Judul Buku : Mohammad Hatta
Hati Nurani Bangsa
Penulis : Dr. Deliar Noer
Penerbit : PT. Kompas Media
Nusantara
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 182 halaman
Mohammad
Hatta lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 di Batu Hampar (
kampung di pinggir jalan antara Bukittinggi dan Payakumbuh ). Di masa kecil,
Hatta bersekolah di Bukittinggi. Beberapa tahun di sekolah dasar yang mulanya
ditempuhnya lebih secara privat, di Padang, di Europeesche Lagere School sampai
1913 ( dari kelas 5 sampai kelas 7 ). Kemudian di MULO ( Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs, SMP berbahasa Belanda ) sampai 1917. Di samping belajar biasa, ia
juga rajin belajar agama. Kemudian, ia bersekolah di Jakarta di Prins Hendrik
School, sekolah dagang menengah.
Disiplin
hidup memang sudah melekat pada Hatta dari masa ia kecil. Kedudukannya sebagai
bendahara organisasi JSB ( Jong Sumatranen Bond ) memang menuntut ia
berdisiplin tinggi. Hatta bagaikan sudah menetapkan garis hidup selanjutnya
bahwa ia akan bergerak dalam pergerakan nasional.
Kematangan
Hatta tambah bertumbuh ketika ia belajar di Belanda dari 1921 – 1932. Ia
belajar dengan tekun di Handels Hugeschool di Rotterdam. Ia juga aktif dalam
organisasi Indische Vereniging ( Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908 ).
Kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia ( PI ). PI di bawah
pimpinan Hatta memperlihatkan perubahan. Perhimpunan ini lebih banyak
memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia.
Pada
tahun 1927, Hatta bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Abdul
Masjid Djojoadhiningrat di tangkap oleh penguasa Belanda. Mereka dituduh
menjadi anggota partai terlarang. Hatta dituntut 3 tahun penjara. Setelah
ditahan beberapa bulan, akhirnya mereka dibebaskan karena tuduhan tidak dapat
dibuktikan.
Setelah
lepas dari tahanan, ia bersama rekannya di PI menghadiri Kongres Internasional
Menentang Kolonialisme di Brusells, Belgia. Juga Semaun dari PKI turut hadir.
Hatta berhasil memengaruhi kongres tentang keadaan rakyat yang menderita di
bawah jajahan Belanda di Indonesia, lalu dibentuk komisi yang akan meninjau
perkembangan di Jawa dan Sumatera. Dalam menulis dan berpidato di Belanda,
Hatta juga sering mengemukakan soal koperasi. Hanya sayang, setelah Hatta
mundur dari kedudukan ketua, PI jatuh pada pengaruh pihak komunis.
Perjuangan
Hatta di Belanda tampak sekali berkaitan dengan perjuangan di tanah air. Oleh
sebab itu,PI dibawah pimpinan Hatta merupakan pos terdepan di luar negeri bagi
perjuangan di tanah air.Hatta melihat kemungkinan orang Indonesia untuk duduk
dalam parlemen Belanda.Tetapi Soekarno menolak pendapat itu. Sebelum ditangkap
Belanda, Soekarno aktif menggalang PPPKI ( Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia ) tetapi tidak aktif setelah tertangkapnya
Soekarno pada 1930 dan dibangun kembali sekembali dari penjara.
Hatta tidak menyetujuinya
karena PPPKI tidak banyak artinya dalam perjuangan. Agaknya Soekarno berbeda sifat
dengan Hatta. Soekarno lebih suka menghadapi massa, Hatta lebih suka
mendidiknya. Hatta juga sangat menekankan persatuan nasional yang disertai
kesadaran, bukan asal beramai-ramai mendengarkannya. Bisa dikatakan, Hatta
lebih rasional pemikirannya, sedangkan Soekarno dan kawan-kawannya lebih
emosional.
Agaknya tidak terpikir
oleh Hatta sebelumnya bahwa ia akan dibuang ke Digul, kemudian dipindahkan ke
Banda Niera. Segera setelah pecah Perang Pasifik ( Desember 1941 ), Hatta
dipindahkan ke Sukabumi. Pemerintah Jepang merasa perlu didukung oleh
tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Maka setelah pemerintah Hindia Belanda kalah
( Maret 1942 ), beberapa opsir Jepang mendekati Hatta untuk membicarakan
situasi yang dihadapi. Ia dibawa ke Jakarta untuk keperluan itu. Ia dijadikan
penasehat. Hatta juga mengepalai sebuah Panitia Penyelidik Adat Istiadat dan
Tata Usaha lama. Anggota-anggota termasuk Empat Serangkai ( Hatta, Soekarno, Ki
Hadjar Dewantara, dan KH Mas Mansur ).
Cita-cita kemerdekaan
masih terus merupakan cita-cita yang diusahakan perwujudannya oleh para
pemimpin Indonesia. Suatu pidato Hatta di lapangan Ikada (sekarang Monas) pada
8 Desember 1942, sangat menggemparkan. Hatta mengatakan, ia lebih suka melihat
Indonesia tenggelam ke dasar lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang
kembali. Perjuangan untuk kemerdekaan itu kemudian dipusatkan pada Pusat Tenaga
Rakyat ( Poetera ) yaitu suatu gerakan yang dipimpin oleh Empat Serangkai.
Pemerintah militer Jepang mengharapkan tugas Poetera dapat meruntuhkan sekutu
dan menambah hasil bumi. Tetapi sebaliknya Poetera sendiri berusaha menjaga
cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Pada 1 Maret 1944,
pemerintah Jepang di Jawa mendirikan Jawa Hokokai sebagai pengganti Poetera.
Organisasi ini didirikan untuk mengerahkan rakyat membantu Jepang dalam perang.
Dalam bulan April 1945, Hatta dipercayai untuk memimpin Sekolah Tinggi Islam.
Tujuannya membentuk ulama yang berpengetahuan dalam dan berpendidikan luas
serta mempunyai semangat yang dinamis.
Pada tanggal 28 Mei 1945,
dibentuk BPUPKI, untuk menyusun rancangan UUD 1945. Dalam penyusunan rancangan
ini, Hatta berperan dalam 4 hal yaitu soal pembukaan yang biasa dirujuk dengan
Piagam Jakarta, soal bentuk negara, soal hak asasi, dan soal ekonomi. Perang
Pasifik bertambah seru. Pada awal Agustus 1945, PPKI dibentuk. Hatta menjadi
wakil ketua dan Soekarno sebagai ketua.Sebagai ketua dan wakil ketua, disertai
Radjiman Wedyodiningrat diutus ke Dalat. Hasilnya pemerintah Jepang memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia.
Kemudian Perang Pasifik
berakhir dengan menyerahnya Jepang. Rakyat Indonesia mempersiapkan kemerdekaan.
Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta dibawa paksa oleh para pemuda keluar
kota (dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok). Tujuannya untuk menghindari
kedua tokoh nasional ini dari kemungkinan terlibat kerusuhan antara pemuda dan
pihak Jepang.
Pada 16 Agustus malam,
mereka dibawa lagi ke Jakarta. Lalu mengadakan rapat PPKI di rumah Admiral
Maeda. Keesokkan harinya, jam sepuluh pagi dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan.
Pengesahan UUD 1945 dilakukan tanggal 18 Agustus 1945. Hatta juga mengusulkan
agar sila ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
Hatta dan Soekarno
terutama di masa revolusi 1945-1949 benar-benar bagai dwitunggal. Mereka berdua
erat sekali bekerja sama. Walau mereka mempunyai sifat yang berbeda, keduanya
pun saling mengisi. Soekarno mungkin terdorong oleh emosi, sedangkan Hatta
dikusai oleh pemikiran yang sudah direnungkan.
Sikap tanggung jawab
pemerintahan yang juga terletak pada Presiden/Wakil Presiden diperlihatkan
Hatta dalam sidang pleno KNIP di Malang. Dengan Keputusan Presiden ( Peraturan
Presiden No. 6 ) anggota KNIP ditambah, terutama dari Sumatera. Sidang pleno
KNIP menerima Peraturan Presiden No. 6 tadi. Naskah Persetujuan Linggarjati
ditandatangani di Jakarta, 25 Maret 1947.
Perundingan dengan Pihak Belanda
dilanjutkan, antara lain di Kaliurang pada November dan Desember 1948.
Perundingan selesai dengan bantuan Komisi Tiga Negara ( wakil dari AS,
Australia, dan Belgia ). Perundingan ini untuk melaksanakan hasil Persetujuan
Renville yang diwariskan oleh Amir Sjarifuddin.
Namun, Belanda lagi-lagi
menyerang Indonesia pada tanggal 18 Desember 1948. Kali ini Belanda menduduki
Yogyakarta. Soekarno, Hatta, dan beberapa Mentri Indonesia ditangkap, lalu
dibuang ke Bangka dan Parapat. Perundingan lanjutan antara Indonesia dan
Belanda menghasilkan Persetujuan Roem-Royen ( 6 Mei 1949 ) yang umumnya
menguntungkan Indonesia. Persetujuan ini berakibat pemerintahan RI dikembalikan
ke Yogyakarta. Dan perundingan dilanjutkan dalam Konfrensi Meja Bundar.
Delegasi RI diketuai oleh Hatta berlangsung di Den Haag.
Kemudian pada 16 Desember
1949, para wakil dari negara-negara di seluruh Indonesia memilih Soekarno
sebagai Presiden RIS. Tiga hari kemudian, berdiri kabinet federal pertama yang
dipimpin oleh Hatta.
Perlu dikemukakan janji
Hatta baru akan menikah sesudah Indonesia merdeka dipenuhinya. Tanggal 18
November 1945, Hatta menikahi Ibu Rahmi, dan dikaruniai 3 orang anak.
Pada tanggal 17 Agustus
1950, Indonesia kembali pada NKRI. Soekarno dikukuhkan lagi sebagai Presiden
dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Hatta semenjak berjuang di zaman jajahan,
apalagi setelah memegang jabatan tinggi sebagai Perdana Menteri ataupun sebagai
Wakil Presiden, sangat memberi perhatian pada koperasi. Lalu, Hatta diangkat
menjadi “Bapak Koperasi”. Disamping koperasi, Hatta juga turut mendorong
perkembangan perusahaan pemerintah.
Bersamaan dengan hasil
pemilu pada Juli 1956, Hatta mengirim surat kepada DPR bahwa ia akan
mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Maka pada tanggal 1 Desember 1956,
Hatta resmi menjadi warga negara biasa. Memang rakyat pada umumnya masih
mengharapkan agar dwitunggal dapat dipulihkan. Tetapi pemikiran Soekarno dengan
Hatta berbeda. Soekarno sendiri terus saja dengan gagasan-gagasan yang
menjauhkannya dari Hatta.
Apalagi dengan tidak
diberikannya kesempatan kepada konstituante untuk menyelesaikan kerjanya ( yang
menurut ketuanya, Februari 1959, sudah tinggal 10 persen ) dan kemudian
dikeluarkannya dekrit yang memberlakukan kembali UUD 1945. Pada Juni 1959 yang
menjadikan Soekarno Presiden Eksekutif. Sejak itu perpisahan Soekarno dan Hatta
tidak dapat diperbaiki lagi.
Kejatuhan Soekarno dan
naiknya Soeharto sebagai kepala negara di sambut Hatta mulanya dengan harapan
besar untuk kembali membangun Indonesia dengan tertib dan damai. Tetapi
harapannya terhadap Soeharto berganti dengan kekecewaan. Dan dalam masa
reformasi sejak 1998, negeri kita masih saja terpuruk, dalam kehidupan ekonomi,
hukum, politik, dan budaya, tanpa tanda-tanda berarti dalam kebangkitan.
Pada tanggal 14 Maret
1980, Hatta meninggal dunia karena sakit. Seharusnya sepak terjangnya secara
pribadi,maupun dalam hubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dijadikan
suri teladan bagi kita semua. Semoga arwahnya dilapangkan oleh Allah SWT. Amin.
No comments:
Post a Comment