau jati dirinya.
Terobosan keempat : Sukses Menjaga Solo
Kota Bersih dari Korupsi. Jokowi mereformasikan kinerja lembaga birokrasi
khususnya di Solo, agar berjalan baik dan bersih dari korupsi. Jokowi memegang
teguh prinsip “Jika bisa dipermudah, kenapa mesti dipersulit, jika bisa
dipercepat, kenapa mesti diperlambat.” Prinsip inilah yang diyakininya akan
menutup serapat mungkin celah-celah terjadinya korupsi berupa suap, sogokan,
atau pungutan liar dalam melayani masyarakat.
Terobosan kelima : Sukses Membangkitkan
Industry Otomotif Dalam Negeri.
Terobosan paling fenomenal yang dilakukan Jokowi adalah mengganti mobil
dinasnya, Toyota Camry, dengan mobil rakitan siswa SMK Negeri 2 Solo. Peristiwa
ini menjadi berita besar di media-media online dan televisi. Pengamat politik,
Kristiadi mengatakan, Jokowi ingin membuka mata pejabat lain agar sadar bahwa
mereka masih bersandar pada kemewahan.
Jokowi bekerja sepenuh hati untuk
mengabdi, khususnya kepada warga Solo. Ia tidak punya kepentingan apapun
misalnya untuk meraih jabatan atau memperkaya diri. Buktinya, ia tidak pernah
meminta kenaikan gaji sebagaimana banyak pejabat pemerintah yang mengeluh
gajinya kecil. Bahkan Jokowi selama menjadi Walikota Solo tidak pernah
mengambil gajinya yang sekitar Rp6,5 juta perbulan. Menurutnya, uang tersebut
lebih baik untuk mereka yang lebih membutuhkan.
Keberhasilan Jokowi sebagai Walikota Solo
ternyata sejalan dengan hasil riset panjang mengenai kesuksesan seseorang yang
pernah dilakukan Richard St. John, yang kemudian dipublikasikannya lewat buku
berjudul 8 sifat untuk sukses : To Be Great. Kedelapan sifat itu antara lain :
1.
Passion
: orang-orang sukses mencintai pekerjaan mereka.
2.
Kerja
: orang-orang sukses bekerja sangat keras.
3.
Fokus
: orang-orang sukses fokus pada satu hal, bukan semua hal.
4.
Motivasi
: orang-orang sukses selalu memacu diri mereka sendiri.
5.
Ide
: orang-orang sukses menghasilkan ide-ide yang bagus.
6.
Pengembangan
Diri : orang-orang sukses terus mengembangkan dirinya.
7.
Melayani
: orang-orang sukses melayani orang lain dengan nilai.
8.
Tekun
: orang-orang sukses tahan banting menghadapi waktu, kegagalan,dan kemalangan.
Sejak pamornya mencuat ketingkat nasional,
nama Jokowi sempat disebut-sebut kandidat calon Gubernur DKI Jakarta periode
2012-2017. Jokowi sendiri merasa heran, sebab ia tidak pernah menyatakan ingin
mencalonkan diri. PDI Perjuangan yang menjadi kendaraan politiknya di Pilkada
Kota Solo pun belum pernah secara resmi mengusung Jokowi untuk memimpin
Jakarta.
Bagi Jokowi, Jakarta adalah kota yang
sangat menantang. Berbekal pengalaman mengunjungi serta mengamati kota-kota
besar dan modern di mancanegara, ia optimis mampu menerapkan pengalamannya itu
untuk membangun ibukota.
Gebrakan Jokowi dalam banyak hal, apalagi
ketika ia sebagai pejabat pemerintah, dengan berani memilih mobil buatan lokal
sebagai kendaraan dinasnya, begitu menarik atensi dan simpati publik. Lantas,
banyak kalangan ingin Jokowi menjadi presiden. Maka muncullah wacana : Jokowi
layak menjadi calon Presiden 2014. Lantas, apa jawaban Jokowi menanggapi semua
wacana dan usulan agar dirinya diusung jadi Capres 2014? Seperti biasa, dengan
rendah hati, Jokowi menjawab “Saya tidak ada potongan menjadi presiden.” Setiap
pengabdian pasti ada ganjarannya, itu teori kepemimpinan. Sosok seperti Jokowi
mengundang decak kagum sekaligus simpati serta dukungan masyarakat Solo. Secara
perlahan-lahan kekaguman tersebut akan meluas ke tingkat Provinsi Jawa Tengah,
lalu ke tingkat Nasional. Jika ia tetap mempertahankan integritas dan
loyalitasnya kepada pekerjaan yang mulia itu, yakni mengabdi kepada masyarakat,
Jokowi bisa menjadi salah satu figur yang mampu memimpin bangsa dan negara ini.
No comments:
Post a Comment