Thursday, July 30, 2020

Pengaruh Volume Penyiraman Air Terhadap Pertumbuhan Tumbuhan Vigna Radiata (Tauge)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut.

-          Mengetahui pengaruh volume penyiraman air terhadap pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata.

-          Mengetahui volume penyiraman yang optimal untuk pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata.

 

1.2  Dasar Teori

Salah satu ciri mahkluk hidup adalah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada seluruh makhluk hidup berupa pertambahan ukuran volume, tinggi, dan massa yang bersifat irreversible dan dapat diukur secara kuantitatif. Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan.

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupakan hasil dari tiga kegiatan, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel.

a.       Pembelahan sel, yaitu sel membelah secara mitosis untuk menghasilkan dua sel anak. Dua sel anak yang terbentuk kemudian akan membelah lagi menghasilkan empat sel anak dan seterusnya sehingga terjadi pertambahan jumlah sel.

b.      Pembesaran sel, yaitu pertambahan ukuran sel anak sebagai akibat bertambahnya substansi material dalam sel.

c.       Diferensiasi sel, yaitu perubahan sel-sel selama masa pertumbuhan hingga terbentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi berbeda, misalnya akar, batang, dan daun.

Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dari biji. Biji yang sudah cukup dewasa secara fisik terasa keras jika dipegang karena sudah mengalami dehidrasi menjelang pematangannya. Kandungan air dalam biji sekitar 5-15% dari bobotnya. Biji tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu biji monokotil (berkeping satu) dan biji dikotil (berkeping dua). Di dalam biji, terdapat embrio yang dikelilingi oleh kotiledon yang membesar karena mengandung cadangan makanan (endosperma). Embrio dan endosperma dibungkus oleh selaput biji yang terbentuk dari integumen bakal biji.

Di dalam belahan biji, embrio dikelilingi oleh kotiledon (daun lembaga), endosperma, atau keduanya. Kotiledon berguna untuk menyerap zat-zat makanan dari endosperma yang kemudian dipindahkan ke embrio ketika biji mulai berkecambah. Kotiledon pada biji dikotil berjumlah satu pasang. Kotiledon pada kacang polong-polongan (misalnya kacang hijau dan buncis) berdaging tebal karena menyerap sari makanan dari endosperma ketika biji sedang berkembang sehingga tidak memiliki endosperma lagi. Namun, kotiledon pada biji jarak sangat tipis karena persediaan makanan tetap berada dalam endosperma.

Biji tumbuhan monokotil hanya memiliki satu kotiledon. Famili rumput-rumputan (misalnya jagung dan gandum) memiliki jenis kotiledon khusus berupa lapisan tipis berbentuk perisai yang disebut skutelum. Skutelum akan menyerap zat makanan dari endosperma selama perkecambahan.

Embrio berupa kuncup embrionik yang memanjang melekat pada kotiledon. Kuncup embrionik memiliki bagian plumula (pucuk dengan sepasang calon daun), epikotil (ruas batang di bawah calon daun atau di atas kotiledon), hipokotil (ruas batang di bawah epikotil atau melekat pada kotiledon), dan radikula (calon akar). Epikotil dengan hipokotil mudah dibedakan karena memiliki warna yang berbeda. Hipokotil berwarna kecokelatan, sedangkan epikotil berwarna kehijauan.

Pada biji monokotil, akar lembaga (radikula) diselubungi oleh koleoriza dan pucuk lembaga (plumula) yang diselubungi oleh koleoptil. Saat berkecambah, koleoptil akan mendesak tanah naik ke atas menuju ke udara sehingga ujung tunasnya akan tumbuh lurus ke atas melalui saluran yang terbentuk oleh koleoptil tubular.

Proses pertumbuhan dan perkecambahan dimulai dari tahap embrio hingga menjadi tumbuhan dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perkecambahan, pertumbuhan primer, dan pertumbuhan sekunder.

a.       Perkecambahan.

Perkecambahan merupakan berakhirnya masa dormansi biji. Masa dormansi biji adalah masa ketika sel-sel penyusunnya tidak aktif membelah atau tidak tumbuh, tetapi sel tersebut tidak mati. Pengakhiran masa dormansi biji memerlukan kondisi lingkungan tertentu, misalnya biji tumbuhan gurun hanya berkecambah setelah curah hujan memadai (cukup air). Berakhirnya masa dormansi biji ditandai dengan terserapnya air ke dalam sel-sel biji. Terserapnya air ke dalam sel-sel biji terjadi secara imbibisi, yang merupakan proses fisika. Selanjutnya, air yang masuk ke dalam biji akan membebaskan hormon giberelin sebagai sinyal kepada aleuron (lapisan tipis di bagian luar endosperma) agar menyekresikan enzim. Enzim menghidrolisis sari makanan yang terdapat dalam endosperma. Bekerjanya enzim tersebut merupakan proses kimia.

Enzim berfungsi sebagai biokatalisator dalam metabolisme biji. Enzim amilase memecah pati menjadi maltosa, maltosa dihidrolisis oleh enzim maltase menjadi glukosa, dan selanjutnya glukosa diubah menjadi energi. Energi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Sementara itu, protein dipecah menjadi asam amino. Asam amino dalam proses metabolisme dirangkai menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru. Lemah dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak diperlukan untuk menyusun membran sel.

Hasil proses perkecambahan berupa tumbuh dan berkembangnya plumula menjadi batang dan daun serta perkembangan radikula menjadi akar. Embrio yang baru tumbuh belum memiliki klorofil sehingga belum dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Makanan untuk embrio diperoleh dari cadangan makanan (endosperma).

Proses perkecambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu air, oksigen, suhu, dan cahaya. Air diperlukan dalam perkecambahan untuk mengaktifkan enzim-enzim. Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Suhu yang optimum diperlukan dalam aktivasi enzim karena enzim tidak dapat bekerja pada suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Perkecambahan memerlukan hormon pertumbuhan auksin. Hormon pertumbuhan auksin mudah mengalami kerusakan jika terkena cahaya yang berintensitas terlalu tinggi sehingga proses perkecambahan akan lebih cepat jika tidak ada cahaya atau dalam kondisi gelap.

b.      Pertumbuhan primer.

Setelah biji berkecambah, selanjutnya akan membentuk akar, batang, daun. Pada bagian ujung akar dan ujung batang, terdapat jaringan yang sel-selnya aktif membelah secara mitosis, yang disebut meristem primer. Aktivitas sel-sel jaringan meristem primer menyebabkan pertumbuhan memanjang pada bagian ujung akar dan ujung batang. Proses pertumbuhan memanjang pada ujung akar dan ujung batang disebut pertumbuhan primer. Pertumbuhan memanjang pada batang dapat dikur secara kuantitatif dengan menggunakan alat auksanometer.

Tumbuhan memiliki dua titik pertumbuhan primer, yaitu:

-          Titik tumbuh akar.

Titik tumbuh akar merupakan bagian jaringan meristem akar yang dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Tudung akar mengeluarkan lendir polisakarida yang berfungsi untuk melumasi akar sehingga mengurangi gesekan antara ujung akar dan butir-butir tanah pada saat akar menembus tanah. Jaringan meristem akar banyak mengandung cadangan makanan yang diperlukan dalam metabolisme. Hasil metabolisme digunakan untuk perpanjangan akar.

Berdasarkan aktivitas sel dan struktur jaringannya, titik tumbuh akar dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:

·         Zona pembelahan sel (pembentukan sel) tersusun dari kumpulan sel yang berukuran kecil, berdinding tipis, berbentuk seragam, dan sel-selnya aktif membelah secara cepat.

·         Zona pemanjangan sel terletak di belakang zona pembelahan, sel-selnya memanjang sampai berukuran sepuluh kali panjang semula sehingga mendorong ujung akar. Sel-sel penyusunnya tampak berbeda baik ukuran maupun bentuknya.

·         Zona diferensiasi (pematangan) sel menunjukkan perbedaan bentuk dan ukuran sel-sel yang semakin jelas. Dinding sel mengalami penebalan karena terjadi penimbunan substansi material di bagian dalamnya. Pada zona ini, terjadi proses organogenesis dan lapisan epidermis akar telah memiliki rambut-rambut akar untuk menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah.

Jaringan primer akar tebentuk dari ketiga jenis jaringan meristem primer, yaitu:

·         Protoderm, yaitu meristem primer yang terletak paling luar dan akan membentuk epidermis.

·         Prokambium, terletak di bagian paling dalam, akan menjadi stele (silinder pusat) yang terdiri atas perisikel, berkas pembuluh xilem dan floem. Dari lapisan sel-sel perisikel, dapat tumbuh akar lateral (samping).

·         Meristem dasar, terletak di antara protoderm dan prokambium, akan membentuk jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkim pengisi korteks.

-          Titik tumbuh batang.

Titik tumbuh batang merupakan bagian jaringan meristem pada ujung batang dengan tunas berupa kuncup. Kuncup tersusun atas sejumlah daun kecil yang menyelubungi puat kuncup. Pada bagian paling ujung, terdapat meristem apikal berupa massa sel berbentuk seperti kubah. Meristem apikal akan menjadi meristem primer (protoderm, prokambium, dan meristem dasar). Pada sisi-sisi meristem apikal, muncul promordia daun muda.

Titik tumbuh batang tidak memiliki pelindung khusus seperti ujung akar, tetapi jaringan pembalut bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung. Titik tumbuh batang dapat dibagi menjadi tiga daerah pertumbuhan, yaitu:

·         Zona pembelahan sel, memiliki sel-sel yang meristematik dan juga memiliki bakal daun. Permukaan bawah bakal daun lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan permukaan atas sehingga daun muda melengkung menutupi ujung titik tumbuh.

·         Zona pemanuangan, sel-selnya mengalami pemanjangan dan pembesaran. Pada zona ini, mulai terlihat jaringan calon pembuluh.

·         Zona diferensiasi (pematangan), sel-sel mengalami diferensiasi sehingga terbentuk beberapa lapisan jaringan dengan struktur yang berbeda, seperti epidermis, korteks, floem, dan xilem.

c.       Pertumbuhan sekunder.

Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder, yaitu kambium pembuluh dan kambium gabus (felogen) yang membuat batang tumbuhan menjadi besar. Pada umumnya, pertumbuhan sekunder terjadi pada batang tumbuhan Gymnospermae dan dikotil. Sebagian besar akar dikotil berkayu mengalami pertumbuhan sekunder. Tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder, kecuali monokotil berkayu khususnya Agave, Aloe, Dracaena, Pandanus, dan Yucca.

Jaringan kambium pembuluh terletak di antara jaringan pembuluh xilem (pembuluh kayu) dan pembuluh floem (pembuluh kulit). Jaringan kambium pembuluh mudah diamati dan dibedakan dengan jaringanlainnya. Jika kita mengupas kulit batang, akan terlihat bagian kambium berupa lendir licin. Pembelahan sel-sel kambium pembuluh terjadi secara radial, yaitu membelah ke arah luar membentuk floem sekunder dan membelah ke arah dalam membentuk xilem sekunder.

Pada tumbuhan tahunan (perennial), pertumbuhan sekunder terjadi bertahun-tahun sehingga lapisan demi lapisan xilem sekunder membentuk kayu dengan formasi melingkar yang disebut lingkaran tumbuh sangat dipengaruhi oleh musim. Di daerah beriklim tropis, umumnya lingkaran tumbuh yang terbentuk pada musim hujan lapisannya lebih tebal daripada lapisan yang terbentuk pada musim kemarau. Ketika musim hujan, kuantitas air yang diserap dari tanah meningkat dan pertumbuhan xilem sekunder akan lebih cepat. Sebaliknya, di musim kemarau, intensitas penyerapan air berkurang sehingga xilem sekunder yang terbentuk akan lebih kecil dan terkesan berwarna lebih gelap karena sel-selnya lebih padat dan kering akibat kekurangan air. Lingkaran tumbuh memungkinkan kita menaksir umur suatu pohon.

Floem sekunder dan jaringan di luarnya berkembang menjadi kulit. Selama bertahun-tahun, pertumbuhan kayu lebih cepat dan tidak seimbang dengan pertumbuhan kulitnya. Epidermis yang dihasilkan oleh pertumbuhan primer akan pecah-pecah, mengelupas, kering, dan jatuh dari batang. Epidermis berfungsi sebagai pelindung sehingga jika mengalami kerusakan akan mengganggu jaringan yang terdapat di dalamnya. Untuk itu, tumbuhan memmbentuk jaringan pelindung baru yang dihasilkan oleh kabium gabus (felogen). Sel-sel kambium gabus akan membelah ke arah luar membentuk felem dan ke arah dalam membentuk feloderm. Ketiga jaringan sekunder felem, felogen, dan feloderm secara kolektif disebut periderm.

Felem merupakan lapisan gabus yang terdiri atas sel-sel mati yang mengandung suberin (bahan berlilin) pada dinding selnya sehingga kedap air dan udara. Sementara itu, feloderm merupakan korteks sekunder yang terdiri atas sel-sel hidup dan tidak mengandung suberin. Lapisan gabus tidak semuanya rapat, terdapat celah-celah yang disebut lentisel. Lentisel berfungsi sebagai jalur keluar masuknya udara pernapasan. Lentisel pada batang mudah diamati. Jika permukaan batang tumbuhan diraba, akan terasa ada benjolan-benjolan kecil yang kasar dan terlihat pori-pori di tengahnya.

Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan berbeda-beda dan sangat ditentukan oleh faktor-faktor pendukung, baik yang berasal dari dalam tubuh (faktor internal) maupun dari luar tubuh (faktor eksternal).

a)      Faktor luar (faktor eksternal)

Faktor luar merupakan segala sesuatu yang memengaruhi pertumbuhan dan sumbernya berasal dari lingkungan.

1.      Nutrisi.

Diperlukan untuk proses kehidupan, layaknya metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi tersebut dapat berupa unsur atau ion. Jenis unsur yang dibutuhkan tumbuhan dapat diketahui melalui dua cara, yaitu analisis abu dan analisis kimia.

-          Analisis abu, dilakukan dengan cara membakar tumbuhan menjadi abu kemudian menganalisis kandungan unsurnya. Abu sendiri adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organic.

-          Analisis kimia melalui kultur air atau pasir, yaitu menumbuhkan tanaman pada medium air pasir atau medium berpori yang sudah dicampur unsur-unsur tertentu, seperti metode hidroponik.

Unsur esensial yang dibutuhkan tumbuhan dibagi menjadi dua kelompok unsur makro dan mikro. Unsur makro merupakan unsur yang diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak, yaitu C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg. Sementara itu, unsur mikro adalah unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit, yaitu Fe, B, Mn, Mo, Zn, Cu, Co, Ni, dan Cl. Masing-masing nutrisi ini memiliki peranan masing-masing, dan memiliki akibat defisiensi masing-masing.

2.      Air.

Air diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah besar. Tanpa air tumbuhan tidak bisa hidup. Fungsi air bagi tumbuhan adalah pelarut zat, bahan dasar untuk reaksi biokimia, medium berlangsungnya metabolisme, penjaga tekanan turgor dinding sel, dan berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun.

3.      Derajat Keasaman (pH).

Hujan asam dapat menambah keasaman tanah. Jika keadaan terlalu asam, klorofil akan rusak sehingga mengganggu proses fotosintesis. Tanah bekas rawa-rawa dan tanah potsolik yang berwarna merah kekuningan cenderung bersifat asam. Tanah jenis ini harus dicampur dengan kapur sebelum ditanami agar keasamannya berkurang. Pada beberapa jenis tumbuhan, seperti bunga Hortensia (Hydrangea sp.), keasaman tanah berpengaruh pada warna bunga.

4.      Kadar Garam.

Kadar garam NaCl dan garam lainnya berpengaruh pada proses penyerapan air oleh sel-sel rambut akar. Kadar garam air tanah yang terlalu tinggi menyebabkan sel rumbuhan kehilangan cairan karena sel akan mengalami plasmolisis (lepasnya protoplasma keluar sel). Sebagian besar tumbuhan tidak akan dapat bertahan hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi, kecuali pada tumbuhan halofit seperti mangrove yang hidup di kawasan pesisir.

5.      Oksigen.

Oksigen diperlukan tumbuhan untuk bernapas. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, jika kebutuhan terhadap oksigen tercukupi. Kekurangan oksigen dapat merangsang produksi hormon etilen yang menyebabkan beberapa sel dalam korteks akan mengalami penuaan dan mati. Tumbuhan yang terlalu banyak disiram air akan kekurangan oksigen karena tanah kehabisan ruang udara penyedia oksigen. Tanah yang padat dan liat mengandung sedikit oksigen sehingga perlu dicampur dengan kompos agar menjadi gembur. Para petani biasa melakukan penggemburan tanah secara berkala dengan pencangkulan secara hati-hati agar akar tumbuhan dapat bernapas. Tumbuhan yang hidup di daerah yang kekurangan oksigen (misalnya di rawa-rawa) memiliki akar napas yang banyak seperti pada tanaman bakau (Rhizopora sp.).

6.      Cahaya.

Selain berpengaruh langsung terhadap fotosintesis, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Pengaruh ini dapat diamati dengan membandingkan satu jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah terang (cukup cahaya) dengan tumbuhan sejenis yang tumbuh di tempat kurang cahaya atau gelap. Tumbuhan-tumbuhan tersebut akan memiliki laju pertumbuhan dan bentuk tubuh yang berbeda. Ada yang memiliki batang bengkok, tinggi lurus, atau pendek.

Cahaya matahari berperan dalam mengendalikan hampir semua tahap pertumbuhan mulai dari perkecambahan, pertumbuhan batang dan daun, hingga respons gerak tumbuhan. Tumbuhan yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat dibandingkan yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari. Fenomena ini disebut dengan etiolasi. Tumbuhan akan tumbuh membelok ke arah cahaya matahari karena hormon auksin sebagian rusak ketika terkena cahaya matahari. Pertumbuhan bagian batang yang terkena cahaya akan lambat dan tidak seimbang dengan pertumbuhan yang cepat pada bagian batang yang tidak terkena cahaya matahari sehingga batang tersebut tumbuh membelok. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengubah posisi tanaman agar cahaya merata.

Cahaya diperlukan dalam fotosintesis sehingga cahaya berpengaruh terhadap tersedianya makanan. Tumbuhan yang tumbuh di tempat yang gelap tidak dapat berfotosintesis dan mengganggu pembentukan klorofil sehingga daun terlihat pucat. Begitu pula bila tumbuhan terkena cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi, klorofil akan rusak dan daun akan menguning. Cahaya matahari dapat memicu pembentukan pigmen antosianin dan flavonoid yang memberikan warna pada bunga dan buah.

Tumbuhan memiliki fotoperiodisme, yang mana adalah respons rumbuhan terhadap panjang penyinaran. Respons tersebut dapat berupa masa dormansi, kemampuan berbunga, pertumbuhan dan perkembangan akar, serta kegiatan reproduksi tumbuham. Respons ini dikendalikan oleh fitokrom yang mampu mengabsorpsi cahaya. Berdasarkan pengaruh perubahan penjang penyinaran terhadap kemampuan menghasilkan bunga, tumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut.

-          Tumbuhan berhari pendek (short day plant).

Berbunga apabila penyinaran lebih pendek daripada periode kritis (gelap). Jika periode terang lebih panjang daripada periode gelap, tumbuhan tidak akan berbunga meskipun menggunakan berkas cahaya buatan. Biasanya berbunga pada akhir musim panas atau musim gugur. Contohnya dahlia, stroberi, aster.

-          Tumbuhan berhari panjang (long day plant).

Berbunga bila penyinaran lebih panjang daripada periode gelap. Tidak akan berbunga jika periode gelap lebih panjang daripada periode terang. Namun apabila periode gelap diperpendek dengan penggunaan berkas cahaya, tumbuhan mampu berbunga. Biasanya berbunga pada akhir musim semi atau awal musim panas. Contohnya gandum, barli, dan bayam.

-          Tumbuhan berhari netral (neutral day plant).

Tidak bergantung pada panjang penyinaran untuk berbunga, tetapi akan berbunga ketika sudah mencapai tahap pematangan tertentu. Contohnya mawar, tomat, anyelir.

7.      Suhu.

Salah satu faktor yang memengaruhi kerja enzim adalah suhu. Suhu yang kurang sesuai akan memperlambat kerja enzim dan memperlambat metabolisme. Pada umumnya, tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada suhu optimum 10-38º C. Tumbuhan tidak dapat hidup pada suhu di bawah 0ºC dan di atas 40ºC. Namun pada beberapa jenis tumbuhan yang hidup di daerah empat musim, tumbuhan yang akan menyintesis protein khusus atau “protein kejut panas” (heat shock protein) dalam jumlah banyak ketika suhu mendekati 40ºC. Protein kejut panas berfungsi untuk mencegah denaturasi enzim.

8.      Kelembapan.

Kelembapan udara maupun tanah berkaitan dengan ketersediaan air. Kelembapan pada tanah sangat ditentukan oleh kandungan zat organik. Tanah gembur yang banyak mengandung kompos mampu menyerap air sehingga akan selalu terjaga kelembapannya, memengaruhi laju transpirasi. Kelembapan udara yang terlalu tinggi akan menghambat proses transpirasi sehingga pengangkutan air dan garam mineral berjalan lambat.

Tumbuhan memiliki batas kemampuan beradaptasi terhadap tingkat kelembapan tertentu. Tumbuhan yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kelembapan antara lain adalah kaktus dan kelapa. Kaktus merupakan tumbuhan gurun (kelembapan rendah), tetapi kaktus dapat pula hidup di pegunungan yang dingin (kelembapan tinggi). Meski demikian, laju pertumbuhannya di pegunungan lebih lambat disbanding di habitat aslinya.

9.      Gravitasi.

Pertumbuhan akar tumbuhan memperlihatkan respons terhadap gravitasi. Pertumbuhan akar menunjukkan respons gravitasi positif, sementara pertumbuhan batang menunjukkan respons gravitasi negatif. Jika tumbuhan diletakkan pada posisi miring, tunas akan membengkok ke atas dan akar membengkok ke bawah. Tumbuhan mampu mengindra gravitasi karena adanya satolit pada titik terendah sel tudung akar. Satolit adalah plastid khusus yang mengandung butiran pati padat. Pengendapan satolut pada titik terendah sel akan menyebabkan redistribusi auksin sel-sel yang berada di atasnya dan menyebabkan pemanjangan akar sehingga akar akan membengkok ke bawah.

10.  Sentuhan.

Tumbuhan merambat, misalnya anggur dan mentimun, umumnya mempunyai organ pelilit berupa sulur. Sulur pada awalnya tumbuh lurus. Namun jika menyentuh sesuatu, akan melilit benda tersebut. Sentuhan akan menghambat pertumbuhan sel-sel sehingga terjadi perbedaan laju pertumbuhan antara sel yang terkena sentuhan dengan sel-sel yang tidak terkena sentuhan. Perbedaan laju pertumbuhan sel-sel tersebut menyebabkan sulur melilit. Suatu percobaan menunjukkan bahwa tumbuhan yang batangnya digosok dengan tongkat akan lebih pendek daripada tumbuhan yang dibiarkan.

11.  Organisme Parasit dan Herbivora.

Organisme parasit pada tumbuhan dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Organisme parasit tersebut mengambil inang sari makanan dari tumbuhan inang sehingga tumbuhan inang terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan dapat mengalami kematian.

Herbivora layaknya ulat, belalang, dan kumabgn dapat mengkonsumsi daun tumbuhan, mengganggu pertumbuhannya. Namun pada beberapa tumbuhan, terdapat teknis pertahanan diri atau alat pertahanan diri seperti duri.

 

b)      Faktor dalam (faktor internal).

Faktor dalam yang memengaruhi pertumbuhan bersumber dari dalam tumbuhan itu sendiri, yaitu gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur reaksi kimia dalam sel terutama reaksi sintesis protein dan enzim sehingga memengaruhi bentuk dan ukuran tumbuhan. Sementara itu,,hormon merupakan substansi yang sangat aktif dalam proses metabolisme. Meskipun hormon diproduksi dalam tubuh, tetapi hormon dipengaruhi oleh faktor luar. Misalnya hormon auksin yang rusak sebagian ketika terkena cahaya matahari. Hormon yang terdapat pada tumbuhan antara lain adalah auksin giberelin, gas etilen sitokinin dan asam absisat.

1.      Auksin.

Ditemukan pertama kali oleh frits Warmolt Went. Disebut juga IAA (indole acetic acid), dapat ditemukan pada ujung batang dan akar, kuncup daun, embrio tanaman, serta serbuk sari yang sedang tumbuh menjadi buluh serbuk sari. Fungsinya adalah sebagai berikut.

-          Memacu pertumbuhan memanjang pada tunas dan akar.

-          Menyebabkan diferensiasi sel menjadi xilem sehingga meningkatkan transportasi garam mineral dan air dari tanah menuju ke daun.

-          Merangsang pembentukan pembuluh floem dan xylem.

-          Merangsang aktivitas kambium.

-          Merangsang pembengkokan batang.

-          Merangsang pembentukan akar lateral.

-          Merangsang perkembangan bunga dan buah.

-          Digunakan dalam pembuatan buah tanpa biji. Dengan cara menyemprotkan IAA ke atas kepala putik.

2.      Giberelin.

Hormon giberelin (GA, gibberelic acid/asam giberelat) pertama kali ditemukan pada tahun 1926 oleh Eiichi Kurosawa. Hormon giberelin diperoleh dari ekstraksi jamur parasti Gibberella fujikuroi. Jamur tersebut menyebabkan penyakit ‘benih bodoh” pada tanaman padi, dengan gejala tanaman tinggi kurus luar biasa sehingga roboh sebelum dewasa. Fungsi giberelin adalah sebagai berikut.

-          Memacu pemanjangan dan pembelahan sel.

-          Memacu perkembangan embrio pada perkecambahan.

-          Mengakhiri dormansi pada biji dan kuncup ketiak batang.

-          Merangsang pertumbuhan bunga lebih awal.

-          Memperbesar ukuran buah.

-          Berperan dalam pembentukan buah tanpa biji.

-          Merangsang pembentukan saluran polen (buluh serbuk sari).

3.      Gas Etilen.

Mulanya ditemukan sebagai gas hasil sampingan dari pembakaran kurang sempurna pada minyak tanah. Gas tersebut mampu memeram buah dalam lumbung juga ditemukan pada buah yang sudah cukup tua. Disebut juga gas karbir yang saat ini sering digunakan untuk memeram buah-buahan agar cepat masak. Fungsinya sebagai berikut.

-          Mempercepat proses pematangan buah.

-          Berperan dalam pengguguran daun.

-          Kombinasi etilen dan auksin memacu pembentukan bunga.

-          Merangsang pertumbuhan batang menjadi tebal dan kokoh.

4.      Sitokinin

Dikenal sebagai hormon antipenuaan. Daun yang dipotong dan direndam dalam sitokinin akan lebih tahan dibanding yang tidak. Digunakan untuk menjaga kesegaran bunga. Fungsi sitokinin sebagai berikut.

-          Menghambat penuaan pada organ tumbuhan.

-          Merangsang sintesis RNA dan protein.

-          Bersama auksin merangsang pembelahan sel.

-          Memacu perkembangan akar dan tunas pada kultur jaringan.

-          Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah dengan meningkatkan pengiriman makanan ke organ tersebut.

-          Mengatur pembentukan bunga dan buah.

-          Memasang pertumbuhan tunas aksila yang menghasilkan percabangan lateral.

-          Menghambat dominansi apikal oleh auksin.

-          Membuat buah tanpa biji.

5.      Asam Absisat.

Asam absisat (ABA, abscisic acid) merupakan hormon yang memperlambat atau menghentikan pembelahan dan pemanjangan sel. Pada kondisi lingkungan buruk, asam absisat membuat tumbuhan bertahan dengan cara dormansi tunas atau pucuk. Di musim dingin dan gugur, asam absisat pada kuncup dan ketiak akan meningkat dan mempercepat pengguguran daun. Jika tumbuhan layu, akan terjadi pengendapan asam absisat di dalam sel penjaga stomata yang menyebabkan stomata tertutup sehingga mengurangi penguapan. Fungsi asam absisat adalah sebagai berikut.

-          Menghambat perumbuhan.

-          Menyebabkan dormansi biji dan tunas.

-          Menyebabkan senses (kematian) pada sel, organ, atau individu.

-          Menyebabkan absisi (gugurnya) daun.

6.      Kalin.

Kalin adalah hormon tumbuhan yang dapat memacu pembentukan organ tertentu, misalnya akar, batang, daun, dan bunga. Dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

-          Filokalin, memacu pembentukan daun.

-          Kaulokalin,memacu pembentukan batang.

-          Rizokalin, memacu pembentukan akar.

-          Antokalin, memacu pembentukan bunga.

7.      Asam Traumalin.

Asam traumalin berfungsi memacu pembelahan sel pada bagian tumbuhan yang mengalami luka. Peristiwa ini hanya terjadi pada tumbuhan dikotil.

 

Pertumbuhan dan perkembangan juga dialami oleh tumbuhan Vigna radiata atau yang dikenal juga dengan nama kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram, atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut ini.

Kingdom               : Plantae

Divisi                     : Magnoliophyta

Kelas                     : Magnoliopsida

Ordo                      : Fabales

Famili                    : Fabaceae

Genus                    : Vigna

Spesies                  : Vigna radiata

Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian yang bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat, dan berbulu. Warna batang dan cabangnya biasanya hijau atau ungu. Daunnya terdiri dari tiga helaian dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dibandingkan daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai dengan hijau tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Biji kacang hijau memiliki ukuran lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lainnya. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, meskipun ada beberapa berwarna kuning, cokelat, dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.

Biji kacang hijau dikatakan mengalami pertumbuhan dan perkembangan jika sudah mulai berkecambah atau menjadi tauge. Untuk dapat berkecambah, tumbuhan kacang hijau membutuhkan faktor-faktor pendukungnya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang diperoleh dari sifat keturunannya, berupa gen dan hormon. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan, meliputi nutrisi, air, suhu, kelembapan, derajat keasaman (pH), kadar garam, oksigen, cahaya, gravitasi, sentuhan, serta organisme parasit yang herbivora.

Salah satu faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan adalah air. Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, melainkan bagi makhluk hidup lain juga termasuk tumbuhan. Air diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah besar. Tanpa air, tumbuhan tidak bisa hidup. Kira kira 70% atau lebih dari berat protoplasma sel hidup terdiri dari air.

Air berperan sebagai pelarut zat-zat yang diperlukan oleh tumbuhan, sebagai bahan dasar untuk reaksi biokimia, sebagai medium reaksi metabolisme, menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan, berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun, mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan, serta untuk proses transpirasi (penguapan) dan fotosintesis.

Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung pada tanaman akan memengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Jika kekurangan air, tumbuhan akan layu karena terjadi penurunan tekanan turgor pada sel-selnya. Namun, tumbuhan memiliki sistem kontrol untuk mengatasi kekurangan air agar tidak terlalu ekstrim. Tumbuhan merespon kekurangan air dengan cara memperlambat laju transpirasi (penguapan). Kekurangan air akan memacu pembentukan dan pembebasan hormon asam absisat dari sel-sel mesofil daun yang menyebabkan stomata tertutup.

 

1.3  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.      Bagaimana pengaruh volume penyiraman air terhadap pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata?

2.      Berapa volume penyiraman yang optimal untuk pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata?

 

1.4  Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.      Bagi Penulis.

Penulis berharap bahwa praktikum ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan penulis.

2.      Bagi Masyarakat.

Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau, khususnya mengenai salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu air.

3.      Bagi Pembaca.

Praktikum ini dapat menjadi referensi untuk praktikum-praktikum selanjutnya.


 

BAB II

METODE PRAKTIKUM

 

2.1  Variabel

Variabel merupakan faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai serta dapat berubah atau diubah. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu:

-          Variabel bebas                   : Volume air.

-          Variabel terikat                 : Panjang kacang hijau.

-          Variabel kontrol                : Media tanam, jenis air, jenis kacang hijau,

                                          cahaya, suhu, dan waktu penyiraman.

 

2.2  Rancangan Praktikum

Rancangan praktikum menggambarkan bagaimana hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, digunakan 25 biji kacang hijau yang ditanam di dalam lima wadah plastik yang beralaskan kapas. Rancangan praktikum ini adalah sebagai berikut

-          Wadah A   : 5 biji kacang hijau dengan volume penyiraman 4 mL air.

-          Wadah B   : 5 biji kacang hijau dengan volume penyiraman 8 mL air.

-          Wadah C   : 5 biji kacang hijau dengan volume penyiraman 12 mL air.

-          Wadah D   : 5 biji kacang hijau dengan volume penyiraman 16 mL air.

-          Wadah E   : 5 biji kacang hijau dengan volume penyiraman 20 mL air.

Biji kacang hijau diletakkan di dalam wadah dan disiram dengan volume penyiraman sesuai dengan variabel bebas yang sudah ditetapkan dan penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari pada waktu yang sama.

2.3  Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh kelompok objek penelitian atau kelompok subjek. Populasi dalam praktikum ini adalah seluruh biji kacang hijau yang berjenis sama.

Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang diteliti. Sampel dalam praktikum ini adalah 25 biji kacang hijau.

 

2.4  Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari, Tanggal        : Rabu, 21 Agustus 2019 s.d. Selasa, 27 Agustus 2019

Tempat                  : SMA Stella Maris BSD

 

2.5  Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

Alat

Jumlah

Wadah plastik berukuran sedang

5

Gelas ukur

1

Solder

1

Penggaris

1

 

Bahan

Jumlah

Biji kacang hijau

25

Air

Secukupnya

Kapas

Secukupnya

 

2.6  Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.      Siapkan alat dan bahan.

2.      Rendam biji kacang hijau selama delapan jam.

3.      Siapkan lima wadah plastik berukuran sedang, lalu lubangi bagian bawahnya.

4.      Letakkan kapas secukupnya pada alas wadah yang sudah dilubangi sebelumnya.

5.      Masukkan lima biji kacang hijau yang sudah direndam ke dalam masing-masing wadah plastik. Atur jarak antara biji yang satu dengan biji yang lainnya.

6.      Berilah tanda pada masing-masing wadah dengan menuliskan A, B, C, D, dan E dengan ketentuan wadah A untuk volume penyiraman air sebanyak 4 mL, wadah B untuk volume penyiraman air sebanyak 8 mL, wadah C untuk volume penyiraman air sebanyak 12 mL, wadah D untuk volume penyiraman air sebanyak 16 mL, dan wadah E untuk volume penyiraman air sebanyak 20 mL.

7.      Siramlah setiap hari sesuai dengan volume yang sudah ditentukan pada pukul 07.00 WIB dan pukul 16.00 WIB selama tujuh hari.

8.      Catatlah hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

 


 

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

 

3.1  Hasil Pengamatan

Volume air

Hari ke-

Biji kacang hijau

Jumlah

Rata-rata

Biji 1

Biji 2

Biji 3

Biji 4

Biji 5

4 mL

1

1 cm

1 cm

1 cm

0,5 cm

1 cm

4,5 cm

0,9 cm

2

2 cm

1,5 cm

2,5 cm

1 cm

2 cm

9 cm

1,8 cm

3

4 cm

2 cm

3,5 cm

1 cm

3 cm

13,5 cm

2,7 cm

4

12 cm

6 cm

11 cm

2 cm

11 cm

42 cm

8,4 cm

5

18 cm

13 cm

16 cm

4 cm

17 cm

68 cm

13,6 cm

6

20 cm

20 cm

19 cm

10 cm

22 cm

91 cm

18,2 cm

7

21 cm

22 cm

21 cm

13 cm

21 cm

98 cm

19,6 cm

 

Volume air

Hari ke-

Biji kacang hijau

Jumlah

Rata-rata

Biji

1

Biji 2

Biji 3

Biji 4

Biji 5

8 mL

1

1 cm

1,5 cm

1 cm

1 cm

1 cm

4,5 cm

0,9 cm

2

2 cm

3 cm

2,5 cm

2 cm

2 cm

11,5 cm

2,3 cm

3

3 cm

4 cm

3 cm

3 cm

3 cm

16 cm

3,2 cm

4

15 cm

16 cm

8 cm

7 cm

6 cm

52 cm

10,4 cm

5

18 cm

19 cm

16 cm

16 cm

12 cm

81 cm

16,2 cm

6

20 cm

23 cm

22 cm

22 cm

18 cm

105 cm

21 cm

7

22 cm

24 cm

24 cm

24 cm

21 cm

115 cm

23 cm

 

Volume air

Hari ke-

Biji kacang hijau

Jumlah

Rata-rata

Biji 1

Biji 2

Biji 3

Biji 4

Biji 5

12 mL

1

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

5 cm

1 cm

2

1,5 cm

2 cm

1,5 cm

2,5 cm

3 cm

10,5 cm

2,1 cm

3

2 cm

2 cm

1,5 cm

4 cm

4 cm

13,5 cm

2,7 cm

4

7 cm

5 cm

4 cm

13 cm

6 cm

35 cm

7 cm

5

15 cm

13 cm

10 cm

17 cm

14 cm

69 cm

13,8 cm

6

19 cm

18 cm

17 cm

21 cm

18 cm

93 cm

18,6 cm

7

22 cm

21 cm

23 cm

23 cm

21 cm

110 cm

22 cm

 

Volume air

Hari ke-

Biji kacang hijau

Jumlah

Rata-rata

Biji 1

Biji 2

Biji 3

Biji 4

Biji 5

16 mL

1

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

5 cm

1 cm

2

3,5 cm

3,5 cm

2,5 cm

4 cm

3 cm

16,5 cm

3,3 cm

3

4 cm

4 cm

3 cm

4 cm

4,5 cm

19,5 cm

3,9 cm

4

16 cm

10 cm

7 cm

14 cm

15 cm

62 cm

12,4 cm

5

24 cm

19 cm

15 cm

21 cm

20 cm

99 cm

19,8 cm

6

25 cm

21 cm

18 cm

24 cm

23 cm

111 cm

22,2 cm

7

29 cm

27 cm

23 cm

26 cm

25 cm

130 cm

26 cm

 

Volume air

Hari ke-

Biji kacang hijau

Jumlah

Rata-rata

Biji 1

Biji 2

Biji 3

Biji 4

Biji 5

20 mL

1

1,5 cm

1,5 cm

1 cm

1,5 cm

1 cm

6,5 cm

1,3 cm

2

3 cm

3,5 cm

3,5 cm

3,5 cm

3,5 cm

17 cm

3,4 cm

3

5 cm

6 cm

6,5 cm

4 cm

4 cm

25,5 cm

5,1 cm

4

14 cm

18 cm

19 cm

12 cm

18 cm

81 cm

16,2 cm

5

22 cm

21 cm

23 cm

14 cm

21 cm

101 cm

20,2 cm

6

26 cm

24 cm

25 cm

16 cm

23 cm

114 cm

22,8 cm

7

28 cm

27 cm

26 cm

17 cm

24 cm

122 cm

24,4 cm

 

3.2  Pembahasan

Pertumbuhan dan perkembangan dialami oleh semua mahkluk hidup, tidak terkecuali tumbuhan Vigna radiata atau yang biasa disebut kacang hijau. Pertumbuhan pada kacang hijau dapat diamati dari pertambahan panjang batang. Untuk dapat tumbuh dengan baik, ada beberapa faktor yang diperlukan oleh tumbuhan kacang hijau, antara lain gen, enzim, suhu, nutrisi, derajat keasaman (pH), air, kadar garam, oksigen, cahaya, kelembapan, gravitasi, sentuhan, organisme parasit dan herbivora, dan sebagainya. Dalam praktikum ini, kami ingin mengetahui seperti apa pengaruh volume penyiraman air terhadap pertumbuhan tumbuhan kacang hijau.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara panjang kacang hijau yang disiram dengan volume penyiraman 4 mL, 8 mL, 12 mL, 16 mL, dan 20 mL. Perbedaan tersebut sudah dapat dilihat dari pertumbuhan pada hari pertama (walaupun perbedaan panjangnya tidak signifikan). Perbedaan panjang kacang hijau yang cukup signifikan dimulai pada hari keempat.

Pada hari pertama, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL dan 8 mL memiliki panjang yang sama, yaitu 0,9 cm. Hal yang sama dialami oleh kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL dan 16 mL, di mana panjang kacang hijau adalah 1 cm. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL dengan panjang 1,3 cm.

Pada hari kedua, mulai terjadi perbedaan pertambahan panjang dari kacang hijau. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm sehingga panjangnya menjadi 1,8 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,4 cm sehingga panjangnya menjadi 2,3 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,1 cm sehingga panjangnya menjadi 2,1 cm. Pertambahan panjang ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan pertambahan panjang kacang hijau yang disiram 4 mL dan 8 mL. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang yang paling besar, yaitu sebesar 2,3 cm sehingga panjangnya menjadi 3,3 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2,1 cm sehingga panjangnya menjadi 3,4 cm. Pertambahan panjang pada kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL, 8 mL, dan 12 mL dapat dikatakan tidak terlalu signifikan. Begitu pula dengan pertambahan panjang pada kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL dan 20 mL.

Pada hari ketiga, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm sehingga panjangnya menjadi 2,7 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm sehingga panjangnya menjadi 3,2 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,8 cm sehingga panjangnya menjadi 2,7 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,6 cm sehingga panjangnya menjadi 3,9 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,7 cm sehingga panjangnya menjadi 5,1 cm. Pertambahan panjang terbesar pada hari ketiga dialami oleh kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL. Selain itu, terjadi penurunan besar pertambahan panjang kacang hijau pada hari ketiga dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Pada hari keempat, terjadi pertambahan panjang yang sangat signifikan dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 5,7 cm sehingga panjangnya menjadi 8,4 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 7,2 cm sehingga panjangnya menjadi 10,4 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4,3 cm sehingga panjangnya menjadi 7 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 8,5 cm sehingga panjangnya menjadi 12,4 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 11,1 cm sehingga panjangnya menjadi 16,2 cm. Pertambahan panjang terbesar dialami oleh kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL.

Pada hari kelima, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 5,2 cm sehingga panjangnya menjadi 13,6 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 5,8 cm sehingga panjangnya menjadi 16,2 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 6,8 cm sehingga panjangnya menjadi 13,8 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 7,4 cm sehingga panjangnya menjadi 19,8 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4 cm sehingga panjangnya menjadi 20,2 cm.

Pada hari keenam, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4,6 cm sehingga panjangnya menjadi 18,2 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4,8 cm sehingga panjangnya menjadi 21 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4,8 cm sehingga panjangnya menjadi 18,6 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2,4 cm sehingga panjangnya menjadi 22,2 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2,6 cm sehingga panjangnya menjadi 22,8 cm.

Pada hari ketujuh, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,4 cm sehingga panjangnya menjadi 19,6 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2 cm sehingga panjangnya menjadi 23 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 3,4 cm sehingga panjangnya menjadi 22 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 3,8 cm sehingga panjangnya menjadi 26 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,6 cm sehingga panjangnya menjadi 22,4 cm.

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa volume air penyiraman memberi pengaruh terhadap pertambahan panjang tumbuhan kacang hijau, di mana kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16-20 mL tumbuh lebih panjang daripada kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4-12 mL. Hal ini disebabkan oleh peran air yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Oleh tumbuhan, air dipakai sebagai pelarut zat-zat sebagai bahan dasar untuk reaksi biokimia, sebagai medium reaksi metabolisme, menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan, berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun, mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan, serta untuk proses transpirasi (penguapan) dan fotosintesis. Semua proses metabolik yang terjadi pada tumbuhan membutuhkan air. Hal ini membuat tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik ketika kekurangan air. Pertumbuhannya cenderung menjadi lambat dan tumbuhan akan layu.

Meskipun demikian, jumlah air yang terlalu banyak juga tidak memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuhan. Jumlah air yang terlalu banyak (sampai menggenang) dapat membuat tumbuhan tidak tumbuh dan pada akhirnya mati. Ketika jumlah air yang diberikan kepada tumbuhan terlalu banyak, akar tumbuhan akan menyerap semua air yang ada. Jika air terus ditambahkan lebih banyak, maka sel-sel itu akan pecah. Jika hal ini terjadi, akar akan membusuk dan mati. Jika akar mati, batang dan dedaunan di atasnya juga akan mati.

Hal ini sempat kami alami pada percobaan sebelumnya. Pada rancangan percobaan yang kami buat, kami menentukan volume air yang akan diberikan kepada tumbuhan kacang hijau adalah 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, dan 50 mL. Namun, setelah beberapa hari, tumbuhan yang disiram dengan air sebanyak  30 mL, 40 mL, dan 50 mL tidak tumbuh dan pada akhirnya mati. Hal ini disebabkan oleh jumlah air yang terlalu banyak, di mana air sampai menggenangi biji kacang hijau. Biji kacang hijau pun membusuk dan mati. Jika kami lanjutkan percobaan tersebut, hasil akhir yang didapatkan akan kurang bervariasi dan kami tidak bisa menentukan berapa volume yang ideal untuk pertumbuhan biji kacang hijau (karena hanya biji kacang hijau yang disiram sebanyak 10 mL dan 20 mL yang tumbuh). Kami pun pada akhirnya mengubah volume air dalam percobaan kami menjadi 4 mL, 8 mL, 12 mL, 16 mL, dan 20 mL agar semua biji kacang hijau dapat tumbuh dan memberikan hasil yang bervariasi.

Selain itu, walaupun diberikan air dalam jumlah yang sama, terdapat perbedaan pertambahan panjang pada biji kacang hijau. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh ada beberapa biji kacang hijau yang kurang baik sehingga pertumbuhannya pun tidak optimal. Namun, secara umum, hanya beberapa kacang hijau yang kurang baik di dalam praktikum ini.



 

 


 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1.      Volume penyiraman air memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata.

2.      Agar dapat bertumbuh dengan optimal, tumbuhan Vigna radiata membutuhkan volume penyiraman air yang pas (tidak kekurangan dan tidak berlebihan).

3.      Volume air yang diperlukan oleh tumbuhan Vigna radiata agar dapat tumbuh dengan optimal adalah 16-20 mL dengan penyiraman dilakukan dua kali sehari.

4.      Volume air yang terlalu sedikit membuat tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan optimal karena banyak zat-zat bahan dasar untuk reaksi biokimia yang tidak larut, proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun terganggu, proses fotosintesis terganggu, pengedaran hasil fotosintesis terganggu, serta tumbuhan kekurangan medium untuk reaksi metabolisme.

5.      Volume air yang terlalu banyak membuat tumbuhan tidak dapat tumbuh atau mati karena akar tumbuhan akan menyerap semua air yang ada. Hal ini akan membuat akar pecah lalu membusuk dan mati. Jika akar mati, batang dan dedaunan di atasnya juga akan mati.


No comments:

Post a Comment