Thursday, July 30, 2020

Laporan Praktikum Percobaan Sachs

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut.

-          Membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan karbohidrat berupa amilum.

-          Membuktikan bahwa dalam proses fotosintesis diperlukan cahaya matahari dan fotosintesis berlangsung pada bagian tumbuhan yang berklorofil.

 

1.2  Dasar Teori

Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimiawi untuk mengubah zat-zat yang menghasilkan energi maupun memerlukan energi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh. Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan reaksi penguraian senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan menghasilkan energi (reaksi eksergonik). Senyawa kompleks yang diuraikan dapat berupa karbohidrat, lemak, dan protein. Sementara itu, anabolisme merupakan kebalikannya, yaitu reaksi penyusunan dari senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa yang lebih kompleks dan memerlukan energi (endergonik). Di dalam sel tubuh, terjadi ribuan reaksi metabolisme yang sangat kompleks.

Penyusunan senyawa kompleks organik dari senyawa-senyawa sederhana membutuhkan sejumlah energi yang berasal dari cahaya atau reaksi kimia. Jika sumber energinya berasal dari cahaya disebut fotosintesis, sedangkan jika sumber energinya adalah zat kimia disebut kemosintesis.

Fotosintesis adalah reaksi penyusunan senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks organik dengan menggunakan energi dari cahaya. Fotosintesis berasal dari kata foto yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya penyusunan. Senyawa sederhana yang dibutuhkan berupa zat anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan garam-garam mineral yang terlarut. Sementara itu, senyawa yang dihasilkan berupa glukosa, oksigen (O2), dan air (H2O). Energi cahaya dapat berasal dari sinar matahari atau cahaya lain yang memiliki intensitas setingkat matahari. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang memiliki klorofil, yaitu pigmen yang memiliki fungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari.

Tumbuhan yang mampu melakukan fotosintesis termasuk tumbuhan dalam kelompok fotoautotrof yang berarti tidak bergantung pada mahkluk hidup lain karena mampu menyediakan bahan organik sendiri dari bahan anorganik. Karena proses pengubahan itu memerlukan cahaya, asimilasi zat karbon disebut fotosintesis dimana energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia dengan bantuan klorofil pada daun. Secara sederhana, reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut.

Energi cahaya matahari

Klorofil

6 CO2 + 12 H2O  C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O

 

 

Melalui proses fotosintesis, CO2 dan air akan diubah menjadi glukosa dengan bantuan cahaya matahari. Karbohidrat yang dihasilkan berguna sebagai sumber energi utama bagi setiap organisme yaitu untuk menyusun dinding sel glikolipid dan glikoprotein pada membran sel. Tumbuhan memproduksi karbohidrat lebih banyak daripada kebutuhannya sehingga kelebihan hasil produksi disimpan dalam bentuk amilum atau pati.

Fotosintesis terjadi pada kloroplas. Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, seperti daun, batang, ranting, kelopak bunga, dan buah yang belum matang. Pada daun, kloroplas banyak ditemukan di jaringan tiang (jaringan palisade). Pada umumnya, permukaan atas dari daun tampak lebih hijau dibandingkan permukaan bawahnya karena kloroplas lebih banyak terdapat di jaringan palisade daripada jaringan spons. Terdapat kira-kira setengah juta kloroplas pada setiap milimeter persegi permukaan daun. Pada setiap klorofil, diperkirakan terdapat 30-40 kloroplas. Kloroplas terdiri dari selubung luar yang merupakan membran rangkap (membran luar dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang antarmembran), tilakoid (sistem membran yang berbentuk kantung-kantung pipih, berisi klorofil dan pigmen-pigmen fotosintetik lainnya, tempat terjadinya reaksi terang fotosintesis), grana (tumpukan tilakoid), stroma (cairan koloid di luar tilakoid yang mengandung enzim-enzim dan bahan-bahan kimia, seperti gula dan asam-asam organik tempat terjadinya reaksi gelap fotosintesis), ribosom, dan DNA.

Di dalam membran tilakoid, terdapat fotosistem yang merupakan unit yang mampu menangkap energi cahaya matahari. Fotosistem terdiri atas antena, protein, dan molekul organik lainnya. Kompleks antena berperan sebagai pengumpul energi dan tersusun dari kumpulan molekul pigmen, yaitu klorofil a, klorofil b, dan molekul karotenoid. Klorofil a dapat menyerap cahaya merah dan biru-ungu. Klorofil b dapat menyerap cahaya biru dan jingga. Sementara itu, karotenoid menyerap cahaya biru-hijau. Perbedaan klorofil a dengan klorofil b adalah klorofil a berwarna hijau, sedangkan klorofil b berwarna kuning hingga jingga.

Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang fotosintesis (reaksi yang menggunakan cahaya). Kedudukannya di dalam fotosistem sebagai pusat reaksi, tempat terjadi reaksi kimia pertama fotosintesis yang menggunakan cahaya. Dalam reaksi reduksi-oksidasi, klorofil a yang menyerap cahaya akan mentransfer satu elektronnya ke akseptor elektron primer. Selanjutnya, melalui siklus elektron, klorofil yang kehilangan satu elektron tersebut akan menangkap elektron kembali sehingga klorofil menjadi normal.

Fotosistem dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Klorofil a dalam fotosistem I disebut P700 karena sensitif dan dapat menyerap energi cahaya dengan panjang gelombang 700 nm. Klorofil a dalam fotosistem II disebut P680 karena sensitif dan dapat menyerap energi cahaya dengan panjang gelombang 680 nm. Kedua fotosistem tersebut bekerja bersama-sama dalam reaksi terang dengan menggunakan cahaya untuk menghasilkan ATP dan NADH.

Proses fotosintesis merupakan rangkaian reaksi yang diawali dari penyerapan cahaya hingga dihasilkannya senyawa organik glukosa. Fotosintesis terdiri atas dua tahapan, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.

1.      Reaksi Terang.

Reaksi terang adalah reaksi fotosintesis yang memerlukan cahaya. Reaksi terang merupakan reaksi ketika energi matahari digunakan oleh pigmen fotosintesis dan terjadi di grana atau tumpukan tilakoid. Jadi, reaksi ini bergantung pada cahaya matahari. Pada reaksi ini terjadi pemecahan molekul-molekul air menjadi hidrogen, oksigen, dan sejumlah energi. Pada reaksi terang, terjadi pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Energi yang terbentuk kemudian disimpan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk reaksi gelap.

Reaksi terang merupakan tahap awal serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat) dan NADPH (Nicotinamida Adenin Dinucleotid Phosphat). Selain itu, dibebaskan juga O2. Reaksi terang membutuhkan H2O dan ADP.

Untuk menangkap sinar matahari (foton), tumbuhan menggunakan seperangkat alat yaitu fotosistem. Fotosistem merupakan molekul protein yang tertanam pada membran tilakoid. Ada dua macam fotosistem, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.

Tahapan dalam reaksi terang adalah sebagai berikut.

·         Penangkapan cahaya matahari oleh fotosistem. Ketika sinar foton mengenai fotosistem, salah satu elektronnya tereksitasi keluar. Dan ketika elektron kembali pada kedudukan semula, elektron tersebut mangeluarkan energi.

·         Setelah fotosistem menyerap energi matahari, energi ini digunakan untuk fotolisis, yaitu pemecahan molekul air.

·         Air akan pecah menjadi ion hidrogen (2 H+), gas oksigen (O2) dan elektron (e-).

·         Ion hidrogen 2H+ ditangkap oleh NADP+ dan diubah menjadi NADPH.

·         Gas oksigen O2 dilepas ke udara.

·         Elektron bebas yang terbentuk akan mengalami pemindahan atau transfer elektron melalui fosforilasi siklik dan fosforilasi nonsiklik. Foton dari cahaya matahari yang mengenai fotosistem akan menyebabkan elektron tereksitasi dan keluar dari fotosistem. Elektron yang dihasilkan ini akan keluar dan masuk ke sistem transfer elektron. Reaksi transfer elektron ini dapat dibedakan menjadi aliran elektron nonsiklik dan aliran elektron siklik.

a)      Aliran Elektron Nonsiklik.

Pada jalur transfer elektron nonsiklik, dihasilkan ATP dan NADPH. Elektron yang tereksitasi bergerak dari fotosistem II ke sistem transfer elektron kemudian ke fotosistem I lalu ke sistem transfer elektron baru dan berakhir pada reaksi pembentukan NADPH. Di sini, elektron tidak kembali ke fotosistem II.

Reaksi ini dimulai ketika kompleks pigmen fotosistem II (P680) menyerap energi cahaya dan menyebabkan terksitasinya elektron. Elektron yang dihasikan memiliki energi yang tinggi. Kemudian elektron berenergi tinggi ini meninggalkan molekul pusat reaksi (klorofil a) sehingga fotosistem II kehilangan elektron. Selanjutnya, fotosistem II mengambil elektron dari hasil penguraian air (fotolisis) melalui reaksi berikut.

H2O à 2 H+ + 2 e + 1/2 O2

Oksigen hasil fotolisis dilepas oleh kloroplas sebagai gas oksigen meninggalkan sel. Sementara itu, ion hidrogen (H+) untuk sementara waktu tinggal di ruang tilakoid. Elektron-elektron berenergi tinggi meninggalkan fotosistem II dan ditangkap oleh akseptor elektron dan kemudian dikirim ke sistem transfer elektron. Pada sistem transfer elektron, elektron ini dibawa oleh pembawa elektron plastoquinone (Pq), kompleks sitokrom (Cty), dan plastosianin (Pc). Selama proses transfer elektron tersebut, elektron melepaskan energi yang kemudian ditangkap oleh ADP menjadi ATP. Selanjutnya, elektron mencapai fotosistem I. Pada reaksi ini, elektron yang dilepas fotosistem II tidak kembali lagi ke fotosistem II. Pembentukan ATP dari reaksi nonsiklik ini disebut juga fotofosforilasi nonsiklik.

Ketika fotosistem I menyerap energi cahaya, elektron- elektron berenergi tinggi meninggalkan pusat reaksi (klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron. Elektron yang terlepas dari fotosistem I segera digantikan oleh elektron dari fotosistem II.

Sistem transfer elektron memindah elektron- elektron ini melalui pembawa elektron feredoksin (Fd). Selanjutnya, elektron ditransfer ke NADP+. Tahap berikutnya NADP+ mengikat ion H+ membentuk NADPH2, seperti reaksi berikut.

NADP+ + 2e + 2H+ à NADPH + H+

Elektron tersebut digunakan untuk mereduksi NADP+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate) menjadi NADPH. Dengan demikian, jalur elektron nonsiklis menghasilkan ATP dan NADPH. Energi ATP  dan NAPDH yang dihasilkan dalam elektron nonsiklik akan digunakan dalam reaksi tahap kedua proses sintesis karbohidrat, yaitu pada tahap reaksi gelap.

b)      Aliran Elektron Siklik.

Pada jalur transfer elektron siklik, hanya dihasilkan ATP. Elektron bergerak berputar dalam siklus dari fotosistem I ke sistem transfer elektron dan kembali ke fotosistem I. Jalur elektron siklik dimulai setelah kompleks pigmen fotosistem I menyerap energi matahari. Energi foton menyebabkan elektron tereksitasi. Elektron tereksitasi memiliki energi yang tinggi

Pada jalur ini, elektron berenergi tinggi (e) meninggalkan pusat reaksi fotosistem I, tetapi akhirnya elektron itu kembali lagi. Elektron berenergi (e) meninggalkan fotosistem I (dari pusat reaksi klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron kemudian meneruskannya ke sistem transfer elektron dan akhirnya kembali ke fotosistem I.  Elektron yang kembali ini akan segera menggantikan elektron yang tereksitasi akibat foton sinar matahari.

Pada sistem transfer elektron, pembawa elektron (electron carrier) mengalirkan atau memindahkan elektron dari satu pembawa elektron ke pembawa elektron berikutnya, yaitu dari feredoksin (Fd), plastoquinon (Pq), komplek sitokrom (Cty), dan terakhir ke  plastosianin (Pc). Ketika bergerak dalam sistem transfer elektron tersebut, elektron akan melepaskan energi yang kemudian energi akan digunakan untuk pembentukan ATP. ATP terbentuk karena adanya penambahan gugus fosfat P pada senyawa ADP (Adenosin Di Phosphat) seperti reaksi berikut.

ADP + P à ATP

Pembentukan ATP yang terjadi melalui rute transfer elektron siklis disebut dengan fotofosforilasi siklis. Fotosistem I ini umumnya ditemukan pada bakteri dan mikroorganisme autotrof lainnya.

2.      Reaksi Gelap.

Reaksi gelap disebut juga siklus Calvin Benson. Reaksi gelap adalah reaksi yang tidak tergantung atau memerlukan cahaya secara langsung. Dalam reaksi gelap, berlangsung serangkaian reaksi pembentukan gula dengan menggunakan gas CO2 dan hidrogen dari air. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan ATP dan NADPH yang dihasilkan dari reaksi terang. Hasil dari reaksi gelap adalah molekul karbon berenergi tinggi, seperti glukosa.

Proses pembentukan glukosa dari CO2 melalui siklus Calvin berlangsung dalam tiga tahap, yaitu tahap fiksasi, tahap reduksi, dan tahap regenerasi.

a)      Tahap Fiksasi Karbondioksida.

Gas CO2 dari lingkungan akan berdifusi ke dalam daun dan akan difiksasi (bergabung untuk bereaksi) oleh RuBP (ribulose Biphosphat), suatu molekul yang mengandung atom 5-C hingga terbentuk molekul fosfogliserat (PGA = 3-fosfogliserat atau 3-phosphoglycerate). PGA ini memiliki tiga karbon.

Penambahan enam CO2 oleh enam RuBP akan menghasilkan dua belas PGA. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ribulose bifosfat karboksilase (Rubisco). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.

6 CO2 + 6 RuBP à 12 PGA

b)      Tahap Reduksi PGA.

Pada tahap ini, setiap molekul PGA menerima gugus fosfat dari ATP serta ion hidrogen H+ dan elektron dari NADPH. ATP yang digunakan pada reaksi ini adalah ATP dari reaksi terang.

Reaksi reduksi PGA oleh NADPH ini akan membentuk 12 PGAL (glyceraldehyde-3-phosphat atau glukosa 3-fosfat, G3P).

Dua PGAL di antaranya bergabung dan membentuk satu molekul glukosa enam karbon. Kemudian, glukosa masuk ke reaksi untuk membentuk karbohidrat lain, seperti sukrosa dan kanji.

c)      Tahap Regenerasi.

Tahap regenerasi adalah tahap pembentukan kembali RuBP. Sepuluh PGAL yang tersisa dari tahap reduksi akan menerima gugus fosfat dari ATP dan membentuk RuBP. Dengan terbentuknya RuBP, reaksi penambatan CO2 dapat berlangsung lagi sehingga siklus Calvin berjalan kembali.

Pada tahun 1860, seorang ahli botani yang berasal dari negara Jerman, Julius von Sach membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam percobaannya, ia menggunakan daun segar yang sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan ke dalam alkohol dan ditetesi dengan iodium.

Bagian yang tidak terkena sinar tidak akan menghasilkan amilum, sedangkan bagian yang tidak ditutup alumunium foil/daun kontrol akan menghasilkan amilum. Setelah daun dibiarkan selama beberapa jam di bawah terik matahari, kemudian daun direbus alkohol. Hal ini bertujuan untuk melarutkan klorofil yang ada pada daun, namun amilum yang ada tidak akan ikut larut karena amilum tidak dapat larut oleh alkohol. Ternyata daun berubah warna menjadi lebih transparan atau kekuningan. Setelah semua klorofil larut, semua bagian daun ditetesi larutan iodium. Warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu gelap. Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup alumunium foil akan berwarna coklat. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum.

 

1.3  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.      Apakah fotosintesis menghasilkan karbohidrat berupa amilum?

2.      Bagaimana peran cahaya matahari pada proses fotosintesis?

 


 

BAB II

METODE PRAKTIKUM

 

2.1  Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari, Tanggal        : Jumat, 4 Oktober 2019

Waktu                   : 10.20 WIB-12.20 WIB

Tempat                  : SMA Stella Maris BSD

 

2.2  Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

Alat

Jumlah

Gelas beker 500 mL

1

Tabung reaksi

6

Rak tabung reaksi

1

Pipet tetes

2

Cawan petri

2

Gunting

1

Isolasi plastik

Secukupnya

Pemanas

1

Kertas aluminium foil

Secukupnya

Penjepit

1

Pinset

1

Spatula

1

 

Bahan

Jumlah

Daun yang berfotosintesis

1

Daun yang tidak berfotosintesis

1

Alkohol 70%

Secukupnya

Larutan Lugol (iodin)

Secukupnya

Air

Secukupnya

 

2.3  Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.      Persiapkan tanaman segar yang memiliki daun yang tidak begitu tebal.

2.      Pilih satu daun yang akan ditutup menggunakan kertas aluminium foil dengan rapat dan diisolasi bagian pinggirnya untuk memastikan tidak ada bagian yang terbuka. Biarkan daun tetap menempel pada batangnya selama dua hari.

3.      Petik daun yang sudah tertutup selama dua hari dan satu daun segar yang tidak ditutup dari satu pohon yang sama.

4.      Buka tutup daun lalu gunting kedua daun dengan bentuk yang berbeda (misalnya bentuk segitiga untuk daun yang terbuka dan segiempat untuk daun yang tertutup) sebagai penanda.

5.      Panaskan air ke dalam gelas beker 500 mL menggunakan pemanas heater dan masukkan kedua potongan daun dan rebus sekitar 5 menit.

6.      Angkat daun lalu masukan kedua potongan daun tersebut ke dalam tabung reaksi terpisah dan tambahkan alkohol 70% secukupnya

7.      Masukkan tabung reaksi yang berisi daun dan alkohol ke dalam gelas beker berisi air. Panaskan hingga daun tampak berwarna putih pucat (klorofil pada kedua potongan daun luntur memudar karena alkohol).

8.      Ambil kedua daun yang sudah dipanaskan dan letakkan di dalam cawan petri secara terpisah.

9.      Teteskan larutan lugol pada kedua daun tersebut, lalu amati perubahan warnanya.

10.  Catat datanya ke dalam tabel.

 

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

 

3.1  Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

Daun

Pengamatan Perubahan Warna

Keterangan

Awal

Setelah Direbus

Uji Lugol

Kandungan Amilum

Terbuka

Hijau

Hijau muda

Biru kehitaman

Ada

 

Tertutup

Hijau

Hijau muda

Biru kehitaman

Ada

 

 

3.2  Pembahasan

Fotosintesis adalah reaksi penyusunan senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks organik dengan menggunakan energi dari cahaya. Fotosintesis berasal dari kata foto yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya penyusunan. Senyawa sederhana yang dibutuhkan berupa zat anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan garam-garam mineral yang terlarut. Sementara itu, senyawa yang dihasilkan berupa glukosa, oksigen (O2), dan air (H2O). Energi cahaya dapat berasal dari sinar matahari atau cahaya lain yang memiliki intensitas setingkat matahari. Reaksi fotosintesis secara sederhana dituliskan sebagai berikut.

Energi cahaya matahari

Klorofil

6 CO2 + 12 H2O  C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O

 

Fotosintesis merupakan cara tumbuhan untuk menghasilkan makanan dan energi. Fotosintesis hanya akan terjadi jika tumbuhan mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari lalu mengkonversikannya menjadi energi kimia yang terikat dalam molekul karbohidrat. Karena kemampuannya membuat makanan sendiri, tumbuhan hijau dikenal sebagai organisme fotoautotrof.

Proses fotosintesis merupakan rangkaian reaksi yang diawali dari penyerapan cahaya hingga dihasilkannya senyawa organik glukosa. Proses ini terdiri atas dua tahapan, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.

1.      Reaksi Terang.

Reaksi terang adalah reaksi fotosintesis yang memerlukan cahaya. Reaksi terang merupakan reaksi ketika energi matahari digunakan oleh pigmen fotosintesis dan terjadi di grana atau tumpukan tilakoid. Jadi, reaksi ini bergantung pada cahaya matahari. Pada reaksi ini terjadi pemecahan molekul-molekul air menjadi hidrogen, oksigen, dan sejumlah energi. Pada reaksi terang, terjadi pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Energi yang terbentuk kemudian disimpan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk reaksi gelap.

Reaksi terang merupakan tahap awal serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat) dan NADPH (Nicotinamida Adenin Dinucleotid Phosphat). Selain itu, dibebaskan juga O2. Reaksi terang membutuhkan H2O dan ADP.

Untuk menangkap sinar matahari (foton), tumbuhan menggunakan seperangkat alat yaitu fotosistem. Fotosistem merupakan molekul protein yang tertanam pada membran tilakoid. Ada dua macam fotosistem, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.

Tahapan dalam reaksi terang adalah sebagai berikut.

·         Penangkapan cahaya matahari oleh fotosistem. Ketika sinar foton mengenai fotosistem, salah satu elektronnya tereksitasi keluar. Dan ketika elektron kembali pada kedudukan semula, elektron tersebut mangeluarkan energi.

·         Setelah fotosistem menyerap energi matahari, energi ini digunakan untuk fotolisis, yaitu pemecahan molekul air.

·         Air akan pecah menjadi ion hidrogen (2 H+), gas oksigen (O2) dan elektron (e-).

·         Ion hidrogen 2H+ ditangkap oleh NADP+ dan diubah menjadi NADPH.

·         Gas oksigen O2 dilepas ke udara.

·         Elektron bebas yang terbentuk akan mengalami pemindahan atau transfer elektron melalui fosforilasi siklik dan fosforilasi nonsiklik. Foton dari cahaya matahari yang mengenai fotosistem akan menyebabkan elektron tereksitasi dan keluar dari fotosistem. Elektron yang dihasilkan ini akan keluar dan masuk ke sistem transfer elektron. Reaksi transfer elektron ini dapat dibedakan menjadi aliran elektron nonsiklik dan aliran elektron siklik.

a)      Aliran Elektron Nonsiklik.

Pada jalur transfer elektron nonsiklik, dihasilkan ATP dan NADPH. Elektron yang tereksitasi bergerak dari fotosistem II ke sistem transfer elektron kemudian ke fotosistem I lalu ke sistem transfer elektron baru dan berakhir pada reaksi pembentukan NADPH. Di sini, elektron tidak kembali ke fotosistem II.

Reaksi ini dimulai ketika kompleks pigmen fotosistem II (P680) menyerap energi cahaya dan menyebabkan terksitasinya elektron. Elektron yang dihasikan memiliki energi yang tinggi. Kemudian elektron berenergi tinggi ini meninggalkan molekul pusat reaksi (klorofil a) sehingga fotosistem II kehilangan elektron. Selanjutnya, fotosistem II mengambil elektron dari hasil penguraian air (fotolisis) melalui reaksi berikut.

H2O à 2 H+ + 2 e + 1/2 O2

Oksigen hasil fotolisis dilepas oleh kloroplas sebagai gas oksigen meninggalkan sel. Sementara itu, ion hidrogen (H+) untuk sementara waktu tinggal di ruang tilakoid. Elektron-elektron berenergi tinggi meninggalkan fotosistem II dan ditangkap oleh akseptor elektron dan kemudian dikirim ke sistem transfer elektron. Pada sistem transfer elektron, elektron ini dibawa oleh pembawa elektron plastoquinone (Pq), kompleks sitokrom (Cty), dan plastosianin (Pc). Selama proses transfer elektron tersebut, elektron melepaskan energi yang kemudian ditangkap oleh ADP menjadi ATP. Selanjutnya, elektron mencapai fotosistem I. Pada reaksi ini, elektron yang dilepas fotosistem II tidak kembali lagi ke fotosistem II. Pembentukan ATP dari reaksi nonsiklik ini disebut juga fotofosforilasi nonsiklik.

Ketika fotosistem I menyerap energi cahaya, elektron- elektron berenergi tinggi meninggalkan pusat reaksi (klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron. Elektron yang terlepas dari fotosistem I segera digantikan oleh elektron dari fotosistem II.

Sistem transfer elektron memindah elektron- elektron ini melalui pembawa elektron feredoksin (Fd). Selanjutnya, elektron ditransfer ke NADP+. Tahap berikutnya NADP+ mengikat ion H+ membentuk NADPH2, seperti reaksi berikut.

NADP+ + 2e + 2H+ à NADPH + H+

Elektron tersebut digunakan untuk mereduksi NADP+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate) menjadi NADPH. Dengan demikian, jalur elektron nonsiklis menghasilkan ATP dan NADPH. Energi ATP  dan NAPDH yang dihasilkan dalam elektron nonsiklik akan digunakan dalam reaksi tahap kedua proses sintesis karbohidrat, yaitu pada tahap reaksi gelap.

b)      Aliran Elektron Siklik.

Pada jalur transfer elektron siklik, hanya dihasilkan ATP. Elektron bergerak berputar dalam siklus dari fotosistem I ke sistem transfer elektron dan kembali ke fotosistem I. Jalur elektron siklik dimulai setelah kompleks pigmen fotosistem I menyerap energi matahari. Energi foton menyebabkan elektron tereksitasi. Elektron tereksitasi memiliki energi yang tinggi

Pada jalur ini, elektron berenergi tinggi (e) meninggalkan pusat reaksi fotosistem I, tetapi akhirnya elektron itu kembali lagi. Elektron berenergi (e) meninggalkan fotosistem I (dari pusat reaksi klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron kemudian meneruskannya ke sistem transfer elektron dan akhirnya kembali ke fotosistem I.  Elektron yang kembali ini akan segera menggantikan elektron yang tereksitasi akibat foton sinar matahari.

Pada sistem transfer elektron, pembawa elektron (electron carrier) mengalirkan atau memindahkan elektron dari satu pembawa elektron ke pembawa elektron berikutnya, yaitu dari feredoksin (Fd), plastoquinon (Pq), komplek sitokrom (Cty), dan terakhir ke  plastosianin (Pc). Ketika bergerak dalam sistem transfer elektron tersebut, elektron akan melepaskan energi yang kemudian energi akan digunakan untuk pembentukan ATP. ATP terbentuk karena adanya penambahan gugus fosfat P pada senyawa ADP (Adenosin Di Phosphat) seperti reaksi berikut.

ADP + P à ATP

Pembentukan ATP yang terjadi melalui rute transfer elektron siklis disebut dengan fotofosforilasi siklis. Fotosistem I ini umumnya ditemukan pada bakteri dan mikroorganisme autotrof lainnya.

2.      Reaksi Gelap.

Reaksi gelap disebut juga siklus Calvin Benson. Reaksi gelap adalah reaksi yang tidak tergantung atau memerlukan cahaya secara langsung. Dalam reaksi gelap, berlangsung serangkaian reaksi pembentukan gula dengan menggunakan gas CO2 dan hidrogen dari air. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan ATP dan NADPH yang dihasilkan dari reaksi terang. Hasil dari reaksi gelap adalah molekul karbon berenergi tinggi, seperti glukosa.

Proses pembentukan glukosa dari CO2 melalui siklus Calvin berlangsung dalam tiga tahap, yaitu tahap fiksasi, tahap reduksi, dan tahap regenerasi.

 

a)      Tahap Fiksasi Karbondioksida.

Gas CO2 dari lingkungan akan berdifusi ke dalam daun dan akan difiksasi (bergabung untuk bereaksi) oleh RuBP (ribulose Biphosphat), suatu molekul yang mengandung atom 5-C hingga terbentuk molekul fosfogliserat (PGA = 3-fosfogliserat atau 3-phosphoglycerate). PGA ini memiliki tiga karbon.

Penambahan enam CO2 oleh enam RuBP akan menghasilkan dua belas PGA. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ribulose bifosfat karboksilase (Rubisco). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.

6 CO2 + 6 RuBP à 12 PGA

b)      Tahap Reduksi PGA.

Pada tahap ini, setiap molekul PGA menerima gugus fosfat dari ATP serta ion hidrogen H+ dan elektron dari NADPH. ATP yang digunakan pada reaksi ini adalah ATP dari reaksi terang.

Reaksi reduksi PGA oleh NADPH ini akan membentuk 12 PGAL (glyceraldehyde-3-phosphat atau glukosa 3-fosfat, G3P).

Dua PGAL di antaranya bergabung dan membentuk satu molekul glukosa enam karbon. Kemudian, glukosa masuk ke reaksi untuk membentuk karbohidrat lain, seperti sukrosa dan kanji.

c)      Tahap Regenerasi.

Tahap regenerasi adalah tahap pembentukan kembali RuBP. Sepuluh PGAL yang tersisa dari tahap reduksi akan menerima gugus fosfat dari ATP dan membentuk RuBP. Dengan terbentuknya RuBP, reaksi penambatan CO2 dapat berlangsung lagi sehingga siklus Calvin berjalan kembali.

Jadi, untuk menghasilkan glukosa, suatu tumbuhan harus melewati proses fotosintesis yang meliputi dua tahap, baik reaksi terang maupun reaksi gelap. Reaksi terang akan mengubah H2O dan ADP menjadi NADPH, ATP, dan pembebasan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Kemudian, NADPH dan ATP yang dihasilkan dari reaksi terang ditambah dengan CO2 akan digunakan untuk reaksi gelap yang akan menghasilkan glukosa. Artinya, jika reaksi terang tidak berlangsung, reaksi gelap juga tidak akan berlangsung karena zat-zat yang dibutuhkannya tidak tersedia.

Salah satu tanda terjadinya proses fotosintesis adalah dihasilkannya karbohidrat. Hal ini kemudian dibuktikan oleh Julius von Sachs, seorang ahli botani asal Jerman pada tahun 1860. Di dalam percobaannya, ia berhasil mengambil kesimpulan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum (zat tepung). Amilum (zat tepung) merupakan polimer glukosa rantai panjang. Seperti yang kita ketahui, proses fotosintesis menghasilkan glukosa. Dengan menunjukkan adanya glukosa pada proses fotosintesis, dapat menunjukkan pula adanya amilum pada hasil proses fotosintesis. Untuk mengetahui kandungan amilum, daun diuji dengan menggunakan lugol.  

Variabel-variabel dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.

-          Variabel bebas                   : Penutupan dengan aluminium foil.

-          Variabel terikat                 : Hasil fotosintesis (amilum).

-          Variabel kontrol                : Jenis tumbuhan, alkohol, larutan Lugol, dan

                                            air.

Percobaan dimulai dengan menutup daun menggunakan kertas aluminium foil. Proses ini dilakukan saat daun masih berada di pohon. Nantinya, kita akan melihat bagaimana keadaan daun yang telah ditutup sebagian ini. Proses ini bertujuan untuk melihat pengaruh cahaya pada proses fotosintesis. Daun yang sudah tertutup alumunium foil dibiarkan sesaat untuk memberi kesempatan pada tumubuhan melakukan proses fotosintesis. Nantinya, dapat dibandingkan daun yang terkena cahaya (melakukan fotosintesis) dan daun lain yang tidak terkena cahaya (tidak melakukan fotosintesis). Daun yang kami gunakan ditutup selama satu hari.

Setelah dibiarkan dalam waktu tertentu, daun yang sudah dilepas kertas aluminium foil-nya maupun yang tidak ditutup oleh kertas aluminium foil kemudian direbus dalam air mendidih selama beberapa. Glukosa yang terbentuk pada reaksi gelap fotosintesis terjadi di stroma. Di situ pula glukosa disimpan sementara sebelum didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. Stroma terletak di kloroplas. Proses perebusan ini berfungsi untuk merusak sel-sel daun. Sel-sel daun yang rusak akan memecah kloropas (amiloplas pada tumbuhan) yang menyimpan glukosa. Dengan begitu, glukosa akan tersebar sehingga larutan iodium akan lebih mudah menampakkan warna birunya saat pengujian nanti.

Setelah sel-sel daun rusak, daun tersebut akan direbus lagi di dalam alkohol. Tujuan dari tahap ini adalah untuk melarutkan klorofil-klorofil di dalam daun sehingga warna daun menjadi lebih pucat.

Proses selanjutnya adalah menguji keberadaan glukosa pada daun. Komponen penyusun glukosa yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Komponen tersebut merupakan komponen yang sama dengan komponen penyusun amilum. Untuk menguji keberadaan amilum, digunakan lugol (iodin). Sebelum uji amilum dilakukan, daun dicuci menggunakan akuades terlebih dahulu sehingga tidak ada sisa alkohol yang mungkin mengganggu proses pengujian amilum nantinya. Setelah itu, daun ditetesi dengan lugol (iodin). Layaknya percobaan uji amilum pada makanan, sample akan berubah warna menjadi biru kehitaman (biru London) jika terdapat amilum dalam sample.

Daun yang terkena cahaya dan daun yang tidak terkena cahaya yang sudah direbus di dalam air (sel-selnya sudah rusak) dan direbus di dalam alkohol (klorofilnya sudah larut) berubah warna menjadi lebih tua daripada sebelum direbus. Daun-daun tersebut diletakkan di atas cawan petri. Kemudian, daun-daun tersebut ditetesi oleh larutan Lugol secukupnya. Setelah beberapa saat, tidak terlihat ada perubahan warna pada kedua daun. Agar hasil praktikum lebih akurat, kami menunggu beberapa hari untuk mengamati kembali perubahan warna yang terjadi.

Setelah beberapa hari dibiarkan, warna daun yang terkena cahaya dan daun yang tidak terkena cahaya berubah menjadi biru kehitaman. Namun, tidak ada perbedaan warna antara daun yang terkena cahaya dan daun yang tidak terkena cahaya. Artinya, baik pada daun yang terkena cahaya maupun daun yang tidak terkena cahaya, keduanya sama-sama mengalami fotosintesis dan menghasilkan amilum.

Hasil ini dapat dikatakan tidak sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan teori yang ada, fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya matahari. Cahaya matahari digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi terang yang menghasilkan ATP dan NADPH. ATP dan NADPH ini nantinya digunakan untuk reaksi gelap yang menghasilkan glukosa. Jika tidak mendapatkan cahaya matahari, berarti tidak dihasilkan ATP dan NADPH yang diperlukan untuk reaksi gelap. Artinya, tumbuhan pun tidak melakukan fotosintesis secara sempurna dan pasti tidak menghasilkan glukosa. Seharusnya, daun yang terkena cahaya akan mengalami fotosintesis secara sempurna dan menghasilkan glukosa karena daun tersebut mengalami reaksi terang yang menghasilkan ATP dan NADPH yang dibutuhkan dalam reaksi gelap untuk menghasilkan glukosa, sedangkan daun yang tidak terkena cahaya tidak akan mengalami fotosintesis secara sempurna dan tidak akan menghasilkan glukosa.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hasil praktikum ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Pertama, waktu penutupan daun yang kurang lebih hanya satu hari dan penutupan daun dilaksanakan pada sore hari. Berdasarkan prosedur kerja, seharusnya daun ditutup selama dua hari. Hal ini membuat daun kemungkinan besar masih melakukan reaksi terang di siang hari sehingga masih dihasilkan NADPH dan ATP yang dibutuhkan dalam reaksi gelap untuk menghasilkan amilum. Kedua, waktu perebusan daun di dalam alkohol yang kurang lama sehingga belum semua klorofil larut. Hal ini dapat dilihat dari kedua daun yang warnanya belum berubah menjadi pucat sekali setelah dilakukan perebusan di dalam alkohol (warna daun hanya berubah menjadi lebih muda daripada sebelumnya). Ketiga, kekurangtelitian kami dalam melaksanakan percobaan ini sehingga hasilnya menjadi tidak maksimal.

 

 

 



BAB IV

PENUTUP

 

4.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1.      Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimiawi untuk mengubah zat-zat yang menghasilkan energi maupun memerlukan energi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh. Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu katabolisme dan anabolisme.

2.      Fotosintesis adalah reaksi penyusunan senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks organik dengan menggunakan energi dari cahaya. Senyawa sederhana yang dibutuhkan berupa zat anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan garam-garam mineral yang terlarut. Sementara itu, senyawa yang dihasilkan berupa glukosa, oksigen (O2), dan air (H2O).

3.      Fotosintesis terdiri atas dua tahapan, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang memerlukan H2O, ADP, dan cahaya matahari untuk menghasilkan NADPH, ATP, dan pembebasan O2. Sementara itu, reaksi gelap memerlukan ATP dan NADPH untuk menghasilkan glukosa, ADP, dan NADP+.

4.      Julius von Sach berhasil membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum.

5.      Daun yang ditutup dengan aluminium foil seharusnya tidak mengalami fotosintesis sehingga tidak menghasilkan amilum (warna daun menjadi coklat saat diuji menggunakan larutan Lugol).

6.      Daun yang tidak ditutup dengan aluminium foil akan mengalami fotosintesis sehingga menghasilkan amilum (warna daun menjadi biru kehitaman saat diuji menggunakan larutan Lugol).


No comments:

Post a Comment