Monday, June 3, 2019

Sinopsis Buku "Ku Hidup karena Percaya"



Judul Buku                  : Ku Hidup karena Percaya
Penulis                         : Kennedy Jennifer dan Dhillon
Penerbit                       : ANDI
Tahun Terbit                : 2015

            Hidup adalah perjalanan yang indah, ketika engkau melaluinya dengan ucapan syukur dan mengerti di atas perjalanan itu ada Tuhan yang selalu setia menjaga langkahmu.
            Setiap bayi harus belajar berjalan, setiap siswa harus belajar setiap malam, atlet harus latihan dengan keras. Masing-masing memiliki tujuan yang indah, tetapi masing-masing harus berjuang dahulu. Begitu juga yang dialami oleh Silas Laurens Leimena.
            Silas Laurens Leimena adalah putra bungsu yang lahir dari pasangan Julius Josias Leimena dan Maria Magdalena de Fretes. Ia lahir di Jakarta, pada tanggal 2 September 1934. Masa kecil Silas tidak seperti anak-anak pada umumnya. Ia tidak dapat bersekolah karena saat itu Indonesia masih dijajah Jepang. Silas baru bisa memulai pendidikannya di kelas delapan. Dengan berbagai upaya, akhirnya Silas dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA.
            Sejak kecil, Silas memiliki cita-cita menjadi pendeta dan pilihan keduanya adalah dokter. Akhirnya Silas menjadi mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Perjuangan panjang Silas membuahkan hasil yang manis ketika ia dinyatakan lulus sebagai dokter.
            Seusai menyelesaikan pendidikannya, Silas ditugaskan untuk berangkat ke Banten, Jawa Barat. Tugas yang cukup berat karena ia harus berusaha keras memberantas wabah cacar yang menular. Ia tinggal di sekitar hutan lindung dan tidur di tempat yang sangat memprihatinkan, yaitu di teras-teras rumah warga. Namun perjuangannya membuahkan hasil. Wabah cacar berhasil diberantas.
            Pada tahun 1962, Silas berangkat ke Bali. Ia ditempatkan untuk praktek pertama kali di rumah sakit yang berada di Kabupaten Gianyar, Bali. Lewat penempatan di Bali, Silas mulai mempelajari kesehatan masyarakat atau public health. Pada tahun 1971, Silas dikirim ke Belanda dan Belgia untuk mempelajari kesehatan masyarakat.
            Perjuangan panjang menjadi dokter di Bali membawa Silas merasakan begitu banyak pengalaman berharga. Lewat pengalaman tersebut, tentu ada suka dan duka yang ia rasakan. Namun, ketika ditanya perihal suka dan duka yang ia rasakan, ia menjawab lebih banyak sukanya daripada duka.
            Suatu hari, Silas dan istrinya mengalami musibah. Pada masa itu di Gianyar tidak terdapat banyak bank sehingga mereka menyimpan uang di laci. Saat mereka keluar, rumah mereka dibongkar orang dan uang mereka diambil sehingga Silas sama sekali tidak punya uang. Namun, ia dan istrinya tidak kelaparan. Sebab akan selalu ada orang-orang menolong yang memberikan makanan. Masyarakat yang datang berobat tidak membayar dengan uang, emas, atau perak, tetapi dengan bahan-bahan makanan.
            Silas tetap bertahan menjadi dokter walau tidak dibayar. Ia senang melihat masyarakat sembuh dan dapat kembali beraktivitas. Baginya, nama baik lebih baik daripada harta kekayaan.
            Perjalanannya sebagai dokter berhenti pada tahun 1994, tepat saat ia memasuki usia 60 tahun karena Silas pensiun. Setelah itu, ia bekerja di perusahaan swasta asing sebagai Direktur Medis PT International Health Benefit Indonesia. Bersamaan dengan itu, ia juga menjadi anggota MPR RI mewakili provinsi Maluku dari tahun 1993-1998.
PT International Health Benefit adalah penyelenggara JPKN yang dulu dikenal dengan istilah AKSES. Tujuan dibuatnya AKSES atau yang sekarang dikenal dengan istilah BPJS adalah untuk menekan angka kematian karena kemiskinan menjadi penghalang untuk berobat. Cara tersebut berhasil. Banyak masyarakat yang tidak mampu tertolong.
Pada tahun 2000, PT International Health Benefit bubar dikarenakan sponsor luar negeri menarik diri dan tidak sanggup lagi membayar tenaga kerja dan utang-utang rumah sakit. Sekarang prinsip JKPN dipakai untuk diteruskan menjadi BPJS. Pengalaman bubarnya PT International Health Benefit membuat Silas sedih, sebab hanya tinggal sedikit lagi usaha mereka mencapai tujuan.
Di sisi lain, sebagai Direktur Medis, ia tidak dapat menyelesaikan utang-utang karena kekurangan uang. Atasan Silas yang berkewarganegaraan Australia dan yang seharusnya bertanggung jawab meninggalkan perusahaan dan pindah ke perusahaan lain.
Setelah PT International Health Benefit bubar, Silas benar-benar masuk dalam masa pensiunnya. Perjalanannya sebagai dokter meninggalkan pesan yang sangat mendalam bagi dokter-dokter muda. Ia berpesan agar setiap dokter dapat melayani dengan kerendahan hati, ketulusan, dan kejujuran. Melayani tanpa memandang bulu, memberikan yang terbaik dengan atau tanpa imbalan dan mengandalkan kekuatan Tuhan setiap saat.
Perjalanan selama 32 tahun mengabdikan diri menjadi dokter bagi masyarakat merupakan sebuah perjalanan yang tidak akan pernah bisa Silas lupakan. Waktu 32 tahun bukanlah waktu yang sebentar, dimana berbagai peristiwa datang silih berganti di hidup Silas, baik yang membawa suka cita maupun duka cita. Kini Silas beristirahat dari pengabdiannya sebagai dokter. Tubuhnya yang dulu kuat telah berubah menjadi tubuh yang renta, tetapi semangat untuk terus memberikan yang terbaik tidak pernah padam dalam dirinya. Pada hari tuanya, Silas aktif menjadi pelayan Tuhan di gereja GPIB Sumber Kasih dan dilanjutkan di GPIB Cinere.
Hidup bersama Tuhan dalam pelayanan terasa sangat indah. Pada tahun 2013, Silas dinyatakan menderita kanker. Penyakit tersebut tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap melayani Tuhan. Dua tahun kemudian Silas melakukan tindakan biopsi yang hasilnya menyatakan Silas terjangkit kanker prostat stadium lanjut. Akan tetapi pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Ia ditolong teman sejawatnya ketika menjadi dokter. Temannya itu adalah David Manuputty. Beliau memberikan terapi hormon kepada Silas. Kondisi Silas membaik.
Sakit yang diderita Silas menelan biaya yang cukup besar, sehingga untuk meringankan beban, akhirnya Silas memakai fasilitas BPJS. Silas merasakan bagaimana rasanya harus ikut mengantre dan lambatnya penanganan rumah sakit. Hal ini sangat menyedihkan. Akhirnya anak-anak dan istrinya memutuskan untuk mengobati Silas di St. Mount Elizabeth Hospital di Singapura. Dari hasil pemeriksaan, Silas positif mengidap kanker prostat stadium lanjut, tetapi ia tetap tenang. Lewat semangat yang besar, Silas dan istrinya memasuki usia pernikahannya yang ke 50 pada Januari 2015 lalu. Mereka merayakannya dengan ibadah ucapan syukur.
           

No comments:

Post a Comment