A.
Pengertian Globalisasi
Secara umum, globalisasi adalah
proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran pandangan
dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya. Secara
etimologi, kata globalisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu globalize yang berarti universal, menyeluruh,
atau mendunia dan lization yang
berarti proses. Oleh karena itu, globalisasi berarti proses sesuatu (informasi,
pemikiran, gaya hidup, dan teknologi) mendunia.
Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah
intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan peristiwa
di satu lokasi dengan lokasi lainnya dan menyebabkan terjadinya perubahan pada
keduanya. Sedangkan, menurut Laurence E. Rothernberg, globalisasi adalah
percepatan dari intensifikasi interaksi dan integrasi antara orang-orang,
perusahaan, dan pemerintah dari negara yang berbeda.
Emanuel Ritcher mengartikan globalisasi
sebagai suatu jaringan kerja global yang mempersatukan masyarakat secara
bersama, dari yang sebelumnya tersebar menjadi terisolasi ke dalam saling
ketergantungan dan persatuan dunia. Martin Albrow berpendapat bahwa globalisasi
adalah seluruh proses penduduk yang terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal, yaitu komunitas global.
Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah
suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antara orang-orang
di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.
Sedangkan, menurut Achmad Suparman, globalisasi adalah suatu proses yang
menjadikan sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dari setiap individu di
dunia tanpa dibatasi oleh wilayah.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah suatu proses integrasi internasional
akibat adanya pertukaran pandangan dunia dan intensifikasi hubungan sosial yang
membuat manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah dan saling terhubung satu sama
lain.
B. Teori Globalisasi
Para ahli mengemukakan beberapa teori tentang
globalisasi. Menurut Cochrane dan Pain, globalisasi dipengaruhi oleh tiga tokoh
utama, yaitu:
a.
Para globalis, yaitu orang-orang yang percaya bahwa globalisasi
merupakan suatu kenyataan yang mengandung konsekuensi nyata terhadap bagaimana
orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Adanya globalisasi akan membawa
konsekuensi pada kehidupan di seluruh dunia secara langsung. Nantinya, akan ada
suatu serangan budaya homogen yang akan menyebar ke seluruh dunia. Dalam menanggapi hal tersebut,
para globalis yang positif akan mengatakan bahwa hal tersebut bisa membuat
masyarakat globalisasi menjadi lebih toleran dan terbuka terhadap budaya dari
luar yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki. Sebaliknya, para globalis
negatif akan mengatakan bahwa hal tersebut dapat melunturkan budaya asli yang
dimiliki oleh suatu daerah dan merupakan sebuah upaya untuk menjajah budaya
lainnya.
b.
Para tradisionalis, yaitu orang-orang yang tidak percaya bahwa
globalisasi sedang terjadi dan hanya menganggap bahwa proses yang saat ini
terjadi merupakan sebuah dampak dari perubahan yang sudah terjadi sejak zaman
dahulu.
c.
Para transformalis, yaitu orang-orang yang berada di
tengah-tengah para globalis dan tradisionalis. Mereka percaya bahwa globalisasi
tengah berlangsung, tetapi menganggap pengaruh globalisasi terlalu
dibesar-besarkan oleh para globalis.
C.
Penyebab Globalisasi
Proses globalisasi terjadi karena beberapa
faktor penyebab. Mengacu pada pengertian globalisasi di atas, beberapa faktor
penyebab globalisasi adalah sebagai berikut.
1.
Perkembangan Teknologi Informasi dan
Transportasi.
Teknologi informasi dan transportasi berperan besar dalam proses
globalisasi di dunia. Teknologi yang semakin maju membuat kegiatan transaksi
jual-beli antarnegara menjadi lebih mudah. Salah satu contohnya adalah bisnis e-commerce di mana kita dapat bertransaksi tanpa harus datang ke lokasi penjual.
2.
Kerja Sama Ekonomi Internasional.
Kerja sama ekonomi antarnegara di dunia juga merupakan faktor penyebab
globalisasi. Kemudahan dalam membuat kesepakatan perdagangan internasional
membuat proses globalisasi terjadi secara terus-menerus. Banyak pula produk
dari luar negeri yang akhirnya masuk dalam pasar lokal. Bahkan, tidak sedikit
karya atau budaya luar negeri yang bisa secara langsung dinikmati oleh
masyarakat lokal.
3.
Sistem Ekonomi yang Terbuka.
Globalisasi terjadi karena negara-negara yang ada di dunia mulai terbuka
di bidang ekonomi. Perdagangan global juga mudah sekali diterima dengan
terbuka. Hal ini tentu saja menyebabkan berbagai macam produk saling bertukar
dari satu negara menuju ke negara lainnya. Dimulai dari produk-produk,
lama-kelamaan akan merambah pada budaya yang dibawa dari negara asing. Pasar
uang saat ini juga sangatlah terbuka. Hal ini menyebabkan transaksi dalam satu
negara menjadi lebih besar. Intinya, dari sistem ekonomi yang terbuka, akan
lebih mudah terjadi tukar-menukar antarnegara sehingga semakin mudah juga
budaya asing untuk masuk.
4.
Kemudahan dalam Pengiriman Barang dan Jasa.
Masyarakat antarnegara dapat saling mengirimkan barang dan jasa satu
sama lain. Kemudahan dalam pengiriman barang ini membuat banyak produk asing
yang masuk ke dalam negeri dan diadaptasi oleh masyarakat. Misalnya, produk fashion asal Korea yang cukup populer di
masyarakat Indonesia. Pada saat masyarakat Indonesia memakai produk-produk dari
negara lain, terjadilah proses asimilasi atau penggabungan kebudayaan antarnegara.
5.
Konflik Antarnegara Semakin Berkurang.
Semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya hubungan
internasional menyebabkan berkurangnya konflik antarnegara. Hal ini membuat
semakin eratnya hubungan internasional sehingga mendorong terjadinya
globalisasi.
6.
Sumber Daya Alam Berkurang.
Banyak sumber daya alam yang mengalami pengurangan setiap tahunnya,
seperti minyak bumi dan logam mulia. Hal ini membuat beberapa negara melakukan
investasi di negara lain untuk mengeruk sumber daya alam di negara tersebut.
Contohnya adalah tambang emas Freeport di Papua, Indonesia yang dikeruk oleh
negara lain.
D.
Ciri-Ciri Globalisasi
Globalisasi memiliki beberapa ciri, ciri-ciri
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Perubahan Konsep Jarak, Ruang, dan Waktu.
Dengan dukungan teknologi berupa televisi, smartphone, dan internet, komunikasi dapat dilakukan secara cepat.
Informasi-informasi dari satu belahan dunia dapat langsung diketahui oleh
seseorang di belahan dunia lainnya. Kemajuan dalam bidang transportasi juga membuat jarak ratusan atau
ribuan kilometer dapat ditempuh dengan waktu beberapa jam atau beberapa hari saja.
2.
Adanya Ketergantungan dalam Bidang Ekonomi dan Perdagangan.
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan perdagangan internasional dan dominasi organisasi, seperti WTO (World Trade Organization) yang
menaungi perdagangan dunia dan lainnya.
3.
Meningkatnya Masalah Bersama.
Di era globalisasi, masalah yang timbul dalam suatu negara dapat menjadi
masalah yang menjadi perhatian bersama atau dunia internasional, seperti
masalah HAM, lingkungan hidup, dan kejahatan perang yang terjadi di suatu
negara.
4.
Adanya Peningkatan Interaksi Kultural.
Melalui televisi dan media lainnya, manusia bisa mendapatkan pengetahuan
baru dan lebih mengenal keanekaragaman yang ada di dunia luar.
E. Pengertian Globalisasi Ekonomi
Globalisasi adalah suatu proses integrasi
internasional akibat adanya pertukaran pandangan dunia dan intensifikasi
hubungan sosial yang membuat manusia tidak lagi dibatasi oleh wilayah dan
saling terhubung satu sama lain. Sedangkan, ekonomi merupakan salah satu
ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Fakih
(2002) dalam Agusalim (2017)
mengemukakan bahwa globalisasi ekonomi adalah suatu proses pengintegrasian
ekonomi nasional ke dalam suatu sistem ekonomi global. Salah satu bentuknya
ditandai dengan meningkatnya keterbukaan perekonomian suatu negara terhadap
perdagangan internasional. Di mana, menurut Todaro dan Smith (2006), kegiatan
perdagangan internasional ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara
karena semua negara bersaing di pasar internasional.
Jadi, globalisasi ekonomi adalah peningkatan
integrasi ekonomi dan adanya ketergantungan ekonomi nasional, regional, dan
lokal di seluruh dunia melalui intensifikasi pergerakan barang, jasa,
teknologi, dan modal lintas batas.
F. Bentuk-Bentuk Globalisasi Ekonomi
Menurut Tanri Abeng, mantan
Menteri Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi
Pembangunan yang juga merupakan Komisaris Utama dari PT Pertamina (Persero),
bentuk-bentuk globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut.
1.
Globalisasi Produksi.
Bentuk pertama yang disampaikan adalah globalisasi produksi. Di mana
dalam hal ini sebuah perusahaan akan melakukan produksi di beberapa negara
untuk menekan biaya produksi. Langkah ini dilakukan karena tingkat upah yang cukup
rendah di negara-negara tersebut, murahnya tarif bea masuk, adanya
infrastruktur yang memadai, dan iklim usahanya kondusif. Salah satu contoh
perusahaan yang sering terlibat dalam proses globalisasi adalah perusahaan manufaktur.
2.
Globalisasi Pembiayaan.
Bentuk yang kedua adalah globalisasi pembiayaan. Perusahaan global dalam
hal ini mempunyai akses untuk mendapatkan pinjaman atau melakukan kegiatan
investasi (baik dalam bentuk portofolio maupun langsung) di semua negara di seluruh
dunia. Contohnya, PT Telkom dalam upaya memperbanyak satuan sambungan telepon
atau PT Jasa Marga dalam usahanya memperluas jaringan jalan tol telah
menggunakan sistem pembiayaan dengan pola build-operate-transfer (BOT)
bersama mitra usaha dari mancanegara.
3.
Globalisasi Tenaga Kerja.
Bentuk ketiga adalah globalisasi tenaga kerja. Hadirnya tenaga kerja
asing merupakan salah satu gejala terjadinya globalisasi di bidang tenaga
kerja. Dalam kondisi ini, perusahaan akan mampu untuk memanfaatkan tenaga kerja
dari seluruh dunia yang sesuai dengan tingkatannya. Contohnya, dapat dilihat
dari penggunaan staf profesional dari tenaga kerja yang sudah memiliki
pengalaman internasional atau pemanfaatan buruh kasar yang umumnya berasal dari
negara-negara berkembang.
4.
Globalisasi Jaringan Informasi.
Bentuk globalisasi jaringan informasi merupakan wujud keempat. Perwujudannya
dapat dilihat pada pola kehidupan masyarakat suatu negara yang dapat dengan
mudah dan cepat mendapatkan informasi dari berbagai negara di dunia. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh majunya teknologi. Kemajuan teknologi menyebabkan
sarana informasi, seperti radio, televisi, media cetak, maupun media online
sangat mudah untuk diakses oleh masyarakat. Jaringan komunikasi yang semakin
maju juga ikut serta dalam membantu memperluas pasar ke penjuru dunia untuk
produk yang sama. Contohnya adalah merek terkenal, seperti Gucci
atau Louis Vuitton, franchise fast food, dan produk-produk
lainnya yang sudah ada di dalam pasar dunia. Hal ini berdampak pada selera
masyarakat di negara lain, baik yang berada di kota maupun desa yang sudah
menuju kepada selera global.
5.
Globalisasi Perdagangan.
Terakhir, ada globalisasi perdagangan yang menjadi bentuk terakhir dari
globalisasi ekonomi. Pada bidang perdagangan, globalisasi terwujud dalam bentuk
penyeragaman tarif, penurunan tarif, dan penghapusan hambatan-hambatan non-tarif.
Kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat, cepat, dan adil.
G. Bukti Terjadinya Globalisasi Ekonomi
Bukti-bukti yang menunjukkan terjadinya
globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut.
1.
Terciptanya Ekspor dan Impor.
Adanya ekspor dan impor antara negara yang satu dengan yang lain
merupakan implikasi dari proses globalisasi yang terjadi pada saat ini. Keadaan
ini tentu menguntungkan setiap negara. Ekspor dilakukan untuk meningkatkan
devisa negara dan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak ada di dalam
negeri.
2.
Terciptanya Pasar Bebas.
Salah satu contoh globalisasi yang saat ini banyak terjadi adalah
terciptanya pasar bebas. Contohnya adalah Masyarakat Ekonomi Eropa. Negara-negara
di kawasan Asia Tenggara pun akan menghadapi suatu keadaan yang sama dengan di
Eropa, yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang lebih dikenal dengan sebutan
MEA.
3.
Menjamurnya Bisnis E-commerce.
Contoh lainnya yang menjadi buah bibir masyarakat saat ini adalah
menjamurnya bisnis e-commerce. Saat
ini, industri e-commerce tumbuh pesat
karena didukung oleh perkembangan teknologi dan industri telekomunikasi dan
informasi. Perusahaan e-commerce yang
banyak dikenal oleh masyarakat adalah Amazon, Ebay, Tokopedia, Bukalapak,
Shopee, dan lain-lain.
4.
Masuknya Perusahaan-Perusahaan
Asing ke Indonesia.
Globalisasi mau tidak mau membuat negara menjadi lebih terbuka. Salah
satunya dampaknya adalah memudahkan masuknya perusahaan-perusahaan asing ke
Indonesia dan beroperasi di sini. Banyak sekali perusahaan-perusahaan luar negeri
yang beroperasi di Indonesia, seperti Freeport, Exxon Mobile, McDonald’s, KFC,
Google, dan perusahaan-perusahaan asing lainnya.
H.
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Bagi
Perekonomian Indonesia
Globalisasi memberikan dampak besar bagi
Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, hingga
pertahanan dan keamanan. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi memberikan
pengaruh besar pada sektor perekonomian di Indonesia. Globalisasi ekonomi
bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, globalisasi ekonomi memberikan
manfaat besar melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, kenaikan pendapatan per
kapita, dan penurunan kemiskinan. Namun, di sisi yang lain, globalisasi yang
tak terbendung dan bahkan menjadi semacam kebutuhan pokok sehari-hari juga akan
memberikan dampak yang negatif.
Terciptanya pasar bebas, seperti Masyarakat
Ekonomi ASEAN yang berlandaskan atas empat pilar, yaitu pasar dan basis
produksi tunggal, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan
berkeadilan, kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, dan kawasan yang
terintegrasi dengan ekonomi global membawa dampak yang sangat besar bagi
perekonomian di Indonesia.
Dengan adanya MEA, segala hambatan
perdagangan di kawasan ASEAN menjadi berkurang hingga tidak ada sama sekali.
Tidak hanya itu saja, pelaksanaan MEA juga meningkatkan kapasitas ekspor produk
lokal ke mancanegara. Semakin besar kapasitas ekspor produk lokal, semakin
meningkat pula devisa negara. Devisa negara berguna untuk membayar utang-utang
negara yang pada akhirnya akan mengurangi utang Indonesia.
Selain dalam hal perdagangan, MEA memberikan
keuntungan di bidang investasi. MEA memberikan akses yang lebih mudah bagi para
investor untuk secara langsung dan tanpa hambatan dapat melakukan investasi di
berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi. Kehadiran MEA membuat semakin
luasnya peluang wirausaha yang kreatif dan berdaya saing tinggi.
Di bidang ketenagakerjaan, masyarakat akan
berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dan keterampilannya agar mampu
bersaing dengan masyarakat dari negara ASEAN lainnya. Masyarakat pun menjadi
lebih terbuka terhadap berbagai perubahan yang ada di sekitarnya.
Tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi
ada juga beberapa dampak negatif akibat adanya MEA, khususnya bagi orang-orang
yang tidak siap terhadap suatu pasar bebas di kawasan ASEAN. Adanya MEA tentu
akan meningkatkan persaingan antara produk-produk luar negeri dan dalam negeri.
Berkurangnya hambatan dan tidak adanya lagi batasan wilayah membuat barang dan
jasa dari luar negeri dapat bebas masuk ke Indonesia. Artinya, akan ada banyak
produk impor yang tersebar di Indonesia. Hal ini dapat mengancam posisi
industri lokal karena tidak sedikit produk luar negeri yang kualitasnya lebih
baik daripada produk lokal. Para pengusaha lokal harus mencari cara agar produknya
tetap dapat bersaing dengan banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia.
Di bidang investasi, MEA tidak hanya
meningkatkan dan memudahkan investasi asing. Meningkatnya investasi asing akan
berdampak pada eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Apalagi, Indonesia kaya akan sumber daya alam, tetapi masyarakatnya tidak mampu
mengolahnya sendiri. Hal ini membuka peluang pesar bagi perusahaan asing untuk
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia.
Adanya MEA akan berdampak pada peningkatan
peluang kerja, tetapi hal ini juga berdampak pada meningkatnya persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan, terutama yang ada di dalam negeri. Para pencari kerja
tidak hanya akan bersaing dengan sesama masyarakat lokal, tetapi juga harus
bersaing dengan masyarakat internasional. Artinya, masyarakat harus berupaya
agar kualitas dan keterampilan mereka dapat bersaing dengan masyarakat internasional.
Selain itu, adanya globalisasi membuat
semakin besarnya peluang untuk melakukan ekspor ke berbagai negara yang bertujuan
untuk menambah devisa negara. Pemerintah pun senantiasa memanfaatkan peluang
ini dengan mendorong peningkatan kinerja ekspor melalui berbagai kebijakan.
Salah satu contohnya adalah pemerintah membuat kebijakan simplifikasi
prosedural dan efisiensi logistik pada tahun 2019. Instrumen kebijakan ini
diharapkan dapat memperbaiki kinerja neraca perdagangan dan daya saing ekspor.
Simplifikasi prosedural ekspor akan
memberikan efisiensi biaya dan waktu dengan cara mengurangi komoditas yang
wajib menyertakan laporan penyurvei dan larangan terbatas ekspor lainnya.
Pemerintah juga berupaya untuk mengoptimalkan enforcement
system Delivery Order (DO)
secara online untuk meningkatkan
kualitas flow of goods dan menekan dwelling time. Tak hanya itu saja,
pemerintah juga berencana mempermudah prosedur layanan ekspor dan perbaikan
bisnis untuk sektor otomotif.
Tidak hanya semakin besarnya
peluang ekspor, peluang impor pun semakin besar. Hal ini dapat menimbulkan
dampak positif maupun negatif, tergantung jumlahnya. Jika barang yang diimpor
terlalu banyak, neraca perdagangan akan defisit dan akan ada banyak produk
lokal yang tergantikan oleh produk-produk impor yang ada. Namun, jika impor
dilakukan dalam jumlah yang sesuai, impor akan memberikan dampak positif bagi
negara, seperti Indonesia dapat memperoleh bahan baku berkualitas yang dapat
digunakan untuk menghasilkan produk-produk siap pakai yang kualitasnya dapat
bersaing di pasar global.
Selain itu, impor juga mampu
mencukupi kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi sendiri dan menjaga
kestabilan harga di pasar. Langkanya ketersediaan barang di pasar, biasanya
mendekati Idulfitri, akan menimbulkan potensi kenaikan harga yang tidak
terkendali. Jika tidak segera ditangani oleh pemerintah, akan timbul berbagai
dampak negatif bagi perekonomian negara. Barang dan jasa yang terlalu mahal
secara berkelanjutan akan memicu timbulnya inflasi. Dengan melakukan impor,
kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi dan harga barang tersebut tetap stabil.
Globalisasi ekonomi juga mendorong
pertumbuhan e-commerce di Indonesia.
Nama-nama e-commerce, seperti Shopee,
Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, JD ID, dan sebagainya tentu tidak asing
lagi di telinga masyarakat Indonesia. Data sensus yang dimiliki oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama satu dekade ini, industri e-commerce di Indonesia telah mengalami
peningkatan sampai 17%.
Keberadaan berbagai e-commerce memberikan dampak yang besar bagi perekonomian negara. Bank
sentral menyebutkan transaksi belanja online di dalam
negeri pada 2019 mencapai Rp13 triliun setiap bulan atau Rp140 triliun per
tahun. Ditambah lagi, pertumbuhan e-commerce
di Indonesia diprediksi akan terus meningkat beberapa tahun ke depan. Google dalam laporan e-Conomy
SEA 2018 memperkirakan ekonomi digital Indonesia
akan mencapai US$100 miliar (sekitar Rp1,4 kuadriliun) pada tahun 2025. Angka
tersebut akan membuat Indonesia menjadi negara dengan pasar ekonomi digital
terbesar di Asia Tenggara. Industri e-commerce
memiliki prospek yang cukup cerah dan dapat menjadi tulang punggung ekonomi
digital Indonesia beberapa tahun ke depan.
Dampak positif yang timbul karena keberadaan e-commerce adalah lahirnya lapangan
pekerjaan yang sangat luas. Saat ini, industri e-commerce telah membuka lapangan pekerjaan bagi kurang lebih 4
juta pekerja. Pada tahun 2022, pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia dapat merangkul sekitar 26 juta pekerja
atau 20% angkatan kerja Indonesia. Lapangan pekerjaan baru ini meliputi
pekerjaan yang muncul untuk mendukung kegiatan e-commerce, seperti posisi pemrograman atau logistik di perusahaan e-tailing, dan pekerjaan yang sudah ada
namun diperbarui oleh perkembangan e-commerce,
seperti pengelola UMKM yang berpindah dari bisnis offline ke online.
Berkembangnya e-commerce juga memungkinkan konsumen di daerah rural atau
terpencil untuk menikmati produk yang sebelumnya sulit untuk diakses. Sementara
itu, konsumen online di
luar Pulau Jawa, terutama di daerah terpencil dapat berhemat sekitar 11-25%.
Dalam kasus ini, berbelanja online jauh
lebih murah dikarenakan biaya inventaris distributor barang offline yang tinggi.
Saat ini, sekitar 70% transaksi online Indonesia
masih berasal dari empat wilayah urban terbesar di Indonesia, yaitu Jakarta,
Bandung, Surabaya, dan Semarang. Namun, sejumlah tren sejauh ini menunjukkan e-commerce juga
dapat menjadi sarana bagi penduduk di wilayah rural untuk meningkatkan kontribusi
mereka dalam ekonomi nasional dan internasional.
Transaksi melalui platform e-tailing di
wilayah-wilayah lain, seperti Papua, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara
meningkat sekitar dua kali lebih cepat dibanding transaksi di Jakarta dari tahun
2013 hingga tahun 2017, terutama dalam pembelian. Peningkatan ini berpotensi
terjadi lebih cepat seiring dengan bertambahnya penetrasi internet dan daya
beli masyarakat.
Secara keseluruhan, penjualan e-tailing dari
wilayah rural telah meningkat 2,5 kali lipat sejak tahun 2015 menjadi sekitar
Rp337 juta pada tahun 2017. Sementara itu, pembelian e-tailing meningkat
lebih cepat, yaitu empat kali lipat dalam periode yang sama menjadi sekitar
Rp4,9 triliun pada tahun 2017. Tingginya jumlah pembelian dapat melambangkan
bahwa e-commerce berpotensi membantu penduduk wilayah rural
untuk membeli barang yang sebelumnya sulit diakses.
Globalisasi ekonomi telah membantu e-commerce untuk merangkul usaha-usaha
kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini membuat e-commerce Indonesia menjadi lebih bervariasi dan para konsumen
semakin memiliki banyak pilihan dalam menentukan barang atau produk yang mereka
inginkan. Secara tidak langsung, kondisi seperti ini juga akan membantu
perekonomian para usaha kecil. Pada tahun 2018, e-commerce di Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan sangat pesat
dan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah
pengusaha dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tanah air.
Perkembangan pesat e-commerce tidak
hanya mengubah pola belanja konsumen saja, tetapi juga berimbas pada beberapa
bidang industri lainnya. Momentum positif yang diciptakan oleh e-commerce itu
dimanfaatkan oleh bidang lain untuk melahirkan berbagai inovasi baru agar bisa
beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang terus berubah secara dinamis.
Investasi digital di Indonesia meningkat 200%
dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi berkat unicorn
e-commerce Indonesia, seperti Tokopedia dan Bukalapak yang berhasil menarik
perhatian berbagai investor luar dan dalam negeri. Misalnya, Tokopedia yang
mengantongi investasi senilai 1,1 miliar dolar Amerika (Rp15,4 triliun) dari
Alibaba pada akhir tahun 2018 dan Bukalapak yang mendapatkan suntikan dana dari
Mirae dan Naver Corp senilai 50 juta dolar Amerika (Rp700 miliar) pada kuartal
pertama tahun 2019.
Berdasarkan pengaruh-pengaruh di atas, dapat
diketahui bahwa sektor ekspor, impor, investasi, dan tenaga kerja merupakan
sektor yang paling banyak terkena dampak globalisasi ekonomi ini. Globalisasi dapat mengubah pola perilaku
pelaku ekonomi dalam proses produksi di satu pihak dan perubahan struktural
dan kebijakan ekonomi pemerintah dalam mendalami pertahanan ekonomi Indonesia
terhadap pengaruh globalisasi ekonomi.
Pengaruh yang menyebabkan perubahan dalam
proses produksi, antara lain meliputi efisiensi dan intensifikasi
penggunaan faktor produksi
yang nantinya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Hal ini akan
menyebabkan bertambahnya frekuensi perdagangan dan investasi pada sektor-sektor
yang dapat diperdagangkan dan berkembangnya industri nasional yang kompetitif.
Namun, hal ini dapat mengganggu kenyamanan publik.
Sedangkan, perubahan struktural yang mungkin
terjadi dapat meliputi perubahan dalam perekonomian. Hal ini terlihat pada
orientasi sektor tradisional yang mulai beralih menuju sektor ekonomi modern di
mana nantinya pasar-pasar tradisional akan mulai ditinggalkan oleh masyarakat
itu sendiri. Perkembangan ini memang membawa implikasi pada perubahan kebijakan
ekonomi, tetapi dalam perubahan kebijakan itu, pelaku ekonomi harus memiliki
kemampuan untuk mengikuti globalisasi perekonomian saat ini.
I.
Aspek Positif Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi yang terjadi di Indonesia
menimbulkan berbagai dampak positif, baik bagi negara maupun masyarakat. Dampak
positif tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi.
Adanya globalisasi ekonomi akan mendorong pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Hal ini terjadi
karena peluang untuk melakukan perdagangan internasional yang menguntungkan
akan terbuka semakin luas. Salah satu caranya adalah melalui perubahan lokasi
industri yang lebih efisien. Selain itu, cara lainnya adalah dengan
meningkatkan pergerakan modal internasional, termasuk penanaman modal
internasional (Foreign Direct Investment).
2.
Menurunkan Tingkat Kemiskinan dalam Jangka Panjang.
Tingkat kemiskinan merupakan salah satu masalah utama
yang dimiliki oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Salah
satu cara yang dianggap paling efektif untuk menurunkan angka kemiskinan adalah
dengan adanya globalisasi ekonomi. Hal tersebut terjadi karena adanya peluang
untuk meningkatkan angka pemasukan negara dari hasil perdagangan yang terjadi
di dalam ruang lingkup internasional.
3.
Meningkatkan Efisiensi Ekonomi.
Efisiensi ekonomi di seluruh negara juga akan meningkat
seiring dengan berjalannya waktu. Dengan adanya globalisasi ekonomi, diharapkan
negara-negara akan lebih mampu membuat dunia perekonomiannya semakin efisien agar
mampu bersaing di pasar dunia.
4.
Meningkatkan Pendapatan Per Kapita Global Secara Keseluruhan.
Karena globalisasi ekonomi memiliki ruang lingkup
internasional, tidak heran bahwa globalisasi ekonomi akan berdampak pada
pendapatan per kapita secara global.
5.
Meningkatnya Kapasitas Ekspor Produk Lokal ke Mancanegara.
Adanya berbagai kerja sama ekonomi antarnegara, khususnya
pasar bebas, membuat berbagai hambatan dalam perdagangan menjadi berkurang hingga
tidak ada. Hal ini akan meningkatnkan kapasitas ekspor produk lokal ke
mancanegara. Semakin besar kapasitas ekspor produk lokal, semakin meningkat
pula devisa negara. Devisa negara berguna untuk membayar utang-utang negara
yang pada akhirnya akan mengurangi utang Indonesia.
6.
Meningkatkan Investasi Asing.
Globalisasi ekonomi memberikan akses yang lebih mudah
bagi para investor untuk secara langsung dapat melakukan investasi di berbagai
sektor, khususnya sektor ekonomi. Hal ini membuat semakin luasnya peluang
wirausaha yang kreatif dan berdaya saing tinggi.
7.
Meningkatnya Kualitas dan Keterampilan Tenaga Kerja.
Semakin terbuka luasnya lapangan pekerjaan antarnegara
membuat masyarakat harus senantiasa berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas
dan keterampilannya agar mampu bersaing dengan masyarakat dari negara lain.
Masyarakat pun harus menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perubahan yang ada
di sekitarnya.
8.
Meningkatkan Variasi Komoditas Barang atau Jasa yang Tersedia.
Adanya globalisasi ekonomi menyebabkan komoditas barang
atau jasa yang ada di pasar dunia akan semakin bervariasi. Hal ini disebabkan
oleh negara yang ikut berpartisipasi jumlahnya bertambah banyak dan menawarkan
berbagai macam komoditas. Oleh karena itu, kebutuhan sebuah negara akan semakin
dapat terpenuhi dengan adanya variasi ini.
J.
Aspek Negatif Globalisasi Ekonomi
Selain menimbulkan dampak positif,
globalisasi ekonomi juga menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif tersebut
adalah sebagai berikut.
1.
Meningkatkan Ketimpangan Pendapatan (Income Inequality) di
Berbagai Negara Dunia.
Meskipun globalisasi ekonomi akan meningkatkan perekonomian suatu negara
secara menyeluruh, adanya ketimpangan tetap tidak dapat dihindari. Hal ini
terjadi karena lokasi yang terkena dampak globalisasi biasanya adalah daerah
perkotaan sehingga akan timbul ketimpangan antara daerah perkotaan dan daerah
perdesaan.
2.
Meningkatkan Ketimpangan Pendapatan Per Kapita Antara Negara Maju dan
Berkembang di Dunia.
Serupa dengan poin sebelumnya, adanya pertumbuhan tingkat pendapatan per
kapita akan menyebabkan timbulnya ketimpangan. Tidak hanya ketimpangan antara
daerah perkotaan dan daerah perdesaan di
suatu negara, ketimpangan antara negara maju dan berkembang juga akan terjadi.
3.
Mengurangi Tingkat Keamanan Pekerjaan (Job Security).
Dampak negatif lainnya adalah tingkat keamanan pekerjaan yang akan
berkurang karena pasar yang terlibat berada dalam skala besar sehingga akan
sulit untuk memastikan keamanan ketika melakukan suatu pekerjaan atau
transaksi.
4.
Meningkatkan Instabilitas dan Sensitivitas Ekonomi Terhadap Berbagai
Fenomena.
Karena ruang lingkupnya yang luas, globalisasi ekonomi akan menimbulkan
instabilitas dan sensivitas ekonomi terhadap berbagai fenomena di seluruh
negara yang terlibat. Contoh isu yang paling sering ditemukan karena adanya
sensitivitas adalah terorisme dan perang antarnegara.
5.
Meningkatnya Persaingan Antarnegara.
Adanya globalisasi ekonomi tentu akan meningkatkan persaingan antara
produk-produk luar negeri dan dalam negeri. Berkurangnya hambatan dan tidak ada
lagi batasan wilayah membuat barang dan jasa dari luar negeri dapat bebas masuk
ke Indonesia. Artinya, akan ada banyak produk impor yang tersebar di Indonesia.
Hal ini dapat mengancam posisi industri lokal karena tidak sedikit produk luar
negeri yang kualitasnya lebih baik daripada produk lokal. Para pengusaha lokal
harus mencari cara agar produknya tetap dapat bersaing dengan banyaknya produk
impor yang masuk ke Indonesia. Persaingan tidak hanya terjadi pada produk,
tetapi juga dalam ketenagakerjaan. Globalisasi ekonomi meningkatkan persaingan
untuk mendapatkan pekerjaan, terutama yang ada di dalam negeri. Para pencari
kerja tidak hanya akan bersaing dengan sesama masyarakat lokal, tetapi juga
harus bersaing dengan masyarakat internasional.
6.
Mendorong Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia.
Meningkatnya investasi asing akan berdampak pada eksploitasi sumber daya
alam maupun sumber daya manusia. Apalagi di negara-negara yang kaya akan sumber
daya alam, tetapi masyarakatnya tidak mampu mengolahnya sendiri. Hal ini
membuka peluang pesar bagi perusahaan asing untuk mengeksploitasi sumber daya
alam dan sumber daya manusia di negara tersebut.
7.
Pembuatan Mekanisme Penyesuaian Ekonomi Menjadi Tidak Efektif.
Karena pihak yang terlibat ada di seluruh dunia, pembuatan mekanisme
penyusunan ekonomi di sebuah negara menjadi tidak efektif. Hal ini terjadi
karena negara harus bersikap fleksibel jika ingin ikut berpartisipasi di dalam
pasar dunia. Jadi, negara harus mampu menyusun dan menyesuaikan mekanisme
perekonomian yang membuat kinerja menjadi tidak efektif.
8.
Mendorong Kerusakan Lingkungan di Tingkat Dunia.
Globalisasi ekonomi akan mendorong kerusakan lingkungan di tingkat
dunia. Karena melibatkan banyak pihak, mulai dari proses produksi hingga
konsumsinya, kerusakan lingkungan yang timbul akan semakin besar.
K.
Perbandingan dengan Negara Jepang
Jepang adalah salah satu negara kepulauan di
Asia Timur yang termasuk negara maju. Jepang adalah negara yang maju dalam segi
perekonomian dan juga mengalami globalisasi ekonomi, seperti Indonesia. Ekonomi
pasar bebas dan perindustrian Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia,
setelah Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina. Ekonominya sangat efisien dan
mampu bersaing dalam area yang berhubungan dengan perdagangan internasional,
tetapi produktivitas lebih rendah di bidang agrikultur, distribusi,
dan pelayanan.
Jepang dikenal karena teknologinya yang
sangat maju. Setelah kalah dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk
memperbaiki keadaan di negaranya melalui berbagai teknologi yang diciptakan
sendiri. Saat ini, teknologi-teknologi buatan Jepang menjadi salah satu
kekuatan Jepang untuk menguasai dunia.
Majunya teknologi Jepang mampu memberikan
kesempatan yang besar bagi Jepang untuk memperluas sasaran ekonomi mereka
ke negara-negara lain, melalui bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Salah
satu bidang yang sangat dimanfaatkan oleh Jepang adalah budaya. Jepang
memanfaatkan budayanya dengan menggunakan industri-industri yang sederhana,
tetapi bagi Jepang sangat bermakna untuk memperkenalkan budayanya, yaitu
melalui film animasi atau dapat kita sebut anime. Jepang
memproduksi dan menggunakannya sebagai sebuah barang dagangan utama Jepang yang
akan diperkenalkan ke luar negeri. Anime
ini dijual ke negara-negara lain yang nantinya akan membantu sektor perekonomian
Jepang.
Jepang memiliki sumber daya alam yang rendah,
tetapi perdagangan menolongnya mendapatkan sumber daya untuk ekonominya. Jepang
bergantung pada impor bahan-bahan baku dari negara berkembang untuk memajukan
perekonomiannya. Industrinya yang maju membuat Jepang mampu memproduksi
barang-barang siap pakai yang berkualitas tinggi dan dapat diekspor ke berbagai
negara.
Adanya globalisasi ekonomi membuat Jepang
lebih mudah untuk melakukan ekspor dan impor. Jepang mengimpor minyak bumi, gas
alam, pakaian, batu bara, dan sebagainya dari negara-negara lain dan mampu mengekspor
kendaraan bermotor, mesin pembangkit, bahan-bahan plastik, produk dari besi dan
baja, dan sebagainya ke lebih banyak negara di dunia.
Jepang juga tergabung dalam berbagai
organisasi perdagangan untuk memperkuat perekonomiannya, seperti Asia Pacific
Economic Cooperation (APEC), World Trade Organization (WTO), The Organisation
for Economic Co-operation and Development (OECD), G20, dan sebagainya.
Jika globalisasi ekonomi Indonesia dan Jepang
dibandingkan, dapat dilihat bahwa hal-hal yang dialami di Indonesia juga
dialami oleh Jepang. Baik Indonesia maupun Jepang sama-sama tergabung dalam
organisasi perdagangan yang memperlancar perekonomiannya. Kegiatan ekspor pun
meningkat karena adanya globalisasi ekonomi yang mempermudah kegiatan
perdagangan antarnegara.
Namun, salah satu perbedaannya adalah
pemerintah Jepang lebih siap dalam memanfaatkan berbagai peluang yang terbuka
akibat adanya globalisasi ekonomi dibandingkan dengan pemerintah Indonesia. Pemerintah
Jepang memaksimalkan peluang yang ada untuk melakukan ekspor
sebanyak-banyaknya. Barang-barang yang diekspor Jepang juga adalah
barang-barang yang dibutuhkan oleh banyak negara dan tidak dapat diproduksi
oleh semua negara, seperti kendaraan bermotor, mesin pembangkit, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga mengekspor hasil karya dari budaya
mereka, yang tentunya tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Hal ini membuat
Jepang menjadi salah satu negara maju dalam perekonomiannya dan tidak perlu
mengkhawatirkan persaingan yang ada.
Selain itu, sumber daya manusia di Jepang
sudah dibekali kemampuan dan keterampilan yang baik. Hal ini membuat masyarakat
Jepang tidak perlu khawatir dalam menghadapi persaingan dalam ketenagakerjaan.
Produk-produk yang dihasilkan oleh Jepang pun
sudah terbukti kualitasnya. Dapat dikatakan bahwa hampir semua produk buatan
Jepang memiliki kualitas yang tinggi, bahkan tak sedikit yang kualitasnya
terbaik di dunia. Hal ini membuat produk Jepang mampu bersaing dengan
produk-produk lokal di negara lain dan mampu bersaing dengan produk-produk
impor.
Berbeda dengan pemerintah Jepang, pemerintah
Indonesia cenderung tidak memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. Jumlah
barang yang diekspor memang meningkat karena adanya pasar bebas dan
berkurangnya hambatan dalam melakukan kegiatan ekspor. Namun, komoditas yang
diekspor tidak bervariasi dan mayoritas adalah barang-barang mentah. Hal ini
membuat Indonesia harus menghadapi persaingan yang lebih sulit dibandingkan
dengan Jepang.
Selain itu, menurut Bappenas, kualitas sumber
daya manusia di Indonesia masih menengah. Kebanyakan sumber daya manusia di
Indonesia belum dibekali oleh keterampilan yang dibutuhkan pada saat ini. Hal
ini dapat disebabkan oleh kurangnya tingkat partisipasi pendidikan di Indonesia.
Pemerintah sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia agar tenaga kerja di Indonesia mampu bersaing dengan
tenaga kerja dari negara lain.
Produk-produk dihasilkan oleh Indonesia pun
kualitasnya bukanlah yang terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Hal ini membuat tidak sedikit produk lokal yang tidak mampu bersaing dengan
produk-produk impor yang masuk ke Indonesia. Jika produk lokal saja kalah saing
di dalam negeri sendiri, produk tersebut akan sulit sekali untuk bersaing di
luar negeri apabila diekspor. Hal ini menjadi salah satu kesulitan Indonesia
dalam melakukan ekspor produk-produk siap pakai. Beberapa produk di Indonesia
pun didominasi oleh produk-produk impor, bukan produk-produk lokal.
Dari perbandingan tersebut, pemerintah
Indonesia dapat belajar dari pemerintah Jepang dalam menghadapi globalisasi
ekonomi. Globalisasi ekonomi harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar dapat
menghasilkan keuntungan bagi negara. Pemerintah Indonesia harus mampu
memaksimalkan peluang yang terbuka semakin lebar, meningkatkan kualitas tenaga
kerja di Indonesia agar mampu bersaing, serta meningkatkan kualitas
produk-produk lokal agar produk-produk tersebut memiliki kualitas ekspor dan
mampu bersaing dengan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia.