Thursday, July 30, 2020

Nilai Ideal, Instrumental, dan Praksis Pancasila

SILA PERTAMA

Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai instrumental: Pasal 28E ayat 1, Pasal 28E ayat 2, Pasal 29 ayat 2

Nilai praksis:

-      Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

-      Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

-      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

 

SILA KEDUA

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Nilai instrumental: Pasal 28A, pasal 28B ayat 1, pasal 28B ayat 2, pasal 28G ayat 1, pasal 28G ayat 2, pasal 28I ayat 1-5

Nilai praksis:

-      Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap insan tanpa membedakan.

-  Mengakui dan memperlakukan insan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

- Gemar melaksanakan kegiatan kemanusiaan, ibarat program kegiatan bakti sosial, mempersembahkan menolongan kepada panti panti asuhan sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.

 

SILA KETIGA

Persatuan Indonesia

Nilai instrumental: Pasal 27 ayat 3, pasal 30

Nilai praksis:

-      Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

-      Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.

-      Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi arau golongan.

 

SILA KEEMPAT

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai instrumental: Pasal 28, pasal 28E ayat 3

Nilai praksis:

-      Mengedepankan musyawarah untuk mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

-      Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.

-      Menghargai dan mempertanggungjawabkan setiap keputusan musyawarah.

 

SILA KELIMA

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai instrumental: pasal 27 ayat 1, pasal 34 ayat 1-3

Nilai praksis:

-      Menghargai hak-hak orang lain.

-      Ikut serta memberi pertolongan bagi orang-orang yang membutuhkan, seperti pendidikan.

-      Tidak bersifat boros dan suka bekerja keras.

 


Era Globalisasi dalam Mempercepat Perekonomian Indonesia

A.    Pengertian Globalisasi

Secara umum, globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya. Secara etimologi, kata globalisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu globalize yang berarti universal, menyeluruh, atau mendunia dan lization yang berarti proses. Oleh karena itu, globalisasi berarti proses sesuatu (informasi, pemikiran, gaya hidup, dan teknologi) mendunia.

Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan peristiwa di satu lokasi dengan lokasi lainnya dan menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya. Sedangkan, menurut Laurence E. Rothernberg, globalisasi adalah percepatan dari intensifikasi interaksi dan integrasi antara orang-orang, perusahaan, dan pemerintah dari negara yang berbeda.

Emanuel Ritcher mengartikan globalisasi sebagai suatu jaringan kerja global yang mempersatukan masyarakat secara bersama, dari yang sebelumnya tersebar menjadi terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia. Martin Albrow berpendapat bahwa globalisasi adalah seluruh proses penduduk yang terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal, yaitu komunitas global.

Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antara orang-orang di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Sedangkan, menurut Achmad Suparman, globalisasi adalah suatu proses yang menjadikan sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dari setiap individu di dunia tanpa dibatasi oleh wilayah.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah suatu proses integrasi internasional akibat adanya pertukaran pandangan dunia dan intensifikasi hubungan sosial yang membuat manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah dan saling terhubung satu sama lain.

 

B.     Teori Globalisasi

Para ahli mengemukakan beberapa teori tentang globalisasi. Menurut Cochrane dan Pain, globalisasi dipengaruhi oleh tiga tokoh utama, yaitu:

a.       Para globalis, yaitu orang-orang yang percaya bahwa globalisasi merupakan suatu kenyataan yang mengandung konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Adanya globalisasi akan membawa konsekuensi pada kehidupan di seluruh dunia secara langsung. Nantinya, akan ada suatu serangan budaya homogen yang akan menyebar ke seluruh dunia. Dalam menanggapi hal tersebut, para globalis yang positif akan mengatakan bahwa hal tersebut bisa membuat masyarakat globalisasi menjadi lebih toleran dan terbuka terhadap budaya dari luar yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki. Sebaliknya, para globalis negatif akan mengatakan bahwa hal tersebut dapat melunturkan budaya asli yang dimiliki oleh suatu daerah dan merupakan sebuah upaya untuk menjajah budaya lainnya.

b.      Para tradisionalis, yaitu orang-orang yang tidak percaya bahwa globalisasi sedang terjadi dan hanya menganggap bahwa proses yang saat ini terjadi merupakan sebuah dampak dari perubahan yang sudah terjadi sejak zaman dahulu.

c.       Para transformalis, yaitu orang-orang yang berada di tengah-tengah para globalis dan tradisionalis. Mereka percaya bahwa globalisasi tengah berlangsung, tetapi menganggap pengaruh globalisasi terlalu dibesar-besarkan oleh para globalis.

C.    Penyebab Globalisasi

Proses globalisasi terjadi karena beberapa faktor penyebab. Mengacu pada pengertian globalisasi di atas, beberapa faktor penyebab globalisasi adalah sebagai berikut.

1.      Perkembangan Teknologi Informasi dan Transportasi.

Teknologi informasi dan transportasi berperan besar dalam proses globalisasi di dunia. Teknologi yang semakin maju membuat kegiatan transaksi jual-beli antarnegara menjadi lebih mudah. Salah satu contohnya adalah bisnis e-commerce di mana kita dapat bertransaksi tanpa harus datang ke lokasi penjual.

2.      Kerja Sama Ekonomi Internasional.

Kerja sama ekonomi antarnegara di dunia juga merupakan faktor penyebab globalisasi. Kemudahan dalam membuat kesepakatan perdagangan internasional membuat proses globalisasi terjadi secara terus-menerus. Banyak pula produk dari luar negeri yang akhirnya masuk dalam pasar lokal. Bahkan, tidak sedikit karya atau budaya luar negeri yang bisa secara langsung dinikmati oleh masyarakat lokal.

3.      Sistem Ekonomi yang Terbuka.

Globalisasi terjadi karena negara-negara yang ada di dunia mulai terbuka di bidang ekonomi. Perdagangan global juga mudah sekali diterima dengan terbuka. Hal ini tentu saja menyebabkan berbagai macam produk saling bertukar dari satu negara menuju ke negara lainnya. Dimulai dari produk-produk, lama-kelamaan akan merambah pada budaya yang dibawa dari negara asing. Pasar uang saat ini juga sangatlah terbuka. Hal ini menyebabkan transaksi dalam satu negara menjadi lebih besar. Intinya, dari sistem ekonomi yang terbuka, akan lebih mudah terjadi tukar-menukar antarnegara sehingga semakin mudah juga budaya asing untuk masuk.

4.      Kemudahan dalam Pengiriman Barang dan Jasa.

Masyarakat antarnegara dapat saling mengirimkan barang dan jasa satu sama lain. Kemudahan dalam pengiriman barang ini membuat banyak produk asing yang masuk ke dalam negeri dan diadaptasi oleh masyarakat. Misalnya, produk fashion asal Korea yang cukup populer di masyarakat Indonesia. Pada saat masyarakat Indonesia memakai produk-produk dari negara lain, terjadilah proses asimilasi atau penggabungan kebudayaan antarnegara.

5.      Konflik Antarnegara Semakin Berkurang.

Semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya hubungan internasional menyebabkan berkurangnya konflik antarnegara. Hal ini membuat semakin eratnya hubungan internasional sehingga mendorong terjadinya globalisasi.

6.      Sumber Daya Alam Berkurang.

Banyak sumber daya alam yang mengalami pengurangan setiap tahunnya, seperti minyak bumi dan logam mulia. Hal ini membuat beberapa negara melakukan investasi di negara lain untuk mengeruk sumber daya alam di negara tersebut. Contohnya adalah tambang emas Freeport di Papua, Indonesia yang dikeruk oleh negara lain.

 

D.    Ciri-Ciri Globalisasi

Globalisasi memiliki beberapa ciri, ciri-ciri tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1.      Perubahan Konsep Jarak, Ruang, dan Waktu.

Dengan dukungan teknologi berupa televisi, smartphone, dan internet, komunikasi dapat dilakukan secara cepat. Informasi-informasi dari satu belahan dunia dapat langsung diketahui oleh seseorang di belahan dunia lainnya. Kemajuan dalam bidang transportasi juga membuat jarak ratusan atau ribuan kilometer dapat ditempuh dengan waktu beberapa jam atau beberapa hari saja.

2.      Adanya Ketergantungan dalam Bidang Ekonomi dan Perdagangan.

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan perdagangan internasional dan dominasi organisasi, seperti WTO (World Trade Organization) yang menaungi perdagangan dunia dan lainnya.

3.      Meningkatnya Masalah Bersama.

Di era globalisasi, masalah yang timbul dalam suatu negara dapat menjadi masalah yang menjadi perhatian bersama atau dunia internasional, seperti masalah HAM, lingkungan hidup, dan kejahatan perang yang terjadi di suatu negara.

4.      Adanya Peningkatan Interaksi Kultural.

Melalui televisi dan media lainnya, manusia bisa mendapatkan pengetahuan baru dan lebih mengenal keanekaragaman yang ada di dunia luar.

 

E.     Pengertian Globalisasi Ekonomi

Globalisasi adalah suatu proses integrasi internasional akibat adanya pertukaran pandangan dunia dan intensifikasi hubungan sosial yang membuat manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah dan saling terhubung satu sama lain. Sedangkan, ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Fakih (2002) dalam Agusalim (2017) mengemukakan bahwa globalisasi ekonomi adalah suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam suatu sistem ekonomi global. Salah satu bentuknya ditandai dengan meningkatnya keterbukaan perekonomian suatu negara terhadap perdagangan internasional. Di mana, menurut Todaro dan Smith (2006), kegiatan perdagangan internasional ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara karena semua negara bersaing di pasar internasional.

Jadi, globalisasi ekonomi adalah peningkatan integrasi ekonomi dan adanya ketergantungan ekonomi nasional, regional, dan lokal di seluruh dunia melalui intensifikasi pergerakan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas batas.

 

F.     Bentuk-Bentuk Globalisasi Ekonomi

Menurut Tanri Abeng, mantan Menteri Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan yang juga merupakan Komisaris Utama dari PT Pertamina (Persero), bentuk-bentuk globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut.

1.      Globalisasi Produksi.

Bentuk pertama yang disampaikan adalah globalisasi produksi. Di mana dalam hal ini sebuah perusahaan akan melakukan produksi di beberapa negara untuk menekan biaya produksi. Langkah ini dilakukan karena tingkat upah yang cukup rendah di negara-negara tersebut, murahnya tarif bea masuk, adanya infrastruktur yang memadai, dan iklim usahanya kondusif. Salah satu contoh perusahaan yang sering terlibat dalam proses globalisasi adalah perusahaan manufaktur.

2.      Globalisasi Pembiayaan.

Bentuk yang kedua adalah globalisasi pembiayaan. Perusahaan global dalam hal ini mempunyai akses untuk mendapatkan pinjaman atau melakukan kegiatan investasi (baik dalam bentuk portofolio maupun langsung) di semua negara di seluruh dunia. Contohnya, PT Telkom dalam upaya memperbanyak satuan sambungan telepon atau PT Jasa Marga dalam usahanya memperluas jaringan jalan tol telah menggunakan sistem pembiayaan dengan pola build-operate-transfer (BOT) bersama mitra usaha dari mancanegara.

3.      Globalisasi Tenaga Kerja.

Bentuk ketiga adalah globalisasi tenaga kerja. Hadirnya tenaga kerja asing merupakan salah satu gejala terjadinya globalisasi di bidang tenaga kerja. Dalam kondisi ini, perusahaan akan mampu untuk memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia yang sesuai dengan tingkatannya. Contohnya, dapat dilihat dari penggunaan staf profesional dari tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman internasional atau pemanfaatan buruh kasar yang umumnya berasal dari negara-negara berkembang.

4.      Globalisasi Jaringan Informasi.

Bentuk globalisasi jaringan informasi merupakan wujud keempat. Perwujudannya dapat dilihat pada pola kehidupan masyarakat suatu negara yang dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari berbagai negara di dunia. Hal ini salah satunya disebabkan oleh majunya teknologi. Kemajuan teknologi menyebabkan sarana informasi, seperti radio, televisi, media cetak, maupun media online sangat mudah untuk diakses oleh masyarakat. Jaringan komunikasi yang semakin maju juga ikut serta dalam membantu memperluas pasar ke penjuru dunia untuk produk yang sama. Contohnya adalah merek terkenal, seperti Gucci atau Louis Vuitton, franchise fast food, dan produk-produk lainnya yang sudah ada di dalam pasar dunia. Hal ini berdampak pada selera masyarakat di negara lain, baik yang berada di kota maupun desa yang sudah menuju kepada selera global.

 

 

5.      Globalisasi Perdagangan.

Terakhir, ada globalisasi perdagangan yang menjadi bentuk terakhir dari globalisasi ekonomi. Pada bidang perdagangan, globalisasi terwujud dalam bentuk penyeragaman tarif, penurunan tarif, dan penghapusan hambatan-hambatan non-tarif. Kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat, cepat, dan adil.

 

G.    Bukti Terjadinya Globalisasi Ekonomi

Bukti-bukti yang menunjukkan terjadinya globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut.

1.      Terciptanya Ekspor dan Impor.

Adanya ekspor dan impor antara negara yang satu dengan yang lain merupakan implikasi dari proses globalisasi yang terjadi pada saat ini. Keadaan ini tentu menguntungkan setiap negara. Ekspor dilakukan untuk meningkatkan devisa negara dan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak ada di dalam negeri.

2.      Terciptanya Pasar Bebas.

Salah satu contoh globalisasi yang saat ini banyak terjadi adalah terciptanya pasar bebas. Contohnya adalah Masyarakat Ekonomi Eropa. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara pun akan menghadapi suatu keadaan yang sama dengan di Eropa, yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang lebih dikenal dengan sebutan MEA.

3.      Menjamurnya Bisnis E-commerce.

Contoh lainnya yang menjadi buah bibir masyarakat saat ini adalah menjamurnya bisnis e-commerce. Saat ini, industri e-commerce tumbuh pesat karena didukung oleh perkembangan teknologi dan industri telekomunikasi dan informasi. Perusahaan e-commerce yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah Amazon, Ebay, Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lain-lain.

4.      Masuknya Perusahaan-Perusahaan Asing ke Indonesia.

Globalisasi mau tidak mau membuat negara menjadi lebih terbuka. Salah satunya dampaknya adalah memudahkan masuknya perusahaan-perusahaan asing ke Indonesia dan beroperasi di sini. Banyak sekali perusahaan-perusahaan luar negeri yang beroperasi di Indonesia, seperti Freeport, Exxon Mobile, McDonald’s, KFC, Google, dan perusahaan-perusahaan asing lainnya.

 

H.    Pengaruh Globalisasi Ekonomi Bagi Perekonomian Indonesia

Globalisasi memberikan dampak besar bagi Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, hingga pertahanan dan keamanan. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi memberikan pengaruh besar pada sektor perekonomian di Indonesia. Globalisasi ekonomi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, globalisasi ekonomi memberikan manfaat besar melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, kenaikan pendapatan per kapita, dan penurunan kemiskinan. Namun, di sisi yang lain, globalisasi yang tak terbendung dan bahkan menjadi semacam kebutuhan pokok sehari-hari juga akan memberikan dampak yang negatif.

Terciptanya pasar bebas, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN yang berlandaskan atas empat pilar, yaitu pasar dan basis produksi tunggal, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan, kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, dan kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global membawa dampak yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Dengan adanya MEA, segala hambatan perdagangan di kawasan ASEAN menjadi berkurang hingga tidak ada sama sekali. Tidak hanya itu saja, pelaksanaan MEA juga meningkatkan kapasitas ekspor produk lokal ke mancanegara. Semakin besar kapasitas ekspor produk lokal, semakin meningkat pula devisa negara. Devisa negara berguna untuk membayar utang-utang negara yang pada akhirnya akan mengurangi utang Indonesia.

Selain dalam hal perdagangan, MEA memberikan keuntungan di bidang investasi. MEA memberikan akses yang lebih mudah bagi para investor untuk secara langsung dan tanpa hambatan dapat melakukan investasi di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi. Kehadiran MEA membuat semakin luasnya peluang wirausaha yang kreatif dan berdaya saing tinggi.

Di bidang ketenagakerjaan, masyarakat akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dan keterampilannya agar mampu bersaing dengan masyarakat dari negara ASEAN lainnya. Masyarakat pun menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perubahan yang ada di sekitarnya.

Tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi ada juga beberapa dampak negatif akibat adanya MEA, khususnya bagi orang-orang yang tidak siap terhadap suatu pasar bebas di kawasan ASEAN. Adanya MEA tentu akan meningkatkan persaingan antara produk-produk luar negeri dan dalam negeri. Berkurangnya hambatan dan tidak adanya lagi batasan wilayah membuat barang dan jasa dari luar negeri dapat bebas masuk ke Indonesia. Artinya, akan ada banyak produk impor yang tersebar di Indonesia. Hal ini dapat mengancam posisi industri lokal karena tidak sedikit produk luar negeri yang kualitasnya lebih baik daripada produk lokal. Para pengusaha lokal harus mencari cara agar produknya tetap dapat bersaing dengan banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia.

Di bidang investasi, MEA tidak hanya meningkatkan dan memudahkan investasi asing. Meningkatnya investasi asing akan berdampak pada eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Apalagi, Indonesia kaya akan sumber daya alam, tetapi masyarakatnya tidak mampu mengolahnya sendiri. Hal ini membuka peluang pesar bagi perusahaan asing untuk mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia.

Adanya MEA akan berdampak pada peningkatan peluang kerja, tetapi hal ini juga berdampak pada meningkatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, terutama yang ada di dalam negeri. Para pencari kerja tidak hanya akan bersaing dengan sesama masyarakat lokal, tetapi juga harus bersaing dengan masyarakat internasional. Artinya, masyarakat harus berupaya agar kualitas dan keterampilan mereka dapat bersaing dengan masyarakat internasional.

Selain itu, adanya globalisasi membuat semakin besarnya peluang untuk melakukan ekspor ke berbagai negara yang bertujuan untuk menambah devisa negara. Pemerintah pun senantiasa memanfaatkan peluang ini dengan mendorong peningkatan kinerja ekspor melalui berbagai kebijakan. Salah satu contohnya adalah pemerintah membuat kebijakan simplifikasi prosedural dan efisiensi logistik pada tahun 2019. Instrumen kebijakan ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja neraca perdagangan dan daya saing ekspor.

Simplifikasi prosedural ekspor akan memberikan efisiensi biaya dan waktu dengan cara mengurangi komoditas yang wajib menyertakan laporan penyurvei dan larangan terbatas ekspor lainnya. Pemerintah juga berupaya untuk mengoptimalkan enforcement system Delivery Order (DO) secara online untuk meningkatkan kualitas flow of goods dan menekan dwelling time. Tak hanya itu saja, pemerintah juga berencana mempermudah prosedur layanan ekspor dan perbaikan bisnis untuk sektor otomotif.

Tidak hanya semakin besarnya peluang ekspor, peluang impor pun semakin besar. Hal ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif, tergantung jumlahnya. Jika barang yang diimpor terlalu banyak, neraca perdagangan akan defisit dan akan ada banyak produk lokal yang tergantikan oleh produk-produk impor yang ada. Namun, jika impor dilakukan dalam jumlah yang sesuai, impor akan memberikan dampak positif bagi negara, seperti Indonesia dapat memperoleh bahan baku berkualitas yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk-produk siap pakai yang kualitasnya dapat bersaing di pasar global.

Selain itu, impor juga mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi sendiri dan menjaga kestabilan harga di pasar. Langkanya ketersediaan barang di pasar, biasanya mendekati Idulfitri, akan menimbulkan potensi kenaikan harga yang tidak terkendali. Jika tidak segera ditangani oleh pemerintah, akan timbul berbagai dampak negatif bagi perekonomian negara. Barang dan jasa yang terlalu mahal secara berkelanjutan akan memicu timbulnya inflasi. Dengan melakukan impor, kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi dan harga barang tersebut tetap stabil.

Globalisasi ekonomi juga mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Nama-nama e-commerce, seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, JD ID, dan sebagainya tentu tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Data sensus yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama satu dekade ini, industri e-commerce di Indonesia telah mengalami peningkatan sampai 17%.

Keberadaan berbagai e-commerce memberikan dampak yang besar bagi perekonomian negara. Bank sentral menyebutkan transaksi belanja online di dalam negeri pada 2019 mencapai Rp13 triliun setiap bulan atau Rp140 triliun per tahun. Ditambah lagi, pertumbuhan e-commerce di Indonesia diprediksi akan terus meningkat beberapa tahun ke depan. Google dalam laporan e-Conomy SEA 2018 memperkirakan ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$100 miliar (sekitar Rp1,4 kuadriliun) pada tahun 2025. Angka tersebut akan membuat Indonesia menjadi negara dengan pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Industri e-commerce memiliki prospek yang cukup cerah dan dapat menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia beberapa tahun ke depan.

Dampak positif yang timbul karena keberadaan e-commerce adalah lahirnya lapangan pekerjaan yang sangat luas. Saat ini, industri e-commerce telah membuka lapangan pekerjaan bagi kurang lebih 4 juta pekerja. Pada tahun 2022, pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia dapat merangkul sekitar 26 juta pekerja atau 20% angkatan kerja Indonesia. Lapangan pekerjaan baru ini meliputi pekerjaan yang muncul untuk mendukung kegiatan e-commerce, seperti posisi pemrograman atau logistik di perusahaan e-tailing, dan pekerjaan yang sudah ada namun diperbarui oleh perkembangan e-commerce, seperti pengelola UMKM yang berpindah dari bisnis offline ke online.

Berkembangnya e-commerce juga memungkinkan konsumen di daerah rural atau terpencil untuk menikmati produk yang sebelumnya sulit untuk diakses. Sementara itu, konsumen online di luar Pulau Jawa, terutama di daerah terpencil dapat berhemat sekitar 11-25%. Dalam kasus ini, berbelanja online jauh lebih murah dikarenakan biaya inventaris distributor barang offline yang tinggi.

Saat ini, sekitar 70% transaksi online Indonesia masih berasal dari empat wilayah urban terbesar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Namun, sejumlah tren sejauh ini menunjukkan e-commerce juga dapat menjadi sarana bagi penduduk di wilayah rural untuk meningkatkan kontribusi mereka dalam ekonomi nasional dan internasional.

Transaksi melalui platform e-tailing di wilayah-wilayah lain, seperti Papua, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara meningkat sekitar dua kali lebih cepat dibanding transaksi di Jakarta dari tahun 2013 hingga tahun 2017, terutama dalam pembelian. Peningkatan ini berpotensi terjadi lebih cepat seiring dengan bertambahnya penetrasi internet dan daya beli masyarakat.

Secara keseluruhan, penjualan e-tailing dari wilayah rural telah meningkat 2,5 kali lipat sejak tahun 2015 menjadi sekitar Rp337 juta pada tahun 2017. Sementara itu, pembelian e-tailing meningkat lebih cepat, yaitu empat kali lipat dalam periode yang sama menjadi sekitar Rp4,9 triliun pada tahun 2017. Tingginya jumlah pembelian dapat melambangkan bahwa e-commerce berpotensi membantu penduduk wilayah rural untuk membeli barang yang sebelumnya sulit diakses.

Globalisasi ekonomi telah membantu e-commerce untuk merangkul usaha-usaha kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini membuat e-commerce Indonesia menjadi lebih bervariasi dan para konsumen semakin memiliki banyak pilihan dalam menentukan barang atau produk yang mereka inginkan. Secara tidak langsung, kondisi seperti ini juga akan membantu perekonomian para usaha kecil. Pada tahun 2018, e-commerce di Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan sangat pesat dan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah pengusaha dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tanah air.

Perkembangan pesat e-commerce tidak hanya mengubah pola belanja konsumen saja, tetapi juga berimbas pada beberapa bidang industri lainnya. Momentum positif yang diciptakan oleh e-commerce itu dimanfaatkan oleh bidang lain untuk melahirkan berbagai inovasi baru agar bisa beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang terus berubah secara dinamis.

Investasi digital di Indonesia meningkat 200% dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi berkat unicorn e-commerce Indonesia, seperti Tokopedia dan Bukalapak yang berhasil menarik perhatian berbagai investor luar dan dalam negeri. Misalnya, Tokopedia yang mengantongi investasi senilai 1,1 miliar dolar Amerika (Rp15,4 triliun) dari Alibaba pada akhir tahun 2018 dan Bukalapak yang mendapatkan suntikan dana dari Mirae dan Naver Corp senilai 50 juta dolar Amerika (Rp700 miliar) pada kuartal pertama tahun 2019.

Berdasarkan pengaruh-pengaruh di atas, dapat diketahui bahwa sektor ekspor, impor, investasi, dan tenaga kerja merupakan sektor yang paling banyak terkena dampak globalisasi ekonomi ini.  Globalisasi dapat mengubah pola perilaku pelaku ekonomi dalam proses produksi di satu pihak dan perubahan struktural dan kebijakan ekonomi pemerintah dalam mendalami pertahanan ekonomi Indonesia terhadap pengaruh globalisasi ekonomi.

Pengaruh yang menyebabkan perubahan dalam proses produksi, antara lain meliputi efisiensi dan intensifikasi penggunaan faktor produksi yang nantinya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya frekuensi perdagangan dan investasi pada sektor-sektor yang dapat diperdagangkan dan berkembangnya industri nasional yang kompetitif. Namun, hal ini dapat mengganggu kenyamanan publik.

Sedangkan, perubahan struktural yang mungkin terjadi dapat meliputi perubahan dalam perekonomian. Hal ini terlihat pada orientasi sektor tradisional yang mulai beralih menuju sektor ekonomi modern di mana nantinya pasar-pasar tradisional akan mulai ditinggalkan oleh masyarakat itu sendiri. Perkembangan ini memang membawa implikasi pada perubahan kebijakan ekonomi, tetapi dalam perubahan kebijakan itu, pelaku ekonomi harus memiliki kemampuan untuk mengikuti globalisasi perekonomian saat ini.

 

I.       Aspek Positif Globalisasi Ekonomi

Globalisasi ekonomi yang terjadi di Indonesia menimbulkan berbagai dampak positif, baik bagi negara maupun masyarakat. Dampak positif tersebut adalah sebagai berikut.

 

1.      Mendorong Pertumbuhan Ekonomi.

Adanya globalisasi ekonomi akan mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Hal ini terjadi karena peluang untuk melakukan perdagangan internasional yang menguntungkan akan terbuka semakin luas. Salah satu caranya adalah melalui perubahan lokasi industri yang lebih efisien. Selain itu, cara lainnya adalah dengan meningkatkan pergerakan modal internasional, termasuk penanaman modal internasional (Foreign Direct Investment).

2.      Menurunkan Tingkat Kemiskinan dalam Jangka Panjang.

Tingkat kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dimiliki oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.  Salah satu cara yang dianggap paling efektif untuk menurunkan angka kemiskinan adalah dengan adanya globalisasi ekonomi. Hal tersebut terjadi karena adanya peluang untuk meningkatkan angka pemasukan negara dari hasil perdagangan yang terjadi di dalam ruang lingkup internasional.

3.      Meningkatkan Efisiensi Ekonomi.

Efisiensi ekonomi di seluruh negara juga akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Dengan adanya globalisasi ekonomi, diharapkan negara-negara akan lebih mampu membuat dunia perekonomiannya semakin efisien agar mampu bersaing di pasar dunia.

4.      Meningkatkan Pendapatan Per Kapita Global Secara Keseluruhan.

Karena globalisasi ekonomi memiliki ruang lingkup internasional, tidak heran bahwa globalisasi ekonomi akan berdampak pada pendapatan per kapita secara global.

5.      Meningkatnya Kapasitas Ekspor Produk Lokal ke Mancanegara.

Adanya berbagai kerja sama ekonomi antarnegara, khususnya pasar bebas, membuat berbagai hambatan dalam perdagangan menjadi berkurang hingga tidak ada. Hal ini akan meningkatnkan kapasitas ekspor produk lokal ke mancanegara. Semakin besar kapasitas ekspor produk lokal, semakin meningkat pula devisa negara. Devisa negara berguna untuk membayar utang-utang negara yang pada akhirnya akan mengurangi utang Indonesia.

6.      Meningkatkan Investasi Asing.

Globalisasi ekonomi memberikan akses yang lebih mudah bagi para investor untuk secara langsung dapat melakukan investasi di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi. Hal ini membuat semakin luasnya peluang wirausaha yang kreatif dan berdaya saing tinggi.

7.      Meningkatnya Kualitas dan Keterampilan Tenaga Kerja.

Semakin terbuka luasnya lapangan pekerjaan antarnegara membuat masyarakat harus senantiasa berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dan keterampilannya agar mampu bersaing dengan masyarakat dari negara lain. Masyarakat pun harus menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perubahan yang ada di sekitarnya.

8.      Meningkatkan Variasi Komoditas Barang atau Jasa yang Tersedia.

Adanya globalisasi ekonomi menyebabkan komoditas barang atau jasa yang ada di pasar dunia akan semakin bervariasi. Hal ini disebabkan oleh negara yang ikut berpartisipasi jumlahnya bertambah banyak dan menawarkan berbagai macam komoditas. Oleh karena itu, kebutuhan sebuah negara akan semakin dapat terpenuhi dengan adanya variasi ini.

 

J.      Aspek Negatif Globalisasi Ekonomi

Selain menimbulkan dampak positif, globalisasi ekonomi juga menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut.

1.      Meningkatkan Ketimpangan Pendapatan (Income Inequality) di Berbagai Negara Dunia.

Meskipun globalisasi ekonomi akan meningkatkan perekonomian suatu negara secara menyeluruh, adanya ketimpangan tetap tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi karena lokasi yang terkena dampak globalisasi biasanya adalah daerah perkotaan sehingga akan timbul ketimpangan antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan.

2.      Meningkatkan Ketimpangan Pendapatan Per Kapita Antara Negara Maju dan Berkembang di Dunia.

Serupa dengan poin sebelumnya, adanya pertumbuhan tingkat pendapatan per kapita akan menyebabkan timbulnya ketimpangan. Tidak hanya ketimpangan antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan  di suatu negara, ketimpangan antara negara maju dan berkembang juga akan terjadi.

3.      Mengurangi Tingkat Keamanan Pekerjaan (Job Security).

Dampak negatif lainnya adalah tingkat keamanan pekerjaan yang akan berkurang karena pasar yang terlibat berada dalam skala besar sehingga akan sulit untuk memastikan keamanan ketika melakukan suatu pekerjaan atau transaksi.

4.      Meningkatkan Instabilitas dan Sensitivitas Ekonomi Terhadap Berbagai Fenomena.

Karena ruang lingkupnya yang luas, globalisasi ekonomi akan menimbulkan instabilitas dan sensivitas ekonomi terhadap berbagai fenomena di seluruh negara yang terlibat. Contoh isu yang paling sering ditemukan karena adanya sensitivitas adalah terorisme dan perang antarnegara.

 

5.      Meningkatnya Persaingan Antarnegara.

Adanya globalisasi ekonomi tentu akan meningkatkan persaingan antara produk-produk luar negeri dan dalam negeri. Berkurangnya hambatan dan tidak ada lagi batasan wilayah membuat barang dan jasa dari luar negeri dapat bebas masuk ke Indonesia. Artinya, akan ada banyak produk impor yang tersebar di Indonesia. Hal ini dapat mengancam posisi industri lokal karena tidak sedikit produk luar negeri yang kualitasnya lebih baik daripada produk lokal. Para pengusaha lokal harus mencari cara agar produknya tetap dapat bersaing dengan banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia. Persaingan tidak hanya terjadi pada produk, tetapi juga dalam ketenagakerjaan. Globalisasi ekonomi meningkatkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, terutama yang ada di dalam negeri. Para pencari kerja tidak hanya akan bersaing dengan sesama masyarakat lokal, tetapi juga harus bersaing dengan masyarakat internasional.

6.      Mendorong Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia.

Meningkatnya investasi asing akan berdampak pada eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Apalagi di negara-negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi masyarakatnya tidak mampu mengolahnya sendiri. Hal ini membuka peluang pesar bagi perusahaan asing untuk mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di negara tersebut.

7.      Pembuatan Mekanisme Penyesuaian Ekonomi Menjadi Tidak Efektif.

Karena pihak yang terlibat ada di seluruh dunia, pembuatan mekanisme penyusunan ekonomi di sebuah negara menjadi tidak efektif. Hal ini terjadi karena negara harus bersikap fleksibel jika ingin ikut berpartisipasi di dalam pasar dunia. Jadi, negara harus mampu menyusun dan menyesuaikan mekanisme perekonomian yang membuat kinerja menjadi tidak efektif.

8.      Mendorong Kerusakan Lingkungan di Tingkat Dunia.

Globalisasi ekonomi akan mendorong kerusakan lingkungan di tingkat dunia. Karena melibatkan banyak pihak, mulai dari proses produksi hingga konsumsinya, kerusakan lingkungan yang timbul akan semakin besar.

 

K.    Perbandingan dengan Negara Jepang

Jepang adalah salah satu negara kepulauan di Asia Timur yang termasuk negara maju. Jepang adalah negara yang maju dalam segi perekonomian dan juga mengalami globalisasi ekonomi, seperti Indonesia. Ekonomi pasar bebas dan perindustrian Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina. Ekonominya sangat efisien dan mampu bersaing dalam area yang berhubungan dengan perdagangan internasional, tetapi produktivitas lebih rendah di bidang agrikulturdistribusi, dan pelayanan.

Jepang dikenal karena teknologinya yang sangat maju. Setelah kalah dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk memperbaiki keadaan di negaranya melalui berbagai teknologi yang diciptakan sendiri. Saat ini, teknologi-teknologi buatan Jepang menjadi salah satu kekuatan Jepang untuk menguasai dunia.

Majunya teknologi Jepang mampu memberikan kesempatan yang besar bagi Jepang untuk memperluas sasaran ekonomi mereka ke negara-negara lain, melalui bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Salah satu bidang yang sangat dimanfaatkan oleh Jepang adalah budaya. Jepang memanfaatkan budayanya dengan menggunakan industri-industri yang sederhana, tetapi bagi Jepang sangat bermakna untuk memperkenalkan budayanya, yaitu melalui film animasi atau dapat kita sebut animeJepang memproduksi dan menggunakannya sebagai sebuah barang dagangan utama Jepang yang akan diperkenalkan ke luar negeri. Anime ini dijual ke negara-negara lain yang nantinya akan membantu sektor perekonomian Jepang.

Jepang memiliki sumber daya alam yang rendah, tetapi perdagangan menolongnya mendapatkan sumber daya untuk ekonominya. Jepang bergantung pada impor bahan-bahan baku dari negara berkembang untuk memajukan perekonomiannya. Industrinya yang maju membuat Jepang mampu memproduksi barang-barang siap pakai yang berkualitas tinggi dan dapat diekspor ke berbagai negara.

Adanya globalisasi ekonomi membuat Jepang lebih mudah untuk melakukan ekspor dan impor. Jepang mengimpor minyak bumi, gas alam, pakaian, batu bara, dan sebagainya dari negara-negara lain dan mampu mengekspor kendaraan bermotor, mesin pembangkit, bahan-bahan plastik, produk dari besi dan baja, dan sebagainya ke lebih banyak negara di dunia.

Jepang juga tergabung dalam berbagai organisasi perdagangan untuk memperkuat perekonomiannya, seperti Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), World Trade Organization (WTO), The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), G20, dan sebagainya.

Jika globalisasi ekonomi Indonesia dan Jepang dibandingkan, dapat dilihat bahwa hal-hal yang dialami di Indonesia juga dialami oleh Jepang. Baik Indonesia maupun Jepang sama-sama tergabung dalam organisasi perdagangan yang memperlancar perekonomiannya. Kegiatan ekspor pun meningkat karena adanya globalisasi ekonomi yang mempermudah kegiatan perdagangan antarnegara.

Namun, salah satu perbedaannya adalah pemerintah Jepang lebih siap dalam memanfaatkan berbagai peluang yang terbuka akibat adanya globalisasi ekonomi dibandingkan dengan pemerintah Indonesia. Pemerintah Jepang memaksimalkan peluang yang ada untuk melakukan ekspor sebanyak-banyaknya. Barang-barang yang diekspor Jepang juga adalah barang-barang yang dibutuhkan oleh banyak negara dan tidak dapat diproduksi oleh semua negara, seperti kendaraan bermotor, mesin pembangkit, dan sebagainya. Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga mengekspor hasil karya dari budaya mereka, yang tentunya tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Hal ini membuat Jepang menjadi salah satu negara maju dalam perekonomiannya dan tidak perlu mengkhawatirkan persaingan yang ada.

Selain itu, sumber daya manusia di Jepang sudah dibekali kemampuan dan keterampilan yang baik. Hal ini membuat masyarakat Jepang tidak perlu khawatir dalam menghadapi persaingan dalam ketenagakerjaan.

Produk-produk yang dihasilkan oleh Jepang pun sudah terbukti kualitasnya. Dapat dikatakan bahwa hampir semua produk buatan Jepang memiliki kualitas yang tinggi, bahkan tak sedikit yang kualitasnya terbaik di dunia. Hal ini membuat produk Jepang mampu bersaing dengan produk-produk lokal di negara lain dan mampu bersaing dengan produk-produk impor.

Berbeda dengan pemerintah Jepang, pemerintah Indonesia cenderung tidak memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. Jumlah barang yang diekspor memang meningkat karena adanya pasar bebas dan berkurangnya hambatan dalam melakukan kegiatan ekspor. Namun, komoditas yang diekspor tidak bervariasi dan mayoritas adalah barang-barang mentah. Hal ini membuat Indonesia harus menghadapi persaingan yang lebih sulit dibandingkan dengan Jepang.

Selain itu, menurut Bappenas, kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih menengah. Kebanyakan sumber daya manusia di Indonesia belum dibekali oleh keterampilan yang dibutuhkan pada saat ini. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya tingkat partisipasi pendidikan di Indonesia. Pemerintah sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar tenaga kerja di Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

Produk-produk dihasilkan oleh Indonesia pun kualitasnya bukanlah yang terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini membuat tidak sedikit produk lokal yang tidak mampu bersaing dengan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia. Jika produk lokal saja kalah saing di dalam negeri sendiri, produk tersebut akan sulit sekali untuk bersaing di luar negeri apabila diekspor. Hal ini menjadi salah satu kesulitan Indonesia dalam melakukan ekspor produk-produk siap pakai. Beberapa produk di Indonesia pun didominasi oleh produk-produk impor, bukan produk-produk lokal.

Dari perbandingan tersebut, pemerintah Indonesia dapat belajar dari pemerintah Jepang dalam menghadapi globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan keuntungan bagi negara. Pemerintah Indonesia harus mampu memaksimalkan peluang yang terbuka semakin lebar, meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia agar mampu bersaing, serta meningkatkan kualitas produk-produk lokal agar produk-produk tersebut memiliki kualitas ekspor dan mampu bersaing dengan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia.