BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut.
-
Mengetahui pengaruh volume penyiraman air
terhadap pertumbuhan tumbuhan Vigna
radiata.
-
Mengetahui volume penyiraman yang optimal untuk
pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata.
1.2
Dasar
Teori
Salah satu ciri mahkluk hidup adalah mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi
pada seluruh makhluk hidup berupa pertambahan ukuran volume, tinggi, dan massa
yang bersifat irreversible dan dapat
diukur secara kuantitatif. Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju
tercapainya kedewasaan.
Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
merupakan hasil dari tiga kegiatan, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan
diferensiasi sel.
a.
Pembelahan sel, yaitu sel membelah secara
mitosis untuk menghasilkan dua sel anak. Dua sel anak yang terbentuk kemudian
akan membelah lagi menghasilkan empat sel anak dan seterusnya sehingga terjadi
pertambahan jumlah sel.
b.
Pembesaran sel, yaitu pertambahan ukuran sel
anak sebagai akibat bertambahnya substansi material dalam sel.
c.
Diferensiasi sel, yaitu perubahan sel-sel selama
masa pertumbuhan hingga terbentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan
fungsi berbeda, misalnya akar, batang, dan daun.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dari
biji. Biji yang sudah cukup dewasa secara fisik terasa keras jika dipegang
karena sudah mengalami dehidrasi menjelang pematangannya. Kandungan air dalam
biji sekitar 5-15% dari bobotnya. Biji tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu biji monokotil (berkeping satu) dan biji dikotil (berkeping dua). Di
dalam biji, terdapat embrio yang dikelilingi oleh kotiledon yang membesar
karena mengandung cadangan makanan (endosperma). Embrio dan endosperma
dibungkus oleh selaput biji yang terbentuk dari integumen bakal biji.
Di dalam belahan biji, embrio dikelilingi oleh kotiledon
(daun lembaga), endosperma, atau keduanya. Kotiledon berguna untuk menyerap
zat-zat makanan dari endosperma yang kemudian dipindahkan ke embrio ketika biji
mulai berkecambah. Kotiledon pada biji dikotil berjumlah satu pasang. Kotiledon
pada kacang polong-polongan (misalnya kacang hijau dan buncis) berdaging tebal
karena menyerap sari makanan dari endosperma ketika biji sedang berkembang
sehingga tidak memiliki endosperma lagi. Namun, kotiledon pada biji jarak
sangat tipis karena persediaan makanan tetap berada dalam endosperma.
Biji tumbuhan monokotil hanya memiliki satu kotiledon.
Famili rumput-rumputan (misalnya jagung dan gandum) memiliki jenis kotiledon
khusus berupa lapisan tipis berbentuk perisai yang disebut skutelum. Skutelum
akan menyerap zat makanan dari endosperma selama perkecambahan.
Embrio berupa kuncup embrionik yang memanjang melekat pada
kotiledon. Kuncup embrionik memiliki bagian plumula (pucuk dengan sepasang
calon daun), epikotil (ruas batang di bawah calon daun atau di atas kotiledon),
hipokotil (ruas batang di bawah epikotil atau melekat pada kotiledon), dan
radikula (calon akar). Epikotil dengan hipokotil mudah dibedakan karena
memiliki warna yang berbeda. Hipokotil berwarna kecokelatan, sedangkan epikotil
berwarna kehijauan.
Pada biji monokotil, akar lembaga (radikula) diselubungi
oleh koleoriza dan pucuk lembaga (plumula) yang diselubungi oleh koleoptil.
Saat berkecambah, koleoptil akan mendesak tanah naik ke atas menuju ke udara
sehingga ujung tunasnya akan tumbuh lurus ke atas melalui saluran yang
terbentuk oleh koleoptil tubular.
Proses pertumbuhan dan perkecambahan dimulai dari tahap
embrio hingga menjadi tumbuhan dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perkecambahan, pertumbuhan primer,
dan pertumbuhan sekunder.
a.
Perkecambahan.
Perkecambahan
merupakan berakhirnya masa dormansi biji. Masa dormansi biji adalah masa ketika
sel-sel penyusunnya tidak aktif membelah atau tidak tumbuh, tetapi sel tersebut
tidak mati. Pengakhiran masa dormansi biji memerlukan kondisi lingkungan
tertentu, misalnya biji tumbuhan gurun hanya berkecambah setelah curah hujan
memadai (cukup air). Berakhirnya masa dormansi biji ditandai dengan terserapnya
air ke dalam sel-sel biji. Terserapnya air ke dalam sel-sel biji terjadi secara
imbibisi, yang merupakan proses fisika. Selanjutnya, air yang masuk ke dalam
biji akan membebaskan hormon giberelin sebagai sinyal kepada aleuron (lapisan
tipis di bagian luar endosperma) agar menyekresikan enzim. Enzim menghidrolisis
sari makanan yang terdapat dalam endosperma. Bekerjanya enzim tersebut
merupakan proses kimia.
Enzim
berfungsi sebagai biokatalisator dalam metabolisme biji. Enzim amilase memecah
pati menjadi maltosa, maltosa dihidrolisis oleh enzim maltase menjadi glukosa,
dan selanjutnya glukosa diubah menjadi energi. Energi diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Sementara itu, protein dipecah menjadi
asam amino. Asam amino dalam proses metabolisme dirangkai menjadi protein yang
berfungsi untuk menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru. Lemah dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak diperlukan untuk menyusun membran
sel.
Hasil
proses perkecambahan berupa tumbuh dan berkembangnya plumula menjadi batang dan
daun serta perkembangan radikula menjadi akar. Embrio yang baru tumbuh belum
memiliki klorofil sehingga belum dapat melakukan fotosintesis untuk
menghasilkan makanan sendiri. Makanan untuk embrio diperoleh dari cadangan
makanan (endosperma).
Proses
perkecambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu air, oksigen, suhu, dan
cahaya. Air diperlukan dalam perkecambahan untuk mengaktifkan enzim-enzim.
Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Suhu
yang optimum diperlukan dalam aktivasi enzim karena enzim tidak dapat bekerja pada
suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Perkecambahan memerlukan hormon
pertumbuhan auksin. Hormon pertumbuhan auksin mudah mengalami kerusakan jika
terkena cahaya yang berintensitas terlalu tinggi sehingga proses perkecambahan
akan lebih cepat jika tidak ada cahaya atau dalam kondisi gelap.
b.
Pertumbuhan primer.
Setelah
biji berkecambah, selanjutnya akan membentuk akar, batang, daun. Pada bagian
ujung akar dan ujung batang, terdapat jaringan yang sel-selnya aktif membelah
secara mitosis, yang disebut meristem primer. Aktivitas sel-sel jaringan
meristem primer menyebabkan pertumbuhan memanjang pada bagian ujung akar dan
ujung batang. Proses pertumbuhan memanjang pada ujung akar dan ujung batang
disebut pertumbuhan primer. Pertumbuhan memanjang pada batang dapat dikur
secara kuantitatif dengan menggunakan alat auksanometer.
Tumbuhan
memiliki dua titik pertumbuhan primer, yaitu:
-
Titik tumbuh akar.
Titik
tumbuh akar merupakan bagian jaringan meristem akar yang dilindungi oleh tudung
akar (kaliptra). Tudung akar mengeluarkan lendir polisakarida yang berfungsi
untuk melumasi akar sehingga mengurangi gesekan antara ujung akar dan
butir-butir tanah pada saat akar menembus tanah. Jaringan meristem akar banyak
mengandung cadangan makanan yang diperlukan dalam metabolisme. Hasil
metabolisme digunakan untuk perpanjangan akar.
Berdasarkan
aktivitas sel dan struktur jaringannya, titik tumbuh akar dibagi menjadi tiga
daerah, yaitu:
·
Zona pembelahan sel (pembentukan sel) tersusun
dari kumpulan sel yang berukuran kecil, berdinding tipis, berbentuk seragam,
dan sel-selnya aktif membelah secara cepat.
·
Zona pemanjangan sel terletak di belakang zona
pembelahan, sel-selnya memanjang sampai berukuran sepuluh kali panjang semula
sehingga mendorong ujung akar. Sel-sel penyusunnya tampak berbeda baik ukuran
maupun bentuknya.
·
Zona diferensiasi (pematangan) sel menunjukkan
perbedaan bentuk dan ukuran sel-sel yang semakin jelas. Dinding sel mengalami
penebalan karena terjadi penimbunan substansi material di bagian dalamnya. Pada
zona ini, terjadi proses organogenesis dan lapisan epidermis akar telah
memiliki rambut-rambut akar untuk menyerap garam-garam mineral dari dalam
tanah.
Jaringan
primer akar tebentuk dari ketiga jenis jaringan meristem primer, yaitu:
·
Protoderm, yaitu meristem primer yang terletak
paling luar dan akan membentuk epidermis.
·
Prokambium, terletak di bagian paling dalam,
akan menjadi stele (silinder pusat) yang terdiri atas perisikel, berkas
pembuluh xilem dan floem. Dari lapisan sel-sel perisikel, dapat tumbuh akar
lateral (samping).
·
Meristem dasar, terletak di antara protoderm dan
prokambium, akan membentuk jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkim pengisi
korteks.
-
Titik tumbuh batang.
Titik
tumbuh batang merupakan bagian jaringan meristem pada ujung batang dengan tunas
berupa kuncup. Kuncup tersusun atas sejumlah daun kecil yang menyelubungi puat
kuncup. Pada bagian paling ujung, terdapat meristem apikal berupa massa sel
berbentuk seperti kubah. Meristem apikal akan menjadi meristem primer
(protoderm, prokambium, dan meristem dasar). Pada sisi-sisi meristem apikal,
muncul promordia daun muda.
Titik
tumbuh batang tidak memiliki pelindung khusus seperti ujung akar, tetapi
jaringan pembalut bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung. Titik tumbuh
batang dapat dibagi menjadi tiga daerah pertumbuhan, yaitu:
·
Zona pembelahan sel, memiliki sel-sel yang
meristematik dan juga memiliki bakal daun. Permukaan bawah bakal daun lebih
cepat tumbuh dibandingkan dengan permukaan atas sehingga daun muda melengkung
menutupi ujung titik tumbuh.
·
Zona pemanuangan, sel-selnya mengalami
pemanjangan dan pembesaran. Pada zona ini, mulai terlihat jaringan calon
pembuluh.
·
Zona diferensiasi (pematangan), sel-sel
mengalami diferensiasi sehingga terbentuk beberapa lapisan jaringan dengan
struktur yang berbeda, seperti epidermis, korteks, floem, dan xilem.
c.
Pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan
sekunder merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder, yaitu kambium
pembuluh dan kambium gabus (felogen) yang membuat batang tumbuhan menjadi
besar. Pada umumnya, pertumbuhan sekunder terjadi pada batang tumbuhan
Gymnospermae dan dikotil. Sebagian besar akar dikotil berkayu mengalami
pertumbuhan sekunder. Tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder,
kecuali monokotil berkayu khususnya Agave,
Aloe, Dracaena, Pandanus, dan Yucca.
Jaringan
kambium pembuluh terletak di antara jaringan pembuluh xilem (pembuluh kayu) dan
pembuluh floem (pembuluh kulit). Jaringan kambium pembuluh mudah diamati dan
dibedakan dengan jaringanlainnya. Jika kita mengupas kulit batang, akan
terlihat bagian kambium berupa lendir licin. Pembelahan sel-sel kambium
pembuluh terjadi secara radial, yaitu membelah ke arah luar membentuk floem
sekunder dan membelah ke arah dalam membentuk xilem sekunder.
Pada
tumbuhan tahunan (perennial), pertumbuhan
sekunder terjadi bertahun-tahun sehingga lapisan demi lapisan xilem sekunder
membentuk kayu dengan formasi melingkar yang disebut lingkaran tumbuh sangat
dipengaruhi oleh musim. Di daerah beriklim tropis, umumnya lingkaran tumbuh yang
terbentuk pada musim hujan lapisannya lebih tebal daripada lapisan yang
terbentuk pada musim kemarau. Ketika musim hujan, kuantitas air yang diserap dari
tanah meningkat dan pertumbuhan xilem sekunder akan lebih cepat. Sebaliknya, di
musim kemarau, intensitas penyerapan air berkurang sehingga xilem sekunder yang
terbentuk akan lebih kecil dan terkesan berwarna lebih gelap karena sel-selnya
lebih padat dan kering akibat kekurangan air. Lingkaran tumbuh memungkinkan
kita menaksir umur suatu pohon.
Floem
sekunder dan jaringan di luarnya berkembang menjadi kulit. Selama
bertahun-tahun, pertumbuhan kayu lebih cepat dan tidak seimbang dengan
pertumbuhan kulitnya. Epidermis yang dihasilkan oleh pertumbuhan primer akan
pecah-pecah, mengelupas, kering, dan jatuh dari batang. Epidermis berfungsi
sebagai pelindung sehingga jika mengalami kerusakan akan mengganggu jaringan
yang terdapat di dalamnya. Untuk itu, tumbuhan memmbentuk jaringan pelindung
baru yang dihasilkan oleh kabium gabus (felogen). Sel-sel kambium gabus akan
membelah ke arah luar membentuk felem dan ke arah dalam membentuk feloderm.
Ketiga jaringan sekunder felem, felogen, dan feloderm secara kolektif disebut
periderm.
Felem
merupakan lapisan gabus yang terdiri atas sel-sel mati yang mengandung suberin (bahan
berlilin) pada dinding selnya sehingga kedap air dan udara. Sementara itu,
feloderm merupakan korteks sekunder yang terdiri atas sel-sel hidup dan tidak
mengandung suberin. Lapisan gabus tidak semuanya rapat, terdapat celah-celah
yang disebut lentisel. Lentisel berfungsi sebagai jalur keluar masuknya udara
pernapasan. Lentisel pada batang mudah diamati. Jika permukaan batang tumbuhan
diraba, akan terasa ada benjolan-benjolan kecil yang kasar dan terlihat
pori-pori di tengahnya.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan
berbeda-beda dan sangat ditentukan oleh faktor-faktor pendukung, baik yang
berasal dari dalam tubuh (faktor internal) maupun dari luar tubuh (faktor
eksternal).
a)
Faktor luar (faktor eksternal)
Faktor luar merupakan segala sesuatu yang memengaruhi
pertumbuhan dan sumbernya berasal dari lingkungan.
1.
Nutrisi.
Diperlukan untuk proses
kehidupan, layaknya metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi tersebut dapat berupa unsur atau ion.
Jenis unsur yang dibutuhkan tumbuhan dapat diketahui melalui dua cara, yaitu
analisis abu dan analisis kimia.
-
Analisis abu, dilakukan dengan cara membakar tumbuhan
menjadi abu kemudian menganalisis kandungan unsurnya. Abu sendiri adalah zat
anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organic.
-
Analisis kimia melalui kultur air atau pasir, yaitu
menumbuhkan tanaman pada medium air pasir atau medium berpori yang sudah
dicampur unsur-unsur tertentu, seperti metode hidroponik.
Unsur esensial yang dibutuhkan tumbuhan dibagi menjadi
dua kelompok unsur makro dan mikro. Unsur makro merupakan unsur yang diperlukan
oleh tumbuhan dalam jumlah banyak, yaitu C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg.
Sementara itu, unsur mikro
adalah unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit, yaitu Fe, B, Mn, Mo, Zn, Cu,
Co, Ni, dan Cl. Masing-masing nutrisi ini memiliki peranan masing-masing, dan
memiliki akibat defisiensi masing-masing.
2.
Air.
Air diperlukan oleh tumbuhan
dalam jumlah besar. Tanpa air tumbuhan tidak bisa hidup. Fungsi air bagi tumbuhan
adalah pelarut zat, bahan dasar untuk reaksi biokimia, medium berlangsungnya
metabolisme, penjaga tekanan turgor
dinding sel, dan berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke
daun.
3.
Derajat Keasaman (pH).
Hujan asam dapat menambah
keasaman tanah. Jika keadaan terlalu asam, klorofil akan rusak sehingga
mengganggu proses fotosintesis. Tanah bekas rawa-rawa dan tanah potsolik yang
berwarna merah kekuningan cenderung bersifat asam. Tanah jenis ini harus
dicampur dengan kapur sebelum ditanami agar keasamannya berkurang. Pada
beberapa jenis tumbuhan, seperti bunga Hortensia (Hydrangea sp.), keasaman tanah berpengaruh pada warna bunga.
4.
Kadar Garam.
Kadar garam NaCl dan garam
lainnya berpengaruh pada proses penyerapan air oleh sel-sel rambut akar. Kadar
garam air tanah yang terlalu tinggi menyebabkan sel rumbuhan kehilangan cairan
karena sel akan mengalami plasmolisis (lepasnya protoplasma keluar sel).
Sebagian besar tumbuhan tidak akan dapat bertahan hidup dalam lingkungan
berkadar garam tinggi, kecuali pada tumbuhan halofit seperti mangrove yang
hidup di kawasan pesisir.
5.
Oksigen.
Oksigen diperlukan tumbuhan
untuk bernapas. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, jika
kebutuhan terhadap oksigen tercukupi. Kekurangan oksigen dapat merangsang
produksi hormon etilen yang menyebabkan beberapa sel dalam korteks akan
mengalami penuaan dan mati. Tumbuhan yang terlalu banyak disiram air akan
kekurangan oksigen karena tanah kehabisan ruang udara penyedia oksigen. Tanah
yang padat dan liat mengandung sedikit oksigen sehingga perlu dicampur dengan
kompos agar menjadi gembur. Para petani biasa melakukan penggemburan tanah
secara berkala dengan pencangkulan secara hati-hati agar akar tumbuhan dapat
bernapas. Tumbuhan yang hidup di daerah yang kekurangan oksigen (misalnya di
rawa-rawa) memiliki akar napas yang banyak seperti pada tanaman bakau (Rhizopora sp.).
6.
Cahaya.
Selain berpengaruh langsung
terhadap fotosintesis, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap pertumbuhan.
Pengaruh ini dapat diamati dengan membandingkan satu jenis tumbuhan yang tumbuh
di daerah terang (cukup cahaya) dengan tumbuhan sejenis yang tumbuh di tempat
kurang cahaya atau gelap. Tumbuhan-tumbuhan tersebut akan memiliki laju
pertumbuhan dan bentuk tubuh yang berbeda. Ada yang memiliki batang bengkok,
tinggi lurus, atau pendek.
Cahaya matahari berperan dalam
mengendalikan hampir semua tahap pertumbuhan mulai dari perkecambahan,
pertumbuhan batang dan daun, hingga respons gerak tumbuhan. Tumbuhan yang
diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat dibandingkan yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari. Fenomena ini disebut dengan
etiolasi. Tumbuhan akan tumbuh membelok ke arah cahaya matahari karena hormon
auksin sebagian rusak ketika terkena cahaya matahari. Pertumbuhan bagian batang
yang terkena cahaya akan lambat dan tidak seimbang dengan pertumbuhan yang
cepat pada bagian batang yang tidak terkena cahaya matahari sehingga batang
tersebut tumbuh membelok. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengubah posisi
tanaman agar cahaya merata.
Cahaya diperlukan dalam
fotosintesis sehingga cahaya berpengaruh terhadap tersedianya makanan. Tumbuhan
yang tumbuh di tempat yang gelap tidak dapat berfotosintesis dan mengganggu
pembentukan klorofil sehingga daun terlihat pucat. Begitu pula bila tumbuhan
terkena cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi, klorofil akan rusak
dan daun akan menguning. Cahaya matahari dapat memicu pembentukan pigmen
antosianin dan flavonoid yang memberikan warna pada bunga dan buah.
Tumbuhan memiliki
fotoperiodisme, yang mana adalah respons rumbuhan terhadap panjang penyinaran.
Respons tersebut dapat berupa masa dormansi, kemampuan berbunga, pertumbuhan
dan perkembangan akar, serta kegiatan reproduksi tumbuham. Respons ini
dikendalikan oleh fitokrom yang mampu mengabsorpsi cahaya. Berdasarkan pengaruh
perubahan penjang penyinaran terhadap kemampuan menghasilkan bunga, tumbuhan
dapat dibedakan sebagai berikut.
-
Tumbuhan berhari pendek (short day plant).
Berbunga apabila penyinaran
lebih pendek daripada periode kritis (gelap). Jika periode terang lebih panjang
daripada periode gelap, tumbuhan tidak
akan berbunga meskipun menggunakan berkas cahaya buatan. Biasanya berbunga pada
akhir musim panas atau musim gugur. Contohnya dahlia, stroberi, aster.
-
Tumbuhan berhari panjang (long day plant).
Berbunga bila penyinaran lebih
panjang daripada periode gelap.
Tidak akan berbunga jika periode gelap lebih panjang daripada periode terang.
Namun apabila periode gelap
diperpendek dengan penggunaan berkas cahaya, tumbuhan mampu berbunga. Biasanya
berbunga pada akhir musim semi atau awal musim panas. Contohnya gandum, barli,
dan bayam.
-
Tumbuhan berhari netral (neutral day plant).
Tidak bergantung pada panjang
penyinaran untuk berbunga, tetapi akan berbunga ketika sudah mencapai tahap
pematangan tertentu. Contohnya mawar, tomat, anyelir.
7.
Suhu.
Salah satu faktor yang memengaruhi
kerja enzim adalah suhu.
Suhu
yang kurang sesuai akan memperlambat kerja enzim dan memperlambat metabolisme.
Pada umumnya, tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada suhu optimum 10-38º C.
Tumbuhan tidak dapat hidup pada suhu di bawah 0ºC dan di atas 40ºC. Namun pada
beberapa jenis tumbuhan yang hidup di daerah empat musim, tumbuhan yang akan
menyintesis protein khusus atau “protein kejut panas” (heat shock protein) dalam jumlah banyak ketika suhu mendekati 40ºC.
Protein kejut panas berfungsi untuk mencegah denaturasi enzim.
8.
Kelembapan.
Kelembapan udara maupun tanah
berkaitan dengan ketersediaan air. Kelembapan pada tanah sangat ditentukan oleh
kandungan zat organik. Tanah gembur yang banyak mengandung kompos mampu
menyerap air sehingga akan selalu terjaga kelembapannya, memengaruhi laju
transpirasi. Kelembapan udara yang terlalu tinggi akan menghambat proses
transpirasi sehingga pengangkutan air dan garam mineral berjalan lambat.
Tumbuhan memiliki batas
kemampuan beradaptasi terhadap tingkat kelembapan tertentu. Tumbuhan yang
memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kelembapan antara lain adalah
kaktus dan kelapa. Kaktus merupakan tumbuhan gurun (kelembapan rendah), tetapi
kaktus dapat pula hidup di pegunungan yang dingin (kelembapan tinggi). Meski
demikian, laju pertumbuhannya di pegunungan lebih lambat disbanding di habitat
aslinya.
9.
Gravitasi.
Pertumbuhan akar tumbuhan
memperlihatkan respons terhadap gravitasi. Pertumbuhan akar menunjukkan respons
gravitasi positif, sementara pertumbuhan batang menunjukkan respons gravitasi
negatif. Jika tumbuhan diletakkan pada posisi miring, tunas akan membengkok ke
atas dan akar membengkok ke bawah. Tumbuhan mampu mengindra gravitasi karena
adanya satolit pada titik terendah sel tudung akar. Satolit adalah plastid
khusus yang mengandung butiran pati padat. Pengendapan satolut pada titik
terendah sel akan menyebabkan redistribusi auksin sel-sel yang berada di
atasnya dan menyebabkan pemanjangan akar sehingga akar akan membengkok ke
bawah.
10. Sentuhan.
Tumbuhan merambat,
misalnya anggur dan mentimun, umumnya mempunyai organ pelilit berupa sulur.
Sulur pada awalnya tumbuh lurus. Namun jika menyentuh sesuatu, akan melilit benda tersebut. Sentuhan akan menghambat
pertumbuhan sel-sel sehingga terjadi perbedaan laju pertumbuhan antara sel yang
terkena sentuhan dengan sel-sel yang tidak terkena sentuhan. Perbedaan laju
pertumbuhan sel-sel tersebut menyebabkan sulur melilit. Suatu percobaan
menunjukkan bahwa tumbuhan yang batangnya digosok dengan tongkat akan lebih
pendek daripada tumbuhan yang dibiarkan.
11. Organisme Parasit
dan Herbivora.
Organisme parasit pada
tumbuhan dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Organisme parasit tersebut
mengambil inang sari makanan dari tumbuhan inang sehingga tumbuhan inang
terganggu pertumbuhan dan perkembangannya,
bahkan dapat mengalami kematian.
Herbivora layaknya ulat,
belalang, dan kumabgn dapat mengkonsumsi daun tumbuhan, mengganggu
pertumbuhannya. Namun pada beberapa tumbuhan, terdapat teknis pertahanan diri
atau alat pertahanan diri seperti duri.
b) Faktor dalam
(faktor internal).
Faktor dalam yang
memengaruhi pertumbuhan bersumber dari dalam tumbuhan itu sendiri, yaitu gen
dan hormon. Gen berfungsi mengatur reaksi kimia dalam sel terutama reaksi
sintesis protein dan enzim sehingga memengaruhi bentuk dan ukuran tumbuhan. Sementara
itu,,hormon merupakan substansi
yang sangat aktif dalam proses metabolisme. Meskipun hormon
diproduksi dalam tubuh, tetapi hormon dipengaruhi oleh faktor luar. Misalnya hormon auksin yang rusak sebagian ketika
terkena cahaya matahari. Hormon yang terdapat pada tumbuhan antara lain adalah
auksin giberelin, gas etilen sitokinin dan asam absisat.
1.
Auksin.
Ditemukan pertama
kali oleh frits Warmolt Went. Disebut juga IAA (indole acetic acid), dapat ditemukan pada ujung batang dan akar,
kuncup daun, embrio tanaman, serta serbuk sari yang sedang tumbuh menjadi buluh
serbuk sari. Fungsinya adalah sebagai berikut.
-
Memacu pertumbuhan memanjang pada tunas dan akar.
-
Menyebabkan diferensiasi sel menjadi xilem sehingga
meningkatkan transportasi garam mineral dan air dari tanah menuju ke daun.
-
Merangsang pembentukan pembuluh floem dan xylem.
-
Merangsang aktivitas kambium.
-
Merangsang pembengkokan batang.
-
Merangsang pembentukan akar lateral.
-
Merangsang perkembangan bunga dan buah.
-
Digunakan dalam pembuatan buah tanpa biji. Dengan cara
menyemprotkan IAA ke atas kepala putik.
2.
Giberelin.
Hormon giberelin
(GA, gibberelic acid/asam giberelat)
pertama kali ditemukan pada tahun
1926 oleh Eiichi Kurosawa. Hormon giberelin diperoleh dari ekstraksi
jamur parasti Gibberella fujikuroi.
Jamur tersebut menyebabkan penyakit ‘benih bodoh” pada tanaman padi, dengan
gejala tanaman tinggi kurus luar biasa sehingga roboh sebelum dewasa. Fungsi
giberelin adalah sebagai berikut.
-
Memacu pemanjangan dan pembelahan sel.
-
Memacu perkembangan embrio pada perkecambahan.
-
Mengakhiri dormansi pada biji dan kuncup ketiak batang.
-
Merangsang pertumbuhan bunga lebih awal.
-
Memperbesar ukuran buah.
-
Berperan dalam pembentukan buah tanpa biji.
-
Merangsang pembentukan saluran polen (buluh serbuk
sari).
3.
Gas Etilen.
Mulanya ditemukan
sebagai gas hasil sampingan dari pembakaran kurang
sempurna pada minyak tanah. Gas tersebut mampu memeram buah dalam lumbung juga
ditemukan pada buah yang sudah cukup tua. Disebut juga gas karbir yang saat ini
sering digunakan untuk memeram buah-buahan agar cepat masak. Fungsinya sebagai
berikut.
-
Mempercepat proses pematangan buah.
-
Berperan dalam pengguguran daun.
-
Kombinasi etilen dan auksin memacu pembentukan bunga.
-
Merangsang pertumbuhan batang menjadi tebal dan kokoh.
4.
Sitokinin
Dikenal sebagai
hormon antipenuaan. Daun yang dipotong dan direndam dalam sitokinin akan lebih
tahan dibanding yang tidak. Digunakan untuk menjaga kesegaran bunga. Fungsi
sitokinin sebagai berikut.
-
Menghambat penuaan pada organ tumbuhan.
-
Merangsang sintesis RNA dan protein.
-
Bersama auksin merangsang pembelahan sel.
-
Memacu perkembangan akar dan tunas pada kultur
jaringan.
-
Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah dengan
meningkatkan pengiriman makanan ke organ tersebut.
-
Mengatur pembentukan bunga dan buah.
-
Memasang pertumbuhan tunas aksila yang menghasilkan
percabangan lateral.
-
Menghambat dominansi apikal oleh auksin.
-
Membuat buah tanpa biji.
5.
Asam Absisat.
Asam absisat (ABA, abscisic acid) merupakan hormon yang
memperlambat atau menghentikan pembelahan dan pemanjangan sel. Pada kondisi
lingkungan buruk, asam absisat membuat tumbuhan bertahan dengan cara dormansi tunas atau
pucuk. Di musim dingin dan gugur, asam absisat pada
kuncup dan ketiak akan meningkat dan mempercepat pengguguran daun. Jika
tumbuhan layu, akan terjadi pengendapan asam absisat di dalam sel penjaga
stomata yang menyebabkan stomata tertutup sehingga mengurangi penguapan. Fungsi
asam absisat adalah sebagai berikut.
-
Menghambat perumbuhan.
-
Menyebabkan dormansi biji dan tunas.
-
Menyebabkan senses (kematian) pada sel, organ, atau
individu.
-
Menyebabkan absisi (gugurnya) daun.
6.
Kalin.
Kalin adalah hormon tumbuhan yang dapat memacu pembentukan
organ tertentu, misalnya akar, batang, daun, dan bunga. Dibagi menjadi beberapa
jenis sebagai berikut.
-
Filokalin, memacu pembentukan daun.
-
Kaulokalin,memacu pembentukan batang.
-
Rizokalin, memacu pembentukan akar.
-
Antokalin, memacu pembentukan bunga.
7.
Asam Traumalin.
Asam traumalin
berfungsi memacu pembelahan sel pada bagian tumbuhan yang mengalami luka.
Peristiwa ini hanya terjadi pada tumbuhan dikotil.
Pertumbuhan dan perkembangan juga dialami oleh tumbuhan Vigna radiata atau yang dikenal juga
dengan nama kacang hijau. Kacang
hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60
hari). Tanaman ini disebut juga mungbean,
green gram, atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini
diklasifikasikan seperti berikut ini.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata
Tanaman
kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian yang bervariasi, antara 30-60
cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk
bulat, dan berbulu. Warna batang dan cabangnya biasanya hijau atau ungu.
Daunnya terdiri dari tiga helaian dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup
panjang, lebih panjang dibandingkan daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai
dengan hijau tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan,
keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Biji kacang hijau
memiliki ukuran lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lainnya. Warna
bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, meskipun ada beberapa
berwarna kuning, cokelat, dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang
dengan akar cabang pada permukaan.
Biji kacang hijau dikatakan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan jika sudah mulai berkecambah atau menjadi tauge. Untuk dapat
berkecambah, tumbuhan kacang hijau membutuhkan faktor-faktor pendukungnya, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
diperoleh dari sifat keturunannya, berupa gen dan hormon. Sedangkan, faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar yang memengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan, meliputi nutrisi, air, suhu, kelembapan,
derajat keasaman (pH), kadar garam, oksigen, cahaya, gravitasi, sentuhan, serta
organisme parasit yang herbivora.
Salah satu faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan
adalah air. Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, melainkan
bagi makhluk hidup lain juga termasuk tumbuhan. Air diperlukan oleh tumbuhan
dalam jumlah besar. Tanpa air, tumbuhan tidak bisa hidup. Kira kira 70% atau
lebih dari berat protoplasma sel hidup terdiri dari air.
Air berperan sebagai pelarut zat-zat yang diperlukan oleh
tumbuhan, sebagai bahan dasar untuk reaksi biokimia, sebagai medium reaksi
metabolisme, menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan,
berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun, mengedarkan
hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan, serta untuk proses transpirasi
(penguapan) dan fotosintesis.
Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi
bahwa langsung atau tidak langsung pada tanaman akan memengaruhi semua proses
metaboliknya sehingga dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Jika
kekurangan air, tumbuhan akan layu karena terjadi penurunan tekanan turgor pada
sel-selnya. Namun, tumbuhan memiliki sistem kontrol untuk mengatasi kekurangan
air agar tidak terlalu ekstrim. Tumbuhan merespon kekurangan air dengan cara
memperlambat laju transpirasi (penguapan). Kekurangan air akan memacu
pembentukan dan pembebasan hormon asam absisat dari sel-sel mesofil daun yang
menyebabkan stomata tertutup.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana pengaruh volume penyiraman air
terhadap pertumbuhan tumbuhan Vigna
radiata?
2. Berapa
volume penyiraman yang optimal untuk pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata?
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya praktikum ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagi
Penulis.
Penulis berharap bahwa praktikum ini
dapat menambah pengalaman dan pengetahuan penulis.
2. Bagi
Masyarakat.
Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau,
khususnya mengenai salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya, yaitu air.
3. Bagi
Pembaca.
Praktikum ini dapat menjadi referensi
untuk praktikum-praktikum selanjutnya.
BAB
II
METODE
PRAKTIKUM
2.1 Variabel
Variabel merupakan faktor yang
berpengaruh dan memiliki nilai serta dapat berubah atau diubah. Variabel yang
dilibatkan dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu:
-
Variabel
bebas : Volume air.
-
Variabel
terikat : Panjang kacang
hijau.
-
Variabel
kontrol : Media tanam, jenis
air, jenis kacang hijau,
cahaya,
suhu, dan waktu penyiraman.
2.2 Rancangan Praktikum
Rancangan praktikum menggambarkan bagaimana
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, digunakan 25 biji kacang hijau yang ditanam di dalam lima wadah
plastik yang beralaskan kapas. Rancangan praktikum ini adalah sebagai berikut
-
Wadah
A : 5 biji kacang hijau dengan volume
penyiraman 4 mL air.
-
Wadah
B : 5 biji kacang hijau dengan volume
penyiraman 8 mL air.
-
Wadah
C : 5 biji kacang hijau dengan volume
penyiraman 12 mL air.
-
Wadah
D : 5 biji kacang hijau dengan volume
penyiraman 16 mL air.
-
Wadah
E : 5 biji kacang hijau dengan volume
penyiraman 20 mL air.
Biji kacang
hijau diletakkan di dalam wadah dan disiram dengan volume penyiraman sesuai
dengan variabel bebas yang sudah ditetapkan dan penyiraman dilakukan sebanyak
dua kali sehari pada waktu yang sama.
2.3 Populasi dan
Sampel
Populasi adalah seluruh kelompok objek
penelitian atau kelompok subjek. Populasi dalam praktikum ini adalah seluruh biji
kacang hijau yang berjenis sama.
Sampel
adalah bagian dari anggota populasi yang diteliti. Sampel dalam praktikum ini
adalah 25 biji kacang hijau.
2.4 Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal :
Rabu, 21 Agustus 2019 s.d. Selasa, 27 Agustus 2019
Tempat : SMA Stella Maris BSD
2.5 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut.
Alat |
Jumlah |
Wadah plastik berukuran
sedang |
5 |
Gelas ukur |
1 |
Solder |
1 |
Penggaris |
1 |
Bahan |
Jumlah |
Biji kacang
hijau |
25 |
Air |
Secukupnya |
Kapas |
Secukupnya |
2.6 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut.
1.
Siapkan alat dan bahan.
2.
Rendam biji kacang hijau selama delapan jam.
3.
Siapkan lima wadah plastik berukuran sedang,
lalu lubangi bagian bawahnya.
4.
Letakkan kapas secukupnya pada alas wadah yang
sudah dilubangi sebelumnya.
5.
Masukkan lima biji kacang hijau yang sudah
direndam ke dalam masing-masing wadah plastik. Atur jarak antara biji yang satu
dengan biji yang lainnya.
6.
Berilah tanda pada masing-masing wadah dengan
menuliskan A, B, C, D, dan E dengan ketentuan wadah A untuk volume penyiraman
air sebanyak 4 mL, wadah B untuk volume penyiraman air sebanyak 8 mL, wadah C
untuk volume penyiraman air sebanyak 12 mL, wadah D untuk volume penyiraman air
sebanyak 16 mL, dan wadah E untuk volume penyiraman air sebanyak 20 mL.
7.
Siramlah setiap hari sesuai dengan volume yang
sudah ditentukan pada pukul 07.00 WIB dan pukul 16.00 WIB selama tujuh hari.
8.
Catatlah hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Volume air |
Hari ke- |
Biji kacang hijau |
Jumlah |
Rata-rata |
||||
Biji 1 |
Biji 2 |
Biji 3 |
Biji 4 |
Biji 5 |
||||
4 mL |
1 |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
0,5 cm |
1 cm |
4,5 cm |
0,9 cm |
2 |
2 cm |
1,5 cm |
2,5 cm |
1 cm |
2 cm |
9 cm |
1,8 cm |
|
3 |
4 cm |
2 cm |
3,5 cm |
1 cm |
3 cm |
13,5 cm |
2,7 cm |
|
4 |
12 cm |
6 cm |
11 cm |
2 cm |
11 cm |
42 cm |
8,4 cm |
|
5 |
18 cm |
13 cm |
16 cm |
4 cm |
17 cm |
68 cm |
13,6 cm |
|
6 |
20 cm |
20 cm |
19 cm |
10 cm |
22 cm |
91 cm |
18,2 cm |
|
7 |
21 cm |
22 cm |
21 cm |
13 cm |
21 cm |
98 cm |
19,6 cm |
Volume air |
Hari ke- |
Biji kacang hijau |
Jumlah |
Rata-rata |
||||
Biji 1 |
Biji 2 |
Biji 3 |
Biji 4 |
Biji 5 |
||||
8 mL |
1 |
1 cm |
1,5 cm |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
4,5 cm |
0,9 cm |
2 |
2 cm |
3 cm |
2,5 cm |
2 cm |
2 cm |
11,5 cm |
2,3 cm |
|
3 |
3 cm |
4 cm |
3 cm |
3 cm |
3 cm |
16 cm |
3,2 cm |
|
4 |
15 cm |
16 cm |
8 cm |
7 cm |
6 cm |
52 cm |
10,4 cm |
|
5 |
18 cm |
19 cm |
16 cm |
16 cm |
12 cm |
81 cm |
16,2 cm |
|
6 |
20 cm |
23 cm |
22 cm |
22 cm |
18 cm |
105 cm |
21 cm |
|
7 |
22 cm |
24 cm |
24 cm |
24 cm |
21 cm |
115 cm |
23 cm |
Volume air |
Hari ke- |
Biji kacang hijau |
Jumlah |
Rata-rata |
||||
Biji 1 |
Biji 2 |
Biji 3 |
Biji 4 |
Biji 5 |
||||
12 mL |
1 |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
5 cm |
1 cm |
2 |
1,5 cm |
2 cm |
1,5 cm |
2,5 cm |
3 cm |
10,5 cm |
2,1 cm |
|
3 |
2 cm |
2 cm |
1,5 cm |
4 cm |
4 cm |
13,5 cm |
2,7 cm |
|
4 |
7 cm |
5 cm |
4 cm |
13 cm |
6 cm |
35 cm |
7 cm |
|
5 |
15 cm |
13 cm |
10 cm |
17 cm |
14 cm |
69 cm |
13,8 cm |
|
6 |
19 cm |
18 cm |
17 cm |
21 cm |
18 cm |
93 cm |
18,6 cm |
|
7 |
22 cm |
21 cm |
23 cm |
23 cm |
21 cm |
110 cm |
22 cm |
Volume air |
Hari ke- |
Biji kacang hijau |
Jumlah |
Rata-rata |
||||
Biji 1 |
Biji 2 |
Biji 3 |
Biji 4 |
Biji 5 |
||||
16 mL |
1 |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
1 cm |
5 cm |
1 cm |
2 |
3,5 cm |
3,5 cm |
2,5 cm |
4 cm |
3 cm |
16,5 cm |
3,3 cm |
|
3 |
4 cm |
4 cm |
3 cm |
4 cm |
4,5 cm |
19,5 cm |
3,9 cm |
|
4 |
16 cm |
10 cm |
7 cm |
14 cm |
15 cm |
62 cm |
12,4 cm |
|
5 |
24 cm |
19 cm |
15 cm |
21 cm |
20 cm |
99 cm |
19,8 cm |
|
6 |
25 cm |
21 cm |
18 cm |
24 cm |
23 cm |
111 cm |
22,2 cm |
|
7 |
29 cm |
27 cm |
23 cm |
26 cm |
25 cm |
130 cm |
26 cm |
Volume air |
Hari ke- |
Biji kacang hijau |
Jumlah |
Rata-rata |
||||
Biji 1 |
Biji 2 |
Biji 3 |
Biji 4 |
Biji 5 |
||||
20 mL |
1 |
1,5 cm |
1,5 cm |
1 cm |
1,5 cm |
1 cm |
6,5 cm |
1,3 cm |
2 |
3 cm |
3,5 cm |
3,5 cm |
3,5 cm |
3,5 cm |
17 cm |
3,4 cm |
|
3 |
5 cm |
6 cm |
6,5 cm |
4 cm |
4 cm |
25,5 cm |
5,1 cm |
|
4 |
14 cm |
18 cm |
19 cm |
12 cm |
18 cm |
81 cm |
16,2 cm |
|
5 |
22 cm |
21 cm |
23 cm |
14 cm |
21 cm |
101 cm |
20,2 cm |
|
6 |
26 cm |
24 cm |
25 cm |
16 cm |
23 cm |
114 cm |
22,8 cm |
|
7 |
28 cm |
27 cm |
26 cm |
17 cm |
24 cm |
122 cm |
24,4 cm |
3.2
Pembahasan
Pertumbuhan
dan perkembangan dialami oleh semua mahkluk hidup, tidak terkecuali tumbuhan Vigna radiata atau yang biasa disebut
kacang hijau. Pertumbuhan pada kacang hijau dapat diamati dari pertambahan
panjang batang. Untuk dapat tumbuh dengan baik, ada beberapa faktor yang
diperlukan oleh tumbuhan kacang hijau, antara lain gen, enzim, suhu, nutrisi,
derajat keasaman (pH), air, kadar garam, oksigen, cahaya, kelembapan,
gravitasi, sentuhan, organisme parasit dan herbivora, dan sebagainya. Dalam
praktikum ini, kami ingin mengetahui seperti apa pengaruh volume penyiraman air
terhadap pertumbuhan tumbuhan kacang hijau.
Berdasarkan
hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara
panjang kacang hijau yang disiram dengan volume penyiraman 4 mL, 8 mL, 12 mL,
16 mL, dan 20 mL. Perbedaan tersebut sudah dapat dilihat dari pertumbuhan pada
hari pertama (walaupun perbedaan panjangnya tidak signifikan). Perbedaan
panjang kacang hijau yang cukup signifikan dimulai pada hari keempat.
Pada
hari pertama, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL dan 8 mL
memiliki panjang yang sama, yaitu 0,9 cm. Hal yang sama dialami oleh kacang
hijau yang disiram dengan air sebanyak 12 mL dan 16 mL, di mana panjang kacang
hijau adalah 1 cm. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kacang hijau yang disiram
dengan air sebanyak 20 mL dengan panjang 1,3 cm.
Pada
hari kedua, mulai terjadi perbedaan pertambahan panjang dari kacang hijau.
Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm sehingga panjangnya
menjadi 1,8 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,4 cm sehingga panjangnya
menjadi 2,3 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,1 cm sehingga panjangnya
menjadi 2,1 cm. Pertambahan panjang ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan
pertambahan panjang kacang hijau yang disiram 4 mL dan 8 mL. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan
panjang yang paling besar, yaitu sebesar 2,3 cm sehingga panjangnya menjadi 3,3
cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2,1 cm sehingga panjangnya
menjadi 3,4 cm. Pertambahan panjang pada kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 4 mL, 8 mL, dan 12 mL dapat dikatakan tidak terlalu signifikan. Begitu
pula dengan pertambahan panjang pada kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 16 mL dan 20 mL.
Pada
hari ketiga, kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 4 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm sehingga panjangnya
menjadi 2,7 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,9 cm sehingga panjangnya
menjadi 3,2 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,8 cm sehingga panjangnya
menjadi 2,7 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 0,6 cm sehingga panjangnya
menjadi 3,9 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,7 cm sehingga panjangnya
menjadi 5,1 cm. Pertambahan panjang terbesar pada hari ketiga dialami oleh
kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL. Selain itu, terjadi penurunan
besar pertambahan panjang kacang hijau pada hari ketiga dibandingkan dengan
hari sebelumnya.
Pada
hari keempat, terjadi pertambahan panjang yang sangat signifikan dibandingkan
dengan hari-hari sebelumnya. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL
mengalami pertambahan panjang sebesar 5,7 cm sehingga panjangnya menjadi 8,4
cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 8 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 7,2 cm sehingga panjangnya
menjadi 10,4 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4,3 cm sehingga panjangnya menjadi 7 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 16 mL mengalami pertambahan
panjang sebesar 8,5 cm sehingga panjangnya
menjadi 12,4 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 20 mL mengalami pertambahan
panjang sebesar 11,1 cm sehingga panjangnya
menjadi 16,2 cm. Pertambahan panjang terbesar dialami oleh kacang hijau
yang disiram dengan air sebanyak 20 mL.
Pada
hari kelima, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami
pertambahan panjang sebesar 5,2 cm sehingga panjangnya menjadi 13,6 cm. Kacang
hijau yang
disiram dengan air sebanyak 8 mL
mengalami pertambahan panjang sebesar 5,8 cm sehingga panjangnya menjadi 16,2
cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 6,8 cm sehingga panjangnya
menjadi 13,8 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 7,4 cm sehingga panjangnya
menjadi 19,8 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4 cm sehingga panjangnya menjadi 20,2 cm.
Pada
hari keenam, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami
pertambahan panjang sebesar 4,6 cm sehingga panjangnya menjadi 18,2 cm. Kacang
hijau yang
disiram dengan air sebanyak 8 mL
mengalami pertambahan panjang sebesar 4,8 cm sehingga panjangnya menjadi 21 cm.
Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 4,8 cm sehingga panjangnya
menjadi 18,6 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2,4 cm sehingga panjangnya
menjadi 22,2 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 2,6 cm sehingga panjangnya menjadi 22,8 cm.
Pada
hari ketujuh, kacang hijau yang disiram dengan air sebanyak 4 mL mengalami
pertambahan panjang sebesar 1,4 cm sehingga panjangnya menjadi 19,6 cm. Kacang
hijau yang
disiram dengan air sebanyak 8 mL
mengalami pertambahan panjang sebesar 2 cm sehingga panjangnya menjadi 23 cm.
Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 12 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 3,4 cm sehingga panjangnya
menjadi 22 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 16 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 3,8 cm sehingga panjangnya
menjadi 26 cm. Kacang hijau yang disiram dengan air
sebanyak 20 mL mengalami pertambahan panjang sebesar 1,6 cm sehingga panjangnya menjadi 22,4 cm.
Dari
data di atas, dapat diketahui bahwa volume air penyiraman memberi pengaruh
terhadap pertambahan panjang tumbuhan kacang hijau, di mana kacang hijau yang
disiram dengan air sebanyak 16-20 mL tumbuh lebih panjang daripada kacang hijau
yang disiram dengan air sebanyak 4-12 mL. Hal ini disebabkan oleh peran air
yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Oleh
tumbuhan, air dipakai sebagai pelarut zat-zat sebagai bahan dasar
untuk reaksi biokimia, sebagai medium reaksi metabolisme, menjaga tekanan
turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan, berperan dalam proses
transportasi unsur hara dari tanah ke daun, mengedarkan hasil fotosintesis ke
seluruh bagian tumbuhan, serta untuk proses transpirasi (penguapan) dan
fotosintesis. Semua proses metabolik yang terjadi pada tumbuhan membutuhkan
air. Hal ini membuat tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik ketika kekurangan
air. Pertumbuhannya cenderung menjadi lambat dan tumbuhan akan layu.
Meskipun
demikian, jumlah air yang terlalu banyak juga tidak memberikan pengaruh yang
positif bagi tumbuhan. Jumlah air yang terlalu banyak (sampai menggenang) dapat
membuat tumbuhan tidak tumbuh dan pada akhirnya mati. Ketika jumlah air yang
diberikan kepada tumbuhan terlalu banyak, akar tumbuhan akan menyerap semua air yang ada. Jika air terus ditambahkan lebih
banyak, maka sel-sel itu akan pecah. Jika hal ini terjadi, akar akan membusuk
dan mati. Jika akar mati, batang dan dedaunan di atasnya juga akan mati.
Hal ini sempat kami alami
pada percobaan sebelumnya. Pada rancangan percobaan yang kami buat, kami
menentukan volume air yang akan diberikan kepada tumbuhan kacang hijau adalah
10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, dan 50 mL. Namun, setelah beberapa hari, tumbuhan
yang disiram dengan air sebanyak 30 mL, 40
mL, dan 50 mL tidak tumbuh dan pada akhirnya mati. Hal ini disebabkan oleh
jumlah air yang terlalu banyak, di mana air sampai menggenangi biji kacang
hijau. Biji kacang hijau pun membusuk dan mati. Jika kami lanjutkan percobaan
tersebut, hasil akhir yang didapatkan akan kurang bervariasi dan kami tidak
bisa menentukan berapa volume yang ideal untuk pertumbuhan biji kacang hijau
(karena hanya biji kacang hijau yang disiram sebanyak 10 mL dan 20 mL yang
tumbuh). Kami pun pada akhirnya mengubah volume air dalam percobaan kami
menjadi 4 mL, 8 mL, 12 mL, 16 mL, dan 20 mL agar semua biji kacang hijau dapat
tumbuh dan memberikan hasil yang bervariasi.
Selain itu, walaupun
diberikan air dalam jumlah yang sama, terdapat perbedaan pertambahan panjang
pada biji kacang hijau. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh ada beberapa
biji kacang hijau yang kurang baik sehingga pertumbuhannya pun tidak optimal.
Namun, secara umum, hanya beberapa kacang hijau yang kurang baik di dalam
praktikum ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Volume penyiraman
air memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan Vigna radiata.
2.
Agar dapat
bertumbuh dengan optimal, tumbuhan Vigna
radiata membutuhkan volume penyiraman air yang pas (tidak kekurangan dan
tidak berlebihan).
3.
Volume air yang diperlukan
oleh tumbuhan Vigna radiata agar
dapat tumbuh dengan optimal adalah 16-20 mL dengan penyiraman dilakukan dua
kali sehari.
4.
Volume air yang
terlalu sedikit membuat tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan optimal karena
banyak zat-zat bahan dasar untuk reaksi biokimia yang tidak larut, proses
transportasi unsur hara dari tanah ke daun terganggu, proses fotosintesis
terganggu, pengedaran hasil fotosintesis terganggu, serta tumbuhan kekurangan
medium untuk reaksi metabolisme.
5.
Volume air yang
terlalu banyak membuat tumbuhan tidak dapat tumbuh atau mati karena akar
tumbuhan akan menyerap semua air yang ada. Hal ini akan membuat akar pecah lalu
membusuk dan mati. Jika akar mati, batang dan dedaunan di atasnya
juga akan mati.
No comments:
Post a Comment